Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.
Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.
Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26 Sahabat Atau Saudara
Vanya memeluk perutnya yang terasa geli. Aneh sekali rasanya ketika Devan mengatakan hal menggelikan tadi. Gara-gara perkataan Devan Vanya kembali berjalan kerumahnya tidak jadi membeli sate kambing. Sedangkan Devan sendiri Vanya rasa cowok itu masih ada di bawah bercerita dengan kedua orangtuanya.
"Dih Devan ngapain sih ngomong kayak gitu, gue kan jadi rada geli."
Vanya menggigit selimutnya memikirkan kembali kejadian tadi. Vanya menggeleng keras berusaha menghilangkan kejadian memalukan tadi.
"Devan ngapain sih bicara kayak tadi!" Vanya bergerak ditempat tidurnya seperti belut membuat kasurnya tampak berantakan. "Jantung gue."
Vanya memegang jantungnya dan merasakan kalau saat ini pipinya memanas.
"Gak-gak Devan pasti cuma bercanda tadi. Oke kita harus lupain yang tadi," Vanya mengelus dadanya berusaha mengembalikan akalnya. "Ih gak bisa!"
•••
"Devan!"
Devan memutar bola matanya malas karena tahu apa yang akan Maminya bahas. Maminya ini effort sekali pada si tornado. Kayaknya maminya ini belum kenal baik deh sama si tornado.
"Gimana sama Senja? Cantik kan orangnya?"
"Gak! Mami tuh harus kenal dulu gimana tuh anak."
"Loh kenapa? Mami lihat anaknya anggun Kok, gak kalah cantik juga sama Vanya."
"Jauhlah Mi, dimana-mana Vanya itu tetap cantik. Bahkan Selena Gomes pun kalah cantik sama Vanya. " Cerocos Devan tak terima Vanya dibanding-bandingkan dengan orang lain.
"Mami harus tahu, tadi aku jemput dia datang-datang nabok kepala Devan. Sakit banget lagi. Terus dia langsung nyuruh Devan bawa barang-barangnya. Kan kurang ngajar Mi!"
"Mungkin itu cara dia kenalan Dev."
"Gak Mi, dia tuh gak sehat Mi. Baru ketemu aja Devan frustasi lihat kelakuannya. Belum lagi pas sampai diapartemen dia langsung nutupin Devan pintu. Gak ah Devan gak mau mami kenalin sama dia lagi," Dengus Devan mengomeli Lena.
"Enak aja, mami tetap kenalin kamu sama dia, mami gak akan berhenti sampai kamu suami istri sama dia."
"Papi tolong Devan Pi!" Teriak Devan berlari kekamarnya, tidak kuat dengan Lena.
"Mau kemana kamu, Devan sini! Besok pokoknya kamu harus kembali ketemu sama Senja!"
"Gak mau lagi ketemu sama tornado Mi!" Teriak Devan dari atas.
"Tornado siapa sih maksud kamu ha?!"
"Tornado itu senja karena namanya gak sama sama kelakuannya."
"Dasar anak kingkong!"
•••
Vanya datang lebih cepat ke kampus karena punya janji dengan Lamia. Semalam cewek itu mengirim pesan padanya dan mengajak Vanya ke kafe dekat kampus. Vanya yang tidak punya kerjaan dan kelasnya masih lama akhirnya menerima ajakan Lamia.
Vanya melambaikan tangannya saat melihat Lamia melambaikan tangan padanya.
"Hai kak, "Sapa Vanya walaupun umur mereka sama tapi Vanya merasa tak sopan jika memanggil Lamia tanpa embel-embel kak.
"Lo mau pesan apa Vanya? Tenang gue yang traktir."
"Eh gak usah kak," Tolak Vanya tidak enak hati.
"Gak papalah Nex time Lo yang traktir gue balik, oke?"
"Oke kak." Ucap Vanya menyetujui.
"Lo baru ke kafe sini?" Tanya Lamia setelah Vanya sudah memesan pesanannya.
"Baru 2 kali kayaknya deh, eh 3 kali tapi cuma Devan yang masuk sih soalnya pesan minum doang," Jelas Vanya membuat Lamia terdiam sesaat.
"Gimana menurut Lo sama kafe ini?"
"Mantap sih, minumnya juga enak-enak. Kalau kondisinya udah diatas jam satuan sih bakal rame sih nih kafe, untung kita datang cepat kak."
"Eh jangan manggil kak dong, gue barasa tua banget, kita seumuran kan?"
"Iya sih, Kok kak Lamia tahu?"
"Devan yang ngomong sama gue waktu itu," Ucap Lamia berbohong.
"Oh..." Vanya beroharia saja membalas ucapan Lamia.
"Eh pesanannya sudah datang."
Mereka berdua larut dalam percakapan. Vanya rasa Lamia orangnya asik. Anis salah tangkap kalau begini menganggap Lamia gak baik. Buktinya Lamia suka bercanda dan ada saja bahan untuk dijadikan pembicaraan.
"Pas camp itu, Lo harus tahu gue jatuh ke sungai untungnya ada Devan narik gue. Posisinya itu Devan ogah basah-basahan alhasil dia ambil ranting terus narik gue. Pas udah dekat banget eh rantingnya patah alhasil Devan cuma bisa narik rambut gue yang panjang dan dia narik gue sampai ke pinggir. Sakit banget tapi lucu sih kalau diingat-ingat."
Vanya tertawa mendengar cerita Lamia. Devan mah gitu banget punya banyak cara nolongin orang tapi dia sendiri gak bakal susahin dirinya.
"Emang Devan kayak gitu ya?" Tanya Lamia.
"Ya gitu sih gue juga pernah tuh ditolongin. Kayak waktu hujan dia nolongin gue pas kejebak hujan di taman dekat komplek gue. Dia datang cuman pake payung anak SD masa. Dia bilang gue agah basah-basahan Lo juga gak boleh basah jadi sinian kalau Lo gak mau basah. Jahat banget kan, jadinya kan gue mepet-mepet kedia walaupun ya gue basah agak sedikit tapi kesal juga sih."
"Dia make payung SD?"
"Iya dia bilang punya anak satpam gue padahal kan posisinya disini bukan dia yang gue telfon kenapa malah tuh anak yang datang. Aneh banget."
Vanya cekikikan mengingat waktu itu sedangkan Lamia mengepalkan tangannya dibawah meja mendengar perkataan Vanya tentang kepedulian Devan yang sangat berbeda jauh dengannya.
"Namanya juga sahabat jadi saling bantu kan. Sahabat kan harus ada disetiap kita butuh bahkan sahabat juga bisa merangkap jadi saudara. Kayak Lo ini sama Devan. Kayak saudara."
Vanya menurunkan senyumannya saat mendengar perkataan Lamia. Benar sekali yang dikatakan Lamia bahwa Devan sudah seperti abangnya sendiri karena selama ini ia anak tunggal dan saat Devan menjadi sahabatnya ia merasa bergantung pada cowok itu.
"Benar kita kayak soudara."
•••
Miko menambahkan anda
"Ini GB apa? Loh Lo juga masuk Nis,"
"Gak tahu juga, Miko gak jelas banget."
GB no cinta-cintaan ✨
"Woi ini GB apa?" Tanya Devan.
"GB Gban Dev✌️."
"Tujuannya apa bangke? GB gue banyak banget anjir, belum lagi GB keluarga gue," Noah menggerutu sebal.
"Vanya mana Vanya mana, muncul gak Lo,"
"Napa Lo?"
"Lo dimana anjir?"
"Gue baru mau masuk kelas, kenapa sih?"
"Bunda gue datang jengukin gue dia bikin Dessert enak, Lo harus coba!"
"Wah benar Lo? Bunda Lo datang? Tunggu gue di apart Lo!"
"Gue ikut!"
"Lo gak diajak Dev, sorry."
"Oke gue tinggal tanya sama bunda Lo kalau Lo suka ke club gimana?"
"Oke-oke Lo boleh ikut. Sama Anis juga boleh."
"Maaf kak gue gak bisa."
"Ya...padahal gue mau ngenalin Lo ke bunda gue."
"Dosen gue dah masuk, dah kita lanjut bentar."
Vanya melirik Anis. Ia tahu sekali sahabatnya itu pasti ingin sekali ikut karena selama ini Anis selalu dikekang dan diatur oleh Ayahnya yang memang galaknya minta ampun.
"Yakin gak mau ikut?"
"Lo juga suka kan sama Dessert?" Tak mendapatkan balasan dari Anis Vanya lanjut memanas-manasi Anis.
"Bdw bundanya Miko punya toko Dessert terkenal loh."
"Mau!" Seru Anis berseru tiba-tiba membuat Vanya terkekeh.
"Gue yang bantu izin sama bokap Lo, tenang aja."
"Makasih Vanya."
"Sama-sama."
•••
Vanya menikmati Dessert buatan bunda Miko dengan tenang. Bunda Miko ini toko Dessertnya terkanal banget di Jakarta bahkan dia sudah membuka beberapa cabang dimana-mana terutama di Bandung. Kata bunda Miko rencananya toko barunya ini bakal launching 2 hari lagi dan kayaknya Miko yang bakal ambil alih toko dicabang ini sepertinya.
"Belepotan banget sih," Gerutu Devan membersihkan mulut Vanya. Vanya yang diperlakukan seperti itu hanya terkekeh dan kembali mencomot lagi.
"Bun ini namanya Anis," Ucap Miko memperkenalkan Anis pada bundanya.
"Mm....ada apa nih tiba-tiba kenalin anak cantik ini?" Tanya Bunda Naya diselingi dengan nada menggoda.
"Ya... Gak ada apa-apa Bun. Kan disini bunda cuman kenal, Devan, Noah, sama Vanya, jadi gak salah dong aku kenalin Anis teman baru aku."
"Yakin teman?" Goda Noah terkekeh membuat si empunya mendapatkan tatapan tajam dari Miko.
"Bukan teman Bun tapi crushnya Miko," Tambah Devan memperjelas membuat Vanya terkekeh sedangkan Anis merasa malu digoda oleh semua orang.
"Bunda sih yes."
Celetukan bunda Naya membuat Devan, Vanya, dan Noah bersorak seru. Memang bundanya Miko nih ramah dan pengertian banget sama anak-anak. Mereka juga sering curhat satu sama lain karena bunda Naya ini pendengar yang baik banget.
"Nis, cyeee!" Goda Vanya menyenggol Anis yang menunduk malu.
"Tapi Bun dia anak TNI, Miko takut katanya,"
"Devan ih lemes banget mulutnya," Kesal Miko karena dia tidak enak pada Anis yang belum mengeluarkan suara sama sekali. Kalau kayak gini Anis bisa saja lari sebelum dipepet abis-abisan.
"Kalau takut berarti bukan pake Otong."
"Bun," Tegur Miko malu sekali.
"Bercanda kali, siapa nama kamu cantik?"
"Anis."
"Manis?"
Anis sedikit mengangkat wajahnya dan menggeleng." Anis." Ulangnya.
"Haha kirain manis namanya. Anak saya suka sama kamu, saya sebagai orang tuanya mau izin, boleh?"
"Boleh gak Nis?" Tanya Vanya masih memasang wajah menggodanya. Anis yang melihat itu ingin sekali mencubit Vanya.
"Bolelah pasti." Seru Noah.
"Boleh gak?" Tanya Bunda Naya kembali memastikan.
"Boleh."
"Yes!" Seru Miko bersorak kesenangan bahkan ia mencekik Devan membuat si empunya berteriak.
"Anjir sakit!"
"Siap-siap aja jadi nyonya toko Dessert." Bisik Vanya mengerlingkan matanya geli.
"Vanya ih."