Aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan merasakan kepahitan dalam hidup. keluargaku yang memiliki aset kekayaan yang melimpah tiba-tiba saja bangkrut mendadak, dan yang lebih gilanya lagi Papah dan Mamah memaksa aku menikah dengan kepercayaan sang papah yang terkenal dingin dan datar itu. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan pernikahanku bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijaloverrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Happy Reading
###
Alicah terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul empat sore. ia cukup lama tertidur, ia sangat lapar sekarang. Ia bangkit dari kasur melangka ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Alicah memikih membersihkan dirinya sekalian.
Selasai mandi ia melihat Pandu mengaji di kamar duduk diatas sejadah. Pandu menutup alquran menyudahi nya saat menyadari Alicah datang. Ia meletakkan Alquran di meja dekat jendela, melipat sajadah dan menganti baju didepan Alicah tampa malu.
"Lo gak punya Malu," Teriak Alicah kesal memalingkah wajahnya yang sudah memerah, ia tidak memungkiri tubuh Pandu memang sangat bagus. Hal itu tidak ditanggapi Pandu. selesai Pandu mendekati Alicah yang duduk dikasur.
"Saya minta tolong dong pijitin baju saya," Punya Pandu pada Alicah, ia merasa bahunya cukup pegal setelah selesai bekerja.
"Gue gak bisa mijitin orang," Alicah tudak berbohong, ia memang belum pernah melakukan itu.
"Cukup gini aja, saya mohon, bahu saya pegal banget," Melihat wajah pabdu yang kelelahan Akhirnya Alicah mengiyakan. Ia menggeaer duduknya ke belakang Pandu dan mulai memijit bahu Pandu.
"Gini?" Tanya Alicah memastikan.
"Iya, tapi kerasin lagi mijitnya," Alicah mematuhi ia berusaha keras memijit bahu Pandu.
Beberapa menit berlalu Alicah meraca capek. " Udah, gue gak mampu lagi mijit lo, tenaga gue habis," Alicah menurunkan Tangannya dari bahu Pandu laku merebahkan tubuhnya dikasur. Pandu terkekeh mendengarnya. "Makasih Istri,"
"Hmm," Alicah baru ingat ia belum makan
"Pandu," Panggil Alicah pelan, ia sedikit malu meminta tolong pria itu.
"Kenapa?" Pandu menatap Alicah bingung, melihat tingkah Alicah yang malu-malu, tumben pikirnya.
"Gue lapar," Gumam Alicah pelan tapi masih bisa di dengar Pandu.
"Kenapa belum makan? Uangnya gak cukup?" Pandu bingung sendiri, tadi pagi ia memberikan Alicah uang untuk beli makan, malah ia memberi lebih dari biasanya.
"Ish bukan gak cukup," cemberut Alicah
"Jadi?,"
"Toko makanan nya tutup, terus kata Siska gak bakalan buka lagi." Jawab Alicah dengan bibir mengerucut, tampa ia sadari Pandu salah pokus ke arah bibir Alicah yang terlihat menggoda.
Tidak mendapat respon apapun dari Pandu, Alica mendongak menatap Pandu yang terdiam menatap lurus kearahnya.
"Lo kenapa?" Alifa merasa aneh melihat keterdiaman Pandu seperti sedang membayangkan sesuatu.
Alicah memukul bahu Pandu untuk menyadarkan pria itu. "Pandu lo kenapa sih," Kesal Alicah
"Gak papa," Pandu tersadar dan membuang pandangan ke arah lain,"
"Lo dengerin yang gue bilang gak sih? Gue laper banget belum makan dari tadi," Adunya.
Pandu terdiam memikirkan sesuatu. Ia juga bingung kenapa toko makanan yang digadang-gadang kan sukses tiba-tiba tutup.
Terjadi keheningan dikamar itu, detik berikutnya Pandu mendapat solusi. "Gini ajah, kamu masih tahan sebentar lagi?" Pandu sedikit takut maag Alicah kambuh.
"Iya tapi gak bisa lama lagi, gue udah laper banget,"
"Ayo kita berangkat sekarang," Pandu bangkit dari duduknya ia melangkah melewati mengambil jaket untuk mereka berdua.
"Mau kemana?" Alicah bingung melihat Pandu mengambil jaket dan memakainnya.
"Kita ke Desa sebelah, nih pake jaketnya," Alicah menurut memakai jaket dan keduanya berjalan keluar setelah Pandu mengambil dompet dan kunci sepeda motor.
"Disana ada signal gak?" Tanya Alicah penuh harap.
"Sepertinya ada,"
"Tunggu bentar, gue ngambil handphone dulu," Alicah berlari ke dalam kamar mengambil handphone dengan cepat. "Ayo," Ajak Alicah semangat, ia sudah tidak sabar.
Alicah terdiam melihat kendaraan yang akan mereka naiki. sepeda motor matic itu membuat Alicah kaget.
"Kita perginya naik ini?"
"Iya, kan cuman ada ini," balas Pandu santai.
"ish tapi gue kan gak pernah naik motor pandu," Rengek Alicah, Ia takut naik motor, "Nanti kalau jatuh gimana?"
"InsyaAllah gak bakal jatuh, percaya sama aku," Ucap pandu meyakinkan. Jika kalian bertanya dimana simbok maka jawabannya Simbok ada di rumah tetangga yang akan mengadakan hajatan, simbok ikut menolong disana. jadi hal itu membuat Alicah sedikit tenang.
"Mau ikut atau tidak?"
"Ishh.. ya udah gue ikut, tapi harus hati-hati," tegas Alicah penuh Ancaman. "Kalau gue nanti kenapa-napa itu salah lo," Alicah mendekati Pandu yang sudah duduk di atas motor. Tampa membalas Alicah, Pandu memakaian Helm dikepala istrinya, lalu menuntunnya naik ke atas motor dengan memegang lengan Alicah.
"Udah?"
"Hmm,"
"Pegangan kalau gak mau jatuh," Alicah menggerutu terpaksa memegang Jaket Pandu.
"Yang benar pegangannya Alicah,"
"ini udah benaran kok," Jawab Alicah tak mau kalah.
Pandu membuang napas kasar menarik tangan Alicah melingkarkan di perutnya.
"Gini pegangan yang benar kalau naik motor sama suami,"
"Modus lo aja kali," Alicah mencubit perut Pandu tampa melepaskan lilitan tangannya. Pandu meringis kesakitan. Ia menghidupkan mesin motor melakukannya. Alicah yang ketakutan memeluk erat Pandu.
"Pan, jangan kencang-kencang dong bawa motornya," Omel Akicah ditelinga Pandu.
"Iya," Pandu mengurangi Laju motor melewati jalan yang bebatuan. Jalanan yang bebatuan membuat mereka memakan waktu agak lama di jalan. Jarak antara desa Pandu dan desa tetangga memakan waktu setengah jam.
Kini mereka telah sampai didesa sebelah dan Alicah melihat desa ini lebih ramai dari desa tempat tinggal mereka. Ada banyak jual jajanan pinggir jalan dan banyak toko-toko juga. Alicah sudah tidak merasa takut lagi malah sekarng ia keasikan di atas motor. naik motor tidak seburuk yang ia pikirkan selama ini. Justru sekarang ia akan meminta Pandu untu sering-sering mengajaknya naik motor.
Pandu menghentikan motornya didepan toko makanan yang mirip seperti di desa mereka. Alicah turun terlebih dahulu, Pandu membuka Helm Alicah dan juga jaketnya. tak lupa ia juga membuka helm dan jaket miliknya. Pandu tersenyum melihat kantusiasan Alicah melihat menu makanan yang pajang disana. Saking senangnya, Alicah tampa sadar menarik tangan Pandu masuk kedalam Toko. Pandu hanya menurut langkah Alicah.
"Alicah sangat senang karena menu di sini lebih banyak dan kelihatan enak.
"Gue mau ini, ini dan ini," Tunjuk Alicah dengan senyuman. Pandu mengerti dan mulai memesan Makanan mereka. Pandu mengajak Alicah untuk duduk di kursi kosong dekat dinding. Tak lupa Pandu memesan makanan untuk simbok walaupun ia tau simbok akan menolak dan mengomel.
Pandu memperhatikan Alicah yang kegirangan memaikan Handphone, detik berikutnya ia mulai cemberut.
"Kenapa lagi?"
"Kuota gue habis, ishh bikin kesal aja deh," Kesal Alicah.
"Pan minta hospot nya dong,"
"Saya gak bawa Handphone,"
"Bohong," Alicah tidak percaya Pandu tidak membawa Handphone nya.
"Saya tidak bohong Alicah," Alicah tak membalas lagi ia meletakkan Handphone nya di atas meja.
Bersambung...
Hi Readers, Terima Kasih Karena telah baca cerita ini, ini cerita perdana aku, jadi harap maklum ya,. Jangan lupa untuk Like komen Vote dan share.
Salam manis dari author. Lijaloverrr. *** 😊🥰🥰