“Jangan sok suci, Kayuna! Kalau bukan aku yang menikahimu, kau hanya akan menjadi gadis murahan yang berkeliling menjual diri!”
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
“Saya Niko, CEO MH Group.” Niko menjabat erat tangan Ferdy — calon investor yang akan bekerja sama dengannya.
“Ferdy.” Pria berkulit putih bersih itu menjawab singkat.
Keduanya kemudian duduk. Niko membuka percakapan dengan mengenalkan sampel produk kosmetik yang baru saja berhasil ia luncurkan.
Airin membuka laptopnya, dengan hati-hati mencatat tiap detail penting obrolan kedua orang terkemuka tersebut. Sementara Kevin tampak sibuk dengan berbagai bingkisan yang sengaja Niko siapkan untuk mencuri hati sang investor.
“Untuk model … saya sudah menyiapkannya, Pak Niko,” ujar Ferdy tegas.
“Model?” Dahi Niko mengernyit.
“Iya, model untuk menjadi Brand Ambassador produk kerja sama kita. Saya mengenal pemilik agensinya, saya jamin modelnya sangat profesional dan akan sangat menarik banyak perhatian pelanggan.” Ferdy membusungkan dada, menyombongkan koneksinya.
“Benarkah? Bagus kalau begitu, terima kasih sudah mau repot-repot mengurus hal yang seharusnya menjadi tanggung jawab perusahaan kami,” tutur Niko dengan senyum yang dipaksakan.
Sebetulnya ia tak ingin memakai model baru, karena masih ada beberapa model yang terikat kontrak dengan MH Group. Akan memakan banyak biaya, pikirnya. Tapi, demi mendapatkan hati sang investor ia mengiyakan saja permintaan Ferdy.
“Modelnya akan datang dan tanda tangan kontrak hari ini,” kata Ferdy, ia kemudian membuka layar ponsel. “Sudah tiba di depan, sebentar lagi masuk.”
Niko kembali mengernyit, sungguh sebuah gebrakan tak terduga. Ia sama sekali tak tahu jika akan bertemu sang model hari ini.
Tak lama, langkah mantap dari sepatu high heels tajam. Terdengar tegas dari arah pintu masuk ruangan.
Seorang wanita berpenampilan glamour nan menawan, mengenakan kaca mata hitam. Kelopak mata lentiknya berkedip manja kala ia membuka lensa hitamnya.
“Selamat siang, Pak Ferdy,” sapa Kayuna sambil tersenyum lebar.
Niko seketika berdiri. Napasnya tertahan di ujung kerongkongan, pelupuknya memerah — memanas. ‘Kayuna.’
Airin pun terkesiap, beranjak dari duduknya, matanya melotot tajam. ‘Yuna ….’
“Maaf, saya terlambat,” ucap Kayuna kemudian menghampiri Ferdy, ber-cipika-cipiki di hadapan Niko.
Ditemani Madam Merry, Kayuna duduk dengan wajah percaya diri.
Ferdy jelas tahu betul siapa Kayuna. Seorang wanita yang tengah ramai jadi perbincangan warganet — istri Niko. Ia sengaja tak memberi tahu Niko tentang kesepakatannya dengan Kayuna atas permintaan wanita itu.
Melihat kegigihan Kayuna saat menjalani audisi, di mana dirinya-lah yang menjadi juri acara tersebut. Mata pebisnis tak pernah meleset, Ferdy melihat kualifikasi bakat pada diri Kayuna. Meski sudah di usia matang, semangatnya masih menggebu. Bahkan, agensi Madam Merry, dialah yang memberi saran pada Adrian.
Ferdy, salah satu kenalan koneksi Adrian. Ia berhutang budi pada Adrian di masa lalu, hari ini ia ingin membalas meski bantuannya tak seberapa.
Setelah selesai berbincang tentang bisnis. Akhirnya Ferdy dan Madam Merry melangkah pergi. Tersisa Kayuna, Niko dan Airin di ruangan itu.
“Kau … bersembunyi di mana selama ini?” Niko mendesis tajam.
“Why? Kau merindukanku, Suamiku?” Kayuna bersilat manja, tapi nadanya mengejek.
Niko menyeringai sinis. “Dasar Jalang!”
Kayuna terkekeh pelan, seolah umpatan Niko adalah lelucon ringan. “Kalian … masih terlihat serasi, bahkan sampai hari ini,” ujarnya setelah menggeser pandangan ke Airin.
“Hai, Rin. Bagaimana kabarmu?” sapa Kayuna sambil tersenyum hambar. “Perutmu … agak buncit dari biasanya, udah berapa bulan?”
Airin sontak membelalak mendengar celetukan Kayuna. Ia menatap Niko dengan gugup.
“Apa maksudmu, Yuna?!” balasnya panik.
Niko menelisik dengan tatapan tajam. “Buncit? Berapa bulan?”
“Bukan, Mas. Maksudku ….” Airin tergagap, tersedak ludahnya sendiri.
“Mas?” Kayuna mengangkat alisnya, kemudian menutup mulut setengah menahan tawa. Namun tawanya lepas begitu saja. “HAHAHA!” Merasa geli dan jijik menjadi satu.
Brak!
Niko menggebrak meja. Tawa keras Kayuna terhenti seketika.
“Kau mengejekku? Hah?!” bentak Niko.
Kayuna mengangkat dagu, seolah gebrakan suaminya sama sekali tak membuatnya terancam. Ia lalu tertawa kecil, tapi tatapannya sedingin es.
Niko mencondongkan tubuh ke arah seberang meja, tepat Kayuna duduk dengan tatapan congkak. “Kau memantik api pertempuran denganku, Kayuna. Kau … takkan lolos, menyerahlah.”
“Seharusnya itu menjadi kalimatku, Niko.” Kayuna berdecak sinis. “Ini baru peringatan. Aku bahkan bisa merangkul dan menguasai investormu. Menghancurkanmu? Itu hanya hal kecil bagiku!”
Perempuan berambut hitam pekat yang di gerai menjuntai itu membuat gerakan meremehkan dengan ujung jarinya, seolah menggambarkan seberapa remehnya Niko bagi dirinya.
Amarah Niko nyaris pecah. Perlakuan Kayuna sangat menusuk egonya, melukai harga diri yang sudah ia bangun dengan kokoh selama ini.
“Kau semakin tak terkendali … jangan berlagak, Jalang! Kau pikir laki-laki simpananmu itu akan terus mengurusmu? Jangan mimpi! Kau hanya dijadikan mainan sementara saja, buat seru-seruan kala dia kesepian.”
“Setelah bosan, kau akan kembali ditelantarkan oleh Adrian.” Niko melontarkan kata-kata miris.
Kayuna kembali mendongak. “Tutup mulutmu! Brengsek!”
Kini tubuh perempuan pemilik manik bening itu berdiri tegak. Tatapannya menembus udara.
“Jangan sebut nama priaku dengan mulut busukmu itu! Asal kau tau, dia … sangat jauh lebih unggul darimu. Bahkan ….” Kayuna menggantung kalimatnya, lalu menunduk ke arah area sensitive suaminya. “Pedang tumpul miliknya pun … jauh lebih memuaskan dibandingkan milikmu.”
Niko membulatkan mata, terkejut, seolah tak percaya. Kayuna menghina keperkasaannya.
Sementara di luar gedung. Adrian dan Reza memantau melalui monitor. Kamera tersembunyi yang terpasang di liontin Kayuna, merekam jelas raut Niko yang menegang.
Mendengar celetukan Kayuna. Keduanya sontak bersamaan menunduk menatap area yang menonjol milik Adrian. Lalu saling pandang, kemudian membeku sesaat.
Adrian menelan ludah, sementara Reza berpura-pura menutup telinga. Keduanya tampak syok tak bisa berkata-kata.
Tapi dari sorot mata Adrian terlihat jelas rasa bangganya pada Kayuna, seolah mengatakan tanpa suara Yes, that's my girl!.
Danar yang berdiri — berjaga di sisi pintu luar ruang rapat pun, mendengarkan lewat earphonenya. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Berusaha menahan tawa yang nyaris pecah.
Suasana di dalam ruang rapat itu kian mencekam. Tatapan setajam silet masih terus tertuju pada Kayuna. Tapi perempuan itu sama sekali tak menunjukan rasa gentar, ia tetap berdiri menegakkan bahunya.
Melihat ketegangan itu, Adrian merasa cemas. Ia akhirnya turun dari mobil dan melangkah menuju ruangan itu, bersiaga kalau-kalau terjadi sesuatu yang ia takutkan.
“Apa rencana kalian selanjutnya?” tanya Kayuna masih menatap nyalang suaminya. “Menikah? Atau … berpesta dulu? Merayakan kehamilan—”
“Kayuna!” Airin berdiri dengan wajah yang mengeras. “Tutup mulutmu, Jalang gila!”
Airin masih menyembunyikan kehamilannya dari Niko. Karna sebelumnya ia mendapat kecaman dari Kevin yang memperingatkan agar menjaga jarak karna kondisi perusahaan sedang genting.
Kevin juga menyampaikan bahwa Niko sedang berada di bawah tekanan besar dari Ayahnya, dan yang paling membuatnya tercekat — Niko sama sekali tak pernah mengharapkan seorang anak.
Dia berencana memberi tahu Niko jika urusan kantor sudah terkendali, dan resmi bercerai dengan Kayuna. Karna dia berharap hak waris jatuh seutuhnya pada anaknya kelak, juga singgasana nyonya menjadi miliknya seorang.
“Kenapa?” tanya Kayuna dengan nada mengintimidasi.
“Kau belum tau kalau wanita simpananmu itu hamil?!” Kayuna sengaja meninggikan suaranya, hingga terdengar menggema di telinga Niko.
“Hamil?” Niko mengernyit ke arah Airin.
“Mas, itu ….” Airin menelan ludah pahit.
“Lupakan soal Airin. Mari bahas dulu masalah kita yang lebih penting,” ujar Niko kembali menilik tajam istrinya.
‘Yang lebih penting?’ batin Airin membara.
Kayuna menyunggingkan bibirnya, lalu menggeser langkahnya ke arah Airin. “Kau dengar? Sundal gila? Baginya, aku masih yang lebih penting,” ucapnya sambil tersenyum mengejek.
Airin mengeratkan kepalan di sisi tubuh, dadanya sesak dipenuhi amarah tertahan. “Wanita keparat!” Ia melayangkan tangan ke udara, hendak menjatuhkan tamparannya.
Plak!
Sebelum benar-benar menampar, Kayuna sudah lebih dulu mendaratkan hantaman ke wajah Airin.
“Akhhhh!!” Airin menoleh ke samping, jari-jarinya mengusap pipinya yang panas bercampur perih.
Tamparan keras Kayuna membekas di wajah wanita simpanan itu.
“Kayuna!” bentak Niko.
Kayuna tak menoleh, ia masih meluruskan pandangan ke Airin. Tangannya mencengkram rambut Airin.
“Lihat!” desisnya sambil menunjukan cincin berlian yang masih melingkar di jari manisnya. “Sebelum aku resmi bercerai dengannya. Kau … hanya akan menjadi wanita simpanan alias L*NTE!”
Niko mengerutkan dahinya. Tatapannya semakin geram. Ia pun melangkah mendekati Kayuna yang masih menindas Airin. “Lepaskan dia!”
Tangannya dengan paksa menarik lengan Kayuna. “Dengar, Jalang. Mari bahas dirimu yang sudah mengacaukan hidupku!”
“Akh!” Kayuna menepis keras tangan Niko. “Mengacaukan? Kau tidak salah ingat?! Kaulah yang sudah menghancurkan hidupku, Brengsek!”
Rahang Niko mengeras. “Jawab pertanyaanku. Kau … benar-benar tidur dengan Adrian? Kau ingin balas dendam?!”
Kayuna mendongak, manik pekatnya berbinar penuh ejekan. Lalu ia terkekeh pelan.
“Ya. Awalnya aku hanya ingin balas dendam, tapi … setelah kucoba, rasanya menyenangkan. Menggairahkan ….” Sudut bibirnya menyungging. “Saat bersamamu, aku tak bisa merasakan gairah itu.”
Kata-kata Kayuna kembali menusuk harga diri Niko. “Dasar wanita murahan!”
Brak!
*
*
Bersambung.