NovelToon NovelToon
Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Keluarga / Romansa / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:575.3k
Nilai: 4.3
Nama Author: Sadewi Ravita

Jika menurut banyak orang pernikahan yang sudah berjalan di atas lima tahun telah berhasil secara finansial, itu tidak berlaku untuk rumah tangga Rania Salsabila dan Alif Darmawangsa. Usia pernikahan mereka sudah 11 tahun, di karuniai seorang putri berusia 10 tahun dan seorang putra berusia 3 tahun. Dari luar hubungan mereka terlihat harmonis, kehidupan mereka juga terlihat cukup padahal kenyataannya hutang mereka menumpuk. Rania jarang sekali di beri nafkah suaminya dengan alasan uang gajinya sudah habis untuk cicilan motor dan kebutuhannya yang lain.

Rania bukanlah tipe gadis yang berpangku tangan, sejak awal menikah ia adalah wanita karier. Ia tidak pernah menganggur walaupun sudah memiliki anak, semua usaha rela ia lakoni untuk membantu suaminya walau kadang tidak pernah di hargai. Setiap kekecewaan ia telan sendiri, ia tidak ingin keluarganya bersedih jika tahu keadaannya. Keluarga suaminya juga tidak menyukainya karena dia anak orang miskin.
Akankah Rania dapat bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadewi Ravita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Tamparan

Rania segera menutup pintu dengan keras, emosinya masih terlihat meledak-ledak. Enak saja mertuanya mau mengambil barang dagangan yang sudah susah payah ia kumpulkan selama ini. Ia rela berpanas-panas untuk mencari barang promo kesana kemari, bahkan terkadang harus meninggalkan anak-anaknya agar lebih efisien waktu. Dan mertuanya seenaknya saja mau mengambil tanpa permisi.

Selama ia selalu di hina, sekarang saat dia mulai punya usaha seenaknya saja ibu mertuanya itu mau menjarah dagangannya. Mungkin dia pikir Rania akan selalu diam jika di hina dan di injak-injak, padahal selama ini dia melakukan hal itu karena rasa hormatnya mengingat wanita itu adalah ibu dari suaminya.

"Bu, kenapa nenek kesini marah-marah dan mau mengambil barang dagangan Ibu?" tanya Alisa yang mendengar suara keributan.

"Ibu juga tidak tahu, Nak. Mungkin nenek mu kira semua barang dagangan ini dari hasil kerja ayah mu," jawab Rania.

Sebenarnya Alisa juga sudah mendengar semuanya, hanya saja dia heran mengapa neneknya sepertinya sangat tidak menyukai ibunya. Selama ini dia tidak pernah mendengar neneknya berkata lembut kepada ibunya, setiap bertemu pasti selalu marah dan menghina ibunya. Padahal walau ibunya bukan berasal dari keluarga kaya, tapi ibunya berpendidikan dan bergelar sarjana ekonomi. Ibunya juga tidak malas, selama ini dia selalu membantu ayahnya dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

"Aku tidak suka dengan nenek, dia selalu saja jahat terhadap Ibu," tegas Alisa.

"Sayang, tidak boleh berbicara begitu. Bagaimanapun dia itu nenek mu, harus tetap kamu hormati walaupun terkadang berbuat semaunya,"

"Bukan terkadang Bu, tapi selalu begitu. Apa seorang ibu memang hanya baik kepada anak dan keluarganya saja ya, Bu?" tanya Alisa.

"Seharusnya tidak Nak, kita harus baik kepada siapa saja. Orang tua bisa juga berbuat salah, jadi kita harus bisa berpikir sendiri mana yang baik dan boleh di tiru, dan mana yang jahat yang harus kita tinggalkan,"

Rania tidak ingin mendoktrin anaknya dengan kata-kata negatif yang bisa merusak moral dan spiritual gadis kecil itu untuk ke depannya. Karena apa yang akan terjadi saat ia dewasa adalah cerminan bagaimana ia di didik sejak kecil. Orang tuanya selalu mendidik dirinya dengan tegas, bahkan tidak segan melayangkan pukulan jika ia berbuat buruk. Mungkin untuk sebagian orang itu terlihat sadis, namun justru hal itu yang mengantarkan dia sukses menjadi wanita yang kuat dan tahan banting seperti saat ini.

"Tapi Bu, Nenek Arum selalu baik kepada siapa saja termasuk kepada ayah, sedang nenek Nani mengapa dia bersikap begitu terhadap Ibu. Nenek Nani itu pilih kasih, kepada ayah baik tapi kepada Ibu..."

"Sudahlah Sayang, jangan di pikirkan lagi ya. Ibu baik-baik saja, selama ayah sayang Ibu dan kalian, Ibu tidak mau pusing dengan nenek kamu. Mungkin usianya yang semakin tua yang membuatnya begitu,"

Lagi-lagi Rania berbohong supaya Alisa tidak membenci neneknya, sesungguhnya ia sangat tertekan dengan sikap mertuanya yang selalu membuat hatinya terluka. Padahal ibu Arum, Ibu kandungnya selalu baik kepada Alif suami Rania. Baru tadi Rania berbuat tidak sopan dengan berbicara lantang dan mengusirnya, karena ia merasa ibu mertuanya sudah keterlaluan. Betapa niatnya dia kesini sampai membawa karung dan menggunakan jasa ojek online.

Rania segera merapikan kembali barang dagangan yang di buat berantakan, ia menyusunnya seperti semula.

☆☆☆

Beberapa saat kemudian.

Rania sibuk dengan gadgetnya, alhamdulillah banyak pesanan yang masuk ke wa nya. Sambil mencatat ia segera memisahkan barang sesuai pesanan, kadang ada yang ia antar namun tidak jarang juga pembeli yang mengambilnya langsung ke rumahnya. Alhamdulillah keuntungan berjualan seperti ini jauh lebih besar dari menjual gorengan dan jajanan anak.

"Sayang Ibu mau membuat pisang coklat, apa kamu mau?" tanya Rania.

"Wah pasti enak, aku mau Bu. Sudah lama tidak makan kue buatan Ibu, Bintang juga pasti suka,"

"Ya sudah kalian tunggu di sini, Ibu mau buat dulu. Jaga adik dan jangan bertengkar ya,"

Rania segera ke dapur berjibaku dengan pisang dan tepung. Sebelum menikah dia tidak bisa memasak yang susah-susah, karena saat bersama ibunya dia hanya membantu ibunya hal-hal yang ringan saja. Kalau hanya membuat mie atau nasi goreng ia bisa, selebihnya ia belajar otodidak setelah menikah. Karena pada hakikatnya tidak ada yang tidak bisa manusia pelajari jika punya niat.

Tiga puluh menit kemudian, sepiring pisang coklat hangat bertabur keju dan susu sudah siap di hidangkan, ia segera membawanya kepada anak-anaknya.

"Pisang coklat keju sudah siap, ayo di makan,"

"Enak, Bu," puji Bintang.

"Mantap sekali, lebih enak dari yang di jual di jalan," sahut Alisa.

Mereka menikmati hingga tetes terakhir, bahkan remahan-remahan di piring nyaris tidak ada. Jelas saja enak karena Rania memakai bahan premiun yang di tambah dengan rasa cinta dan kasih sayang seorang ibu.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 21.00, pantas saja mata Rania sudah terasa berat. Ia segera menemani anak-anaknya tidur. Baru juga mata akan terpejam terdengar suara motor berhenti di depan rumah, tampaknya suaminya yang datang. Dengan sedikit mengantuk Rania melangkah ke luar kamar, setelah memastikan benar suaminya yang datang ia segera membuka pintu.

"Berani-beraninya kamu membentak dan mengusir ibu ku, padahal selama ini aku sudah berusaha berubah menjadi lebih baik. Dia itu orang yang sudah melahirkan aku, tanpa dia aku tidak akan pernah ada. Kamu tega sudah membuatnya menangis, Kamu benar-benar kurang ajar Nia. Apa ibu mu tidak mendidik mu dengan benar sehingga kamu tidak sopan kepada orang tua,"

Senyum Rania seketika pudar setelah mendengar ocehan Alif, entah apa yang di ceritakan mertuanya sehingga Alif semarah ini.

"Ibu mu yang sudah tidak sopan datang kesini dan marah-marah, kenapa kamu justru menyalahkan aku Mas," ucap Rania.

Plakkk...

Sebuah tamparan mendarat di pipi Rania yang tanpa polesan bedak dan make up apapun. Serasa di sambar petir di siang bolong, hati Rania luluh lantak hancur berkeping-keping. Begitu tega suaminya menamparnya, selama ini seberat apapun masalahnya ia tidak pernah ringan tangan seperti ini.

"Kamu tidak perlu membela diri, aku tidak suka jika ibu ku di buat menangis," bentak Alif.

"Aku tidak mungkin diam saja ketika ibu mu bertindak seenaknya terhadap ku, aku sudah capek di tekan terus Mas. Kamu tidak terima jika ibu mu menangis, tapi kamu dan Ibu mu selalu membuat ku menangis. Aku juga punya perasaan Mas," teriak Rania.

Plakkk...

Lagi-lagi sebuah tamparan di layangkan Alif ke pipi wanita yang sudah melahirkan kedua anaknya. Dunia Rania terasa runtuh, ia tidak punya kekuatan lagi untuk bertahan. Lututnya terasa bergetar hebat, bahkan rasanya sudah tidak sanggup menopang tubuhnya.

"Ceraikan aku sekarang, Mas!"

1
Deli Waryenti
sidang perceraian adalah kasus perdata Thor, jadi gak ada jaksa. mohon survey dulu sebelum menulis
Deli Waryenti
surat dari Pengadilan agama
Deli Waryenti
tuh kan, makanya Rania kamu jangan lemah
Deli Waryenti
Rania oon...jangan lupa juga tanyain sama Alif masalah uang kontrakan rumah
Deli Waryenti
Rania plin plan
Deli Waryenti
alif lebay
Deli Waryenti
by the way Thor
Deli Waryenti
ternyata oh ternyata
Deli Waryenti
astaga...alif norak
Deli Waryenti
sukurin lu alif
Deli Waryenti
bapaknya alif anggota isti ya
Deli Waryenti
harusnya alif paham siapa ibunya
Deli Waryenti
ceritanya bagus dan bahasanya rapi, tapi kok sepi ya
Deli Waryenti
Luar biasa
Deli Waryenti
kok ada mertua begini
Deli Waryenti
buang saja mertuamu ke laut, Rania
Deli Waryenti
😭😭😭
Deli Waryenti
setujuuuu
Deli Waryenti
kerja apa sih si alif
Deli Waryenti
gak punya uang tapi masih merokok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!