CEO perusahaan literasi ternama, Hyung menjual dirinya di situs online sebagai pacar sewaan hanya karena GABUT. Tak disangka yg membelinya adalah karyawati perusahaannya sendiri. Ia terjebak satu atap berminggu-minggu lamanya. Benih-benih asmara pun muncul tanpa tahu jika ia adalah bosnya. Namun, saat benih itu tumbuh, sang karyawati, Saras malah memutuskannya secara sepihak. Ia tak terima dan terpaksa membongkar jati dirinya.
"Kau keterlaluan, Saras. Kau memperlakukanku semena-mena tanpa menimbang kembali perasaanku. Lihat saja! Kau akan datang padaku secara terpaksa ataupun patuh. Camkan itu!"
Ia pun ingin membalas terhadap apa yang pernah Saras lakukan padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaharu Wood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEDIH
"Sudah lama sekali kita tidak bertemu, Hyung." Zuyu memulai pembicaraan.
Hyung menegakkan tubuhnya. "Katakan apa tujuanmu ke sini?" Hyung segera bertanya ke inti.
Zuyu tersenyum. Ia tak menyangka Hyung bersikap dingin padanya. Tidak ada basa-basinya sama sekali. "Aku ke sini atas permintaan ibumu tentunya. Apa lagi?" Zuyu balik bertanya.
Hyung mengernyitkan dahinya. Ia merasa Zuyu mempunyai maksud khusus datang ke ibukota. "Aku sedang bekerja di sini. Aku tidak ingin main-main," kata Hyung lagi.
Zuyu tersenyum mengejek sambil memutar bola matanya. Ia melihat ke langit-langit ruangan Hyung. Hyung pun memerhatikan gestur tubuh Zuyu yang congkak. Ia tidak ingin Zuyu berada di ruangannya.
"Hyung, kita sudah dewasa. Apa kau tidak mengerti juga akan maksud ibumu?" tanya Zuyu.
Semakin lama pembicaraan, semakin risih yang Hyung rasakan. Namun, ia mencoba berpikir lebih tenang. Sementara Zuyu tampak beranjak berdiri dari kursinya. Ia mendekati Hyung. Zuyu berdiri di samping Hyung lalu sedikit membungkukkan tubuhnya ke arah Hyung. Saat itu juga Hyung memundurkan tubuhnya. Berusaha menjaga jarak dari Zuyu. Namun, Zuyu tampak lebih berani mendekati Hyung. Dengan lembut ia menyentuh kemeja Hyung.
"Kita akan dijodohkan. Pernikahan kita tidak akan lama lagi." Zuyu menjelaskan.
"Apa?!" Seketika Hyung tak percaya.
"Permisi." Tiba-tiba saja suara seseorang datang dan membuka pintu ruangan. "Ups. Maaf, sepertinya aku mengganggu." Dan ternyata Saras lah yang datang. Ia menundukkan pandangannya kala melihat Hyung dan Zuyu. "Aku permisi, Pak." Saras pun segera undur diri dari ruangan Hyung.
Melihat hal itu, tentu saja tidak bisa membuat Hyung diam saja. Hyung pun segera mendorong Zuyu lalu mengejar Saras.
"Saras, tunggu!"
Namun, Zuyu menahan Hyung yang akan mengejar Saras. "Siapa dia?" tanya Zuyu tanpa memedulikan perasaan Hyung.
"Lepaskan tanganku!" Hyung pun menepiskan tangan Zuyu. Ia segera keluar ruangan.
"Stef, di mana Saras?" Tampak Hyung yang segera ke meja Stefany. Menanyakan Saras.
"Lho, bukannya ke ruangan Bapak?" Stefany pun terbingung-bingung sendiri.
Hyung tampak kesal. Ia kemudian segera pergi untuk mencari Saras.
Dia pasti salah prasangka terhadapku.
Sementara Stefany tampak tak mengerti. Ia kebingungan sendiri. "Sepertinya tadi aku melihat Saras masuk ke ruangan bos. Apa aku yang salah lihat ya?" Stefany merasa bingung.
Kejadian tak terduga pun terjadi hari ini. Hyung kelabakan mencari Saras. Ia ingin memperjelas apa yang terjadi di ruangan. Namun, Saras tidak juga ditemukan.
Sementara itu...
Saras menangis di toilet wanita. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat bagaimana Zuyu yang begitu intim dengan Hyung. Sedang Hyung hanya diam saja di matanya.
Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku, Vi?
Derai air mata pun menjadi saksi atas kesedihan yang tidak bisa dibendung lagi. Saras terluka. Hatinya kecewa. Ia tak menyangka jika harus melihatnya.
"Seperti ada suara orang menangis?"
Namun, tanpa Saras sadari, Saki lewat depan pintu toilet. Ia kemudian mencoba membuka sedikit pintu untuk memastikan suara siapa gerangan yang ia dengar. Hingga akhirnya ia melihat Saras yang sedang menangis di sana. Di depan wastafel kamar mandi.
Nona Saras? Mengapa dia menangis?
Saki pun terheran. Ia mencoba mengintip dari celah pintu toilet.
"Baiklah. Jika ini yang kau mau, Vi."
Saras telihat membasuh wajahnya. Ia menyeka dengan tisu yang ada di sana. Saras pun bergegas keluar kamar mandi. Saat itu juga Saki segera bersembunyi.
Vi? Apa yang dimaksud itu tuan muda?
Saki pun memerhatikan Saras yang berjalan pergi. Dengan raut wajah terheran, ia pun bertanya-tanya tentang siapa gerangan Vi. Benarkah itu tuan mudanya atau bukan.
Jam makan siang...
Keadaan sepanjang perkantoran tampak ramai saat karyawan keluar dari gedung untuk mencari tempat makan siang. Di sana, di sebuah rumah makan, tampak Stefany dan Saras yang sedang duduk menyantap makanan bersama. Namun sedari tadi Saras hanya diam saja.
"Kau sepertinya sedang tidak ada gairah, Ras." Stefany menyantap baksonya.
Saras mengangguk. Ia terlihat lemas.
"Coba ceritakan padaku apa yang sedang kau alami. Mungkin aku bisa sedikit membantu." Stefany bersedia menjadi pendengar Saras.
Saras menyeruput es jeruknya. "Apa kau punya kenalan di perusahaan lain?" tanya Saras kepada Stefany.
"Kenalan? Jangan bilang kau ingin resign?" Stefany menduga.
Saras mengembuskan napasnya kuat-kuat. Ia menatap langit-langit rumah makan.
"Sepertinya sedang terjadi sesuatu pada hatimu. Tak biasanya kau begini. Apa ini ada kaitannya dengan bos kita?" tanya Stefany yang membuat Saras tersentak.
"Dia?!" Saras menyebut Hyung dengan kata dia.
"He-em." Stefany mengangguk. Ia juga menyeruput es jeruknya.
Saras menggelengkan kepala. "Tidak. Bukan karena dia." Saras mencoba menutupi.
Stefany bernapas lega. "Syukurlah jika bukan karena bos kita," kata Stefany lagi.
"Memangnya kenapa? Kau mengetahui sesuatu tentangnya?" Saras pun bertanya.
Stefany hampir tersedak minumannya sendiri. "Tidak. Aku tidak tahu apa-apa. Hanya mendengar sekilas saja," terang Stefany.
Saras pun merasa ada informasi untuknya. "Mendengar apa? Tentang apa?" Saras ingin tahu.
Stefany tersenyum kepada Saras. "Kau masih kepo juga, Ras." Stefany meledek Saras.
"Ya sudah jika tidak mau cerita padaku." Saras pun ngambek kepada Stefany.
Stefany tertawa. "Kau ini. Sudah dewasa masih saja seperti anak kecil. Santai lah sedikit. Dunia kadang tidak sesuai harapan kita," tutur Stefany.
"Sudah diam saja. Aku tidak ingin mendengarkan ceramahmu," gerutu Saras.
"Ya, ya, baiklah." Stefany akhirnya mengalah. "Ini tentang tuan Hyung, bos kita," kata Stefany lagi.
Saat mendengar nama itu, saat itu juga Saras ingin tahu lebih lanjut. "Apa? Kau tahu apa?" Saras penasaran.
"Begini ...." Stefany pun mulai menceritakan.
Satu jam yang lalu...
Stefany baru saja dari ruang marketing. Ia melewati ruangan Nyonya Ra di sana. Namun, tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat melihat pintu ruangan Nyonya Ra yang sedikit terbuka. Ia pun ingin menutupnya. Tapi saat ingin menutup, saat itu juga ia mendengar sesuatu dari dalam sana. Sebuah percakapan yang mengejutkannya.
"Sudah jangan ganggu keputusanku. Aku ibunya. Aku lebih berhak mengatur dibandingkan dirimu." Nyonya Ra menelepon seseorang di dalam.
Stefany pun diam-diam mendengar percakapan tersebut. Ia menempelkan telinganya di daun pintu.
Kaget ya karena dia tamvan 😁