NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Kultivator Terkuat

Reinkarnasi Kultivator Terkuat

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Kultivasi Modern
Popularitas:17.1k
Nilai: 5
Nama Author: Wibuu Sejatii

Yuan Sheng, kultivator terkuat yang pernah ada, bosan dengan puncak kesuksesan yang hampa. Tak ada tantangan, tak ada saingan. Kehidupannya yang abadi terasa seperti penjara emas. Maka, ia memilih jalan yang tak terduga: reinkarnasi, bukan ke dunia kultivasi yang familiar, melainkan ke Bumi, dunia modern yang penuh misteri dan tantangan tak terduga! Saksikan petualangan epik Yuan Sheng saat ia memulai perjalanan baru, menukar pedang dan jubahnya dengan teknologi dan dinamika kehidupan manusia. Mampukah ia menaklukkan dunia yang sama sekali berbeda ini? Kejutan demi kejutan menanti dalam kisah penuh aksi, intrik, dan transformasi luar biasa ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wibuu Sejatii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3.6 : NONA MUDA GIN LING

Pagi ini hari Selasa, Wu Yuan berjalan menuju sekolah. Sambil berjalan, Wu Yuan terus memikirkan apa yang dilakukannya semalam dan belum membeli cincin.

“Sialan…!! Gara-gara memilihkan batu mentah untuk para orang tua itu, aku jadinya tidak sempat membeli cincin untuk kubuat menjadi Cincin Ruang Angkasa. Haihhh… Tapi aku cukup beruntung karena mendapatkan banyak uang. Sekarang aku bisa membeli apa pun yang aku mau. Nanti aku akan membelikan tiga ponsel untuk Ayah, Ibu, dan Adik Feniang.”

Wu Yuan membuat rencana di benaknya untuk keluarga terkasihnya. Dia belum kepikiran untuk membeli rumah. Karena Wu Yuan belum pernah memiliki uang yang sangat banyak, jadi Wu Yuan belum pernah bermimpi untuk membeli rumah, dan dia merasa harga rumah pasti sangat mahal dan uangnya tidak bakalan cukup. Padahal uang Wu Yuan saat ini sudah mencapai seratus juta Yuan, sedangkan sebuah vila mewah di Kota Fongkai hanya berkisar lima puluh juta dan paling tinggi seharga tujuh puluh juta Yuan.

Setelah berjalan selama lima belas menit dari kosnya, Wu Yuan dihadang oleh beberapa anak berandalan yang dipimpin oleh Tuan Muda Cing Hau. Masih tampak jelas, wajah Tuan Muda Cing Hau yang bengkak, serta kakinya dibalut oleh perban—bekas kena pukulan Wu Yuan semalam. Jumlah berandalan itu adalah belasan orang. Mereka semua memegang tongkat bisbol dan mengayun-ayunkan tongkat tersebut dengan ekspresi wajah yang sangat mengancam.

“Wu Yuan…!!! Berlututlah dan minta ampun kepadaku! Kalau tidak, kamu akan dipukuli sampai mati…!!!”

Wu Yuan terlihat masih sangat santai dan tidak terlihat sedikit pun rasa takut di dalam tatapan matanya.

“Hehehe… Cing Hau, apakah semalam rasa sakit yang kubuat masih kurang…!! Jadi pagi hari ini kamu mau minta tambah…!!”

“Kurang ajar…!!! Sepertinya kamu memang ingin dihajar…!! Kalian, hajar bocah ini! Buat tangannya cacat!”

“Baik Bos…!!”

Serentak belasan berandalan maju dan melayangkan pukulan tongkat bisbol kepada Wu Yuan. Wu Yuan tampak sangat santai. Saat tongkat-tongkat itu akan menyentuhnya, Wu Yuan mengangkat tangannya dan mengibaskannya ke depan.

“Tak… Trak… Pak… Bugh…!!!”

Suara-suara pukulan terdengar sangat banyak dan intens. Hanya berselang beberapa detik, belasan anggota berandalan sudah tergeletak di jalanan. Ada yang memegang perutnya, ada yang memegang tangannya yang bengkak, dan ada juga yang bergulingan sambil memegang kakinya. Mereka semua berteriak kesakitan.

“Aaaakkkhhh…!!!”

“Kaki ku…!!!”

“Aduuuhhh… Kepala ku…!!!”

Tuan Muda Cing Hau yang menyaksikan kejadian ini tampak pucat dan ketakutan, apalagi kini Wu Yuan berjalan mendekatinya.

“Kau… apa yang ingin kamu lakukan…!! Tolong lepaskan aku! Aku minta maaf kepadamu…!! Aku akan memberimu uang berapa pun yang kamu mau!”

Wu Yuan terus berjalan seakan-akan tidak mendengar apa pun yang dikatakan oleh Tuan Muda Cing Hau, kemudian melayangkan tangannya menampar wajah Tuan Muda Cing Hau menggunakan punggung tangannya.

“Plaaakkk…!!!”

Tubuh Tuan Muda Cing Hau terpental beberapa meter dan wajahnya langsung membengkak, serta terdapat darah di sudut mulutnya. Cing Hau yang tidak pingsan menatap Wu Yuan penuh ketakutan. Dia melihat Wu Yuan masih berjalan di hadapannya, dan Cing Hau semakin ketakutan, sampai ada air berbau pesing yang membasahi celana sekolahnya.

“Kakak Wu Yuan… ampun… ampuni aku! Aku tidak akan berani lagi mengusikmu di masa depan!”

“Bagus…!!! Kalau sekali lagi kamu mengusikku di masa depan, kamu tidak sekadar mengalami sedikit rasa sakit ini, tapi kamu akan segera masuk rumah sakit selama beberapa bulan!”

Cing Hau merasakan aura yang mengintimidasinya sangat kuat hingga membuatnya sesak napas. Apalagi dia melihat anak buahnya sudah bergeletakan di jalanan dan berteriak kesakitan. Banyak orang-orang yang lewat di jalanan itu pun berhenti untuk melihat apa yang sedang terjadi. Memang untuk saat ini para berandalan yang dibawa oleh Tuan Muda Cing Hau tidak ada yang mengalami cedera berdarah, tapi kaki, tangan, dan perut serta wajah terlihat tidak baik.

“Ya… ya… saya tidak akan berani lagi.”

Wu Yuan meninggalkan kerumunan yang ada di sana tanpa menoleh ke belakang, seolah-olah tidak terjadi apa pun di sana. Wu Yuan pun melanjutkan jalannya menuju Sekolah Menengah Atas Ciangkaishan dan langsung masuk ke kelasnya. Suasana di kelas seperti hari-hari biasanya, tampak tenang dan banyak siswa yang sedang bergerombol mendiskusikan apa saja di sana karena jam pelajaran belum dimulai. Baru setelah jam pelajaran dimulai, semua siswa duduk dengan rapi dan mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru. Jam satu pun terdengar lonceng sekolah berbunyi yang menandakan jam pelajaran telah selesai. Wu Yuan berjalan menuju pusat Kota Fongkai mencari toko perhiasan untuk membeli cincin untuk keperluannya membuat sebuah Cincin Ruang Angkasa. Setelah memasuki toko perhiasan, Wu Yuan langsung mencari di bagian penjualan cincin. Seorang pelayan wanita yang berdiri di dalam etalase melayani Wu Yuan dengan terpaksa. Bagaimana tidak? Wu Yuan yang berpakaian murahan dengan kain kasar sangat terlihat mencolok.

“Tuan Muda, ada yang bisa saya bantu?”

“Ya, saya mencari sebuah cincin. Tolong tunjukkan cincin yang bagus untuk saya.”

Mendengar perkataian Wu Yuan, pelayan itu sedikit mendengus karena meremehkan Wu Yuan yang tampak miskin, tapi dengan terpaksa menunjukan kepada Wu Yuan di mana tempat pajangan bagian cincin. Wu Yuan melihat sangat banyak model-model cincin, dan dia pun melihat ada sebuah cincin yang menggunakan bahan dasar emas putih polos, seperti cincin rotan biasa dan terlihat seperti cincin perak saja. Wu Yuan pun menunjukan cincin tersebut kepada pelayan itu.

“Nona… berapakah harga cincin itu? Bisakah dikeluarkan agar saya bisa mencobanya?”

Pelayan itu menatap cincin yang ditunjuk oleh Wu Yuan dan menjadi sedikit marah karena cincin itu adalah cincin yang terbuat dari emas putih yang harganya pasti lebih mahal dari emas biasa.

“Tuan, itu adalah Cincin Emas Putih dengan berat sepuluh gram. Harganya adalah empat puluh ribu Yuan.”

Pelayan itu belum berani mengeluarkan cincin itu karena dia masih takut Wu Yuan tidak mampu membayarnya, tapi Wu Yuan masih tampak tenang. Bagi Wu Yuan, uang empat puluh ribu Yuan sangat mudah didapatkannya.

“Saya akan membelinya. Sekarang saya ingin mencoba memakainya di tangan saya. Coba keluarkan.”

Pelayan itu masih menatap Wu Yuan curiga. Wu Yuan pun mengerti. Dia pun mengeluarkan kartu ATM-nya dan memberikan kepada pelayan itu.

“Gesek kartu saya ke mesin EDC Anda, tapi kalau cincin itu tidak bisa saya pakai, saya akan menukarnya dengan yang lainnya.”

Saat pelayan itu dengan wajah meremehkan membawa kartu ATM milik Wu Yuan untuk pergi mengambil mesin EDC, beberapa pelayan yang lebih tua terkejut melihat kartu yang dipegang pelayan muda itu.

“Eh… Su Mei, kartu milik orang kaya mana itu…?”

“Eh… bukan orang kaya, Kak. Sepertinya orang miskin yang mencoba untuk menipu dan berniat membeli Cincin Emas Putih.”

“Dasar bodoh…!! Itu Kartu ATM dari World Bank! Bagaimana mungkin milik orang miskin!”

Mendengar itu, pelayan yang melayani Wu Yuan sangat terkejut, apalagi dari tadi dia terus menerus memandang Wu Yuan dengan remeh.

“Cepat bawa saya menghadap orang yang membawa kartu ini dan layani dia dengan baik!”

Percakapan kedua pelayan ini terdengar oleh anak Bos pemilik toko—yaitu seorang wanita berumur dua puluh dua tahun. Wanita muda ini sangat cantik, dengan lekuk tubuh yang sangat menggiurkan dan juga wajah yang sangat cantik. Tinggi wanita ini seratus tujuh puluh sentimeter.

“Eh… apa yang kalian lakukan di sini…?”

“Eh, Nona Gin Ling, ini Su Mei tadi melayani seorang konsumen yang memegang kartu dari World Bank, dan saya memerintahkan untuk segera melayani pelanggan besar ini dengan baik.”

“Oh… begitu. Coba saya lihat siapa yang memegang kartu ini?”

“Itu, Nona, pemuda yang memakai pakaian sekolah itulah yang memegang kartu ini.”

Gin Ling yang melihat sosok Wu Yuan menjadi terkejut. Dia segera berkata kepada pelayannya.

“Cepat layani dia dengan baik! Saya juga akan segera keluar.”

Gin Ling segera mengenali Wu Yuan yang mendapatkan uang banyak di tempat judi batu karena dia pun sempat menawar batu milik Wu Yuan, namun ditimpa harganya oleh Pak Tua Lin Cui.

“Teman Muda, kita bertemu lagi.”

Wu Yuan yang sedang melihat-lihat semua cincin yang ada terkejut ketika ada orang yang menegurnya. Lalu dia pun menatap siapa yang menegurnya dan teringat semalam wanita muda ini ikut menawar batu giok miliknya.

“Ehh… iya, Kak. Kita bertemu lagi.”

“Teman Muda, apa yang kamu cari di sini?”

“Eh… saya mencari cincin, Kak. Dan saya ingin mencoba memakai cincin itu, tapi karyawan melarang saya untuk mencobanya dan mengharuskan saya untuk membayar duluan.”

Karyawan wanita yang tadinya melayani Wu Yuan sudah ketakutan dan menundukkan kepalanya saja. Dia tidak menyangka kalau anak Bos mengenal Wu Yuan si anak miskin ini.

“Maafkan saya, Nona.”

Gin Ling menatap karyawannya dengan tatapan dingin. Dia pun memanggil Kepala Pelayan di toko ini.

“Kamu… hitung gajinya dan usir dia keluar dari toko kita! Kita tidak membutuhkan karyawan yang suka merendahkan orang lain, apalagi itu adalah pelanggan toko kita! Apa pun pakaian pelanggan kita, kita wajib melayaninya!”

“Tolong jangan, Nona! Saya salah! Tolong maafkan saya! Tuan Muda, tolong maafkan saya!”

“Kakak… sudahlah. Biarkan pelayan ini tetap di sini. Dia juga tidak terlalu salah karena memang pakaian yang saya kenakan memang murahan.”

Gin Ling menatap Wu Yuan dengan heran. Setahu Gin Ling, dengan uang yang didapatkan Wu Yuan di tempat judi batu saja sudah melebihi puluhan juta Yuan. Kenapa penampilan Wu Yuan tampak sangat miskin?

“Apakah pemuda ini memang sedang menyamar menjadi orang miskin?” Gin Ling berpikir dalam hatinya ketika melihat penampilan Wu Yuan hari ini dan semalam yang memang terlihat memakai pakaian murahan.

“Baiklah, sekarang apakah saya boleh membantu Teman Muda untuk memilih cincin yang kamu inginkan?”

“Tidak perlu, Kak. Hanya tolong keluarkan cincin itu, saya ingin mencobanya.”

“Ohh, baiklah…” Gin Ling heran melihat sikap Wu Yuan yang tampaknya memang benar-benar sederhana. Dia pun mengeluarkan cincin yang ditunjuk oleh Wu Yuan. Wu Yuan mencoba memasukan cincin itu di jari tengahnya, namun terlihat tidak muat. Kemudian Wu Yuan memindahkan di jari manisnya dan tampaknya sangat pas dan serasi.

“Heheehe… sepertinya ini sesuai yang saya inginkan. Tolong gesek kartu saya biar saya membayarnya sekarang karena saya menginginkan cincin ini.”

“Teman Muda, apakah tidak perlu dibungkus? Kamu bisa mengambilnya saja. Ini hadiah pertemuan kita dari saya, dan ini Kartu ATM-mu.”

“Tidak perlu. Saya akan langsung memakainya di jari manis saya, tapi saya harus membayarnya.”

“Tidak perlu… tidak perlu… Yang penting kamu mau menjadi teman saya, itu sudah bagus.”

“Kakak, jangan begitu. Ini tidak baik.”

“Tidak apa-apa, Teman Muda. Kamu sangat layak mendapatkannya sebagai teman saya.”

Gin Ling terus memaksa, hingga akhirnya Wu Yuan dengan terpaksa menerimanya dan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Gin Ling. Sementara itu, Gin Ling sangat senang karena Wu Yuan mau menerima cincin dari galerinya, yang artinya siasatnya untuk menjadi lebih dekat dengan Wu Yuan menjadi terwujud. Bagaimanapun juga, Wu Yuan adalah ahli dalam memilih batu mentah dan rasionya adalah seratus persen. Gin Ling telah menyelidiki Wu Yuan semalam melalui orang-orang kepercayaan perusahaannya, jadi dia sangat senang bila Wu Yuan mau menerima hadiah darinya.

1
Abi
ko macet thor
Mia Amelia Syarif
..
Sugab
kenapa gw ngerasa penulis novel ini gak konsisten ya 🤔
Abi
mcx jgn di butakn oleh cinta thor
Kayuzen: rencananya, Wu Yuan akan di buat sakit hati sih
total 1 replies
Abi
up
Abi
semangat thor
Abi
tajir melintir
Zee
wahh waahh knapa jdi cing hau yg brkultivasi thor,, sadar thor,, sadaarrrr
Abi
semangat thor
Abi
wkwkwk baru tau ...... bisa bisa bangkrut klu bgitu
Dobi Papa Sejati
lanjuttttt
Abi
mantao.... terus di lanjut thor
Abi
kpn upx thor
Kayuzen: hari ini! namun tgg saja
total 1 replies
Abi
tambah thor upx
Abi
up yg byk thor
Abi
kereeeen
Abi
mantap..... di lanjut thor
HG Wells Fargo Bank Hh
gass poll torrr
Kayuzen: siap 💪
total 1 replies
Nayy
lanjut
Kayuzen: ehhh nayyy mau jadi Author juga kah
di noveltoon
Kayuzen: ehhh nayyy mau jadi Author juga kah
di noveltoon
total 3 replies
Ao Amoer
lanjut thorrrr
Kayuzen: siap 💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!