Galuh yang difitnah oleh penduduk kampung dan dibuang dihutan larangan, hutan yang menyimpang segudang misteri.
Dapatkah galuh membalaskan dendam dan menemukan dalang dari orang yang menghasut penduduk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Teror kuntilanak merah
Malam telah tiba, seperti sebelumnya malam ini pun hawanya masih mencekam, suara burung gagak menambah semakin mencekam.
Dari kejauhan, meleset bayangan dan berhenti di depan salah satu pintu rumah warga.
Sosok tersebut dengan cepat mengetuk pintu rumah tersebut
Tok tok tok.
_Sedangkan di dalam kamar_
Sepasang suami istri sedang tertidur dengan pulas. Tak lama seorang wanita terbangun karena mendengar suara ketukan dijendelanya. Ia merasa was-was, pasalnya siapa yang bertemu malam-malam seperti ini.
Ia melihat jam ternyata menunjukan pukul 12 malam.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu itu terdengar lagi, namun lebih kuat dari sebelumnya. Membuat wanita itu penasaran sekaligus ketakutan.
Ia mulai turun dari ranjang tersebut dan berjalan keluar dari kamar. Ketukan itu semakin keras terdengar, namun anehnya hanya dia saja yang terbangun. Suami dan orangtuanya tak terbangun.
Wanita itu berjalan dengan pelan ke arah pintu, dan mengintip lewat jendela. Disana tak ada siapa pun, hanya suara burung gagak yang berasal dari pohon di depan rumahnya.
"Siapa ya, kok nggak ada orang." Batinnya, ia segera berjalan menuju kearah kamarnya.
Tiba-tiba baru 3 langkah, terdengar lagi suara ketukan itu, suara itu seolah di jeda.
Tok, tok, tok.
Wanita itu kepalang kesal, ia berjalan kearah pintu dan membukanya dengan kasar, di depannya kini berdiri seorang perempuan dengan wajah rusak serta rambut yang menjuntai kebawah.
Wanita itu tak mampu menggerakan badannya, ia seolah ditahan untuk terus bertatap dengan sosok kuntilanak merah tersebut.
"Hihihi mati, mati." Ucap kuntilanak itu dengan ketawa melengking. Ia membuka mulut wanita itu dengan kasar dan memasukan belatung serta daging busuk kedalam mulut wanita itu. Wanita itu hanya mampu memberontak, tetapi apalah daya. Tangan busuk itu sudah terlanjur masuk.
Wanita itu kini terjatuh pingsan dengan pintu rumah yang terbuka lebar. Sedangkan kuntilanak itu sudah meleset pergi dengan suara ketawa yang menyeramkan.
"Hihihihi." Ketawa sosok itu terdengar sampai ke penjuru desa, warga yang mendengar hanya mampu berdiam diri didalam.selimut dengan tubub yang menggigil ketakutan.
***
Pagi harinya...
Pria itu tak mendapati sosok istrinya. Tak lama terdengar teriakan dari ibu mertuanya dari arah pintu depan.
"Arghhh lasmiii." Teriak ibu mertuanya. Pria itu segera berlari keluar dari kamar. Di sana pemandangan mengerikan terlihat, istrinya terbaring pingsan dengan tubuh yang di penuhi koreng dan nanah, serta berbau busuk.
"Astagfirullah, lasmi." Ucap pria itu seraya berjalan kearah istrinya.
"Apa yang terjadi kepada istriku bu? Kenapa dia bisa jadi seperti ini." Tanya pria itu.
"Aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi kepada lasmi, dimas kamu tolong pindahkan lasmi kedalam kamar, ibu akan menyusul pak mantri." Jawab bu rohaya-ibu dari lasmi.
Dimas mengangguk, dan segera memindahkan tubub istrinya kedalam kamar, sedangkan bu rohaya berlari menuju rumah pak mantri.
"Apa yang terjadi kepada mu las?." Batin dimas, ia merasa sedih dengan kondisi sang istri.
Tak lama bu rohaya sudah datang bersama seorang mantri, ia segera membawa pak mantri itu ke kamar anaknya.
"Saya periksa dulu ya bu, pak." Ucap pak mantri, ia segera mendekat ke arah lasmi dan memeriksanya, kening pria itu menyerit bingung.
"Bagaimana pak?." Tanya dimas dengan penuh khawatir.
"Mohon maaf sebelumnya pak dimas, bu rohaya, saya sendiri pun bingung dengan sakit yang di derita lasmi, terutama dengan luka yang ada di tubuhnya ini." Jawab pak mantri itu dengan menarik napas panjang.
Bu rohaya dan dimas hanya saling pandang dengan wajah penuh khawatir.
"Saya sudah membersihkan tubuh lasmi dan mengobatinya, pak dimas dan bu rohaya tolonh setiap pagi bersihkan tubuh lasmi dengan air bersih dan lap bersih, serta oleskan salep ini juga." Lanjut pak mantri, seraya memberikan salep.
"Terimakasih pak." Ucap bu rohaya dan dimas.
Pak mantri hanya mengangguk, dan berpamitan pulang, dimas segera mengantar pria paruh baya itu di depan pintu.
Setelah pak mantri pulang, dimas berjalan masuk dan menemui bu rohaya yang sedang menangisi kondisi anaknya.
"Bu." Ucap dimas dengan lemah.
Bu rohaya hanya menoleh sebentar dan langsung mengalihkan pandangannya lagi.
"Dimas akan mencari orang yang bisa menyembukan lasmi bu, dimas janji." Lanjut dimas, bu rohaya hanya mengangguk dan berharap dimas segera bertemu orang yang bisa menyembuhkan anaknya-lasmi.
_Sementara itu di tukang sayur_
Segerombolan ibu-ibu sedang memilah sayur di gerobak mang ujang.
"Eh bu ibu, kalian tadi malem dengar gak suara perempuan tertawa? Serem banget." Ucap bu ani, membuka obrolan.
"Ah masa sih bu?." Tanya bu rini dengan ragu.
"Heh bu rini ini ya, jelas-jelas saya mendengar tadi malam." Sambung bu lani dengan serius.
"Tuh kan, bu rani saja mendengar, masa bu rini gak denger sih." Ucap bu ani yang menyahuti ucapan bu lani.
Bu lani hanya diam, ia tak mau menjawab ucapan para ibu-ibu itu.
Dari kejauhan, mereka melihat dimas berjalan dengan wajah kusut.
"Dimas, dim." Teriak bu ani
Dimas menoleh, dan berjalan mendekat kearah ibu-ibu itu.
"Kamu kenapa dim? Kok kusut sekali muka mu." Tanya bu ani dengan penasaran.
"Istri saya bu, lasmi terkena sakit aneh." Jawab dimas lirih, ia tak mampu membendung air matanya lagi.
Para ibu-ibu itu yang mendengar jelas terkejut. Mereka tak menyangka jika lasmi pun terkena penyakit aneh.
"Apa sakitnya itu seperti terkena koreng, nanah serta berbau busuk?." Tanya bu ani.
"Bagaimana ibu bisa tau?." Bukannya menjawab pertanyaan bu ani, dimas malah bertanya balik dengan raut wajah terkejut.
"Wati pun juga menderita penyakit aneh seperti istri mu." Jawab bu ani.
Dimas baru menyadari jika wati istri dari rusli pun mengalami penyakit yang aneh seperti yang di derita lasmi.
"Kalo gitu saya permisi dulu, bu ibu." Pamit dimas, ia segera melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kearah rumah.
Ibu-ibu itu hanya mengangguk dan memandangan dimas dengan penuh iba.
"Gak nyangka ya, lasmi pun terkena penyakit aneh itu, hih kenapa desa kita jadi seram begini." Ucap bu rini seraya bergidik.
"Iya, akhir-akhirnya ini suasananya kayak beda gitu, mencekam." Celetuk mang ujang, yang ternyata menyimak obrolan mereka. Para ibu-ibu itu mengiyakan ucapan dari penjual sayur tersebut.
Tak lama, mereka segera pulang kerumah masing-masing setelah selesai memilah sayur.
_Di dalam hutan_
Galuh dan mbah karsa kedatangan tamu, yaitu mbah surya dan renggo, mereka berempat terlihat sedang membahas tentang desa alas pati.
"Akhir-akhir ini desa menjadi berbeda dari biasanya." Ucap mbah surya dengan menarik napas panjang.
"Maksudnya bagaimana mbah?." Tanya galuh yang tek mengerti.
"Desa alas pati, saat malam hari sangat berbeda sekali hawanya dan setiap malam pun terdengar suara burung gagak, 2 malam berturut-turut aku dan renggo mendengar suara wanita tertawa dengan kencang." Jawab mbah surya dengan serius.
Galuh dan mbah karsa hanya saling pandang, mereka cukup terkejut mendengar cerita mbah surya tentang ke anehan desa alas pati.
"Aku merasa ada orang di balik semua ini." Sambung renggo dengan mimik wajah serius.
Mbah surya, mbah karsa dan galuh hanya mengangguk dan membenarkan perkataan renggo.
"Apa menurutmu ini perbuatan sumi?." Tanya mbah surya kepada mbah karsa.
"Ntah lah, Aku juga tak tau." Jawab mbah karsa dengan bingung.
Mereka semua terlarut dalam pikiran masing-masing, hingga suara ranting yang di pijak mengangetkan mereka semua.