CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Keputusan yang menentukan hidup dan mati
Agatha dan putrinya dengan cepat tiba di kantor polisi.
Mereka langsung melihat Anggun yang sedang memberikan keterangan pada polisi dalam keadaan emosional.
Penampilan Anggun berantakan, tapi jelas perempuan itu masih hidup!
'Dasar orang-orang tidak berguna, padahal aku membayar mereka dengan angat mahal, tapi tidak bisa menghadapi seorang perempuan kecil seperti Anggun,' Gerutu Agatha dalam hati meski wajahnya penuh kesedihan.
"Bu,," Berlin menatap ibunya dengan cemas, takut kalau dalang dibalik pembunuhan itu sampai terungkap, matilah mereka berdua!
Agatha berpaling menatap putrinya, memberi tatapan menguatkan pada putrinya agar tidak pernah memiliki sikap ragu.
Berlin menganggukkan kepala, tetapi dia tetap saja cemas karena ini berhubungan dengan nyawa seseorang, terutama rencana mereka tidak berjalan dengan lancar.
Bagaimana kalau para pembunuh bayaran itu telah menyebut nama mereka?
Agatha memperhatikan putrinya yang masih tampak sedikit ragu, tapi dia tetap melangkah dengan khawatir menghampiri Anggun yang sedang duduk di salah seorang detektif.
"Ya ampun putriku, Apa yang terjadi?" Tanya Agatha seraya menatap Anggun dengan penuh kekhawatiran.
"Tidak apa-apa Bu, aku baik-baik saja," ucap Anggun.
"Syukurlah kau baik-baik saja, tapi Ibu dengar asisten rumah tangga yang bekerja di villa itu,,,, Ibu turut berduka cita, keluarga kita pasti akan memberi pesangon yang pada keluarganya," kata Agatha dengan penuh rasa bersalah.
Anggun tidak mengatakan apapun, tetapi dalam pikirannya dia telah memutuskan sesuatu untuk melindungi dirinya sendiri dengan lebih ketat.
Tidak mungkin di hari berikutnya dia cukup beruntung untuk menghindari sebuah peluru, jadi yang perlu ia lakukan sekarang ialah mencari perlindungan terhadap seseorang yang memiliki kuasa lebih besar daripada Agatha.
Sebab bagaimanapun, saat ini dia kesulitan untuk bergerak karena ayah Anggun yang masih ditawan oleh perempuan itu di suatu tempat yang tidak diketahui.
"Bolehkah sekarang saya membawa pulang Putri saya? Dia pasti sangat tertekan, kami harus segera menemui dokter," ucap Agatha dengan mata berkaca-kaca seolah-olah air matanya bisa saja runtuh kapan saja.
"Tentu, kami juga sudah menyelesaikan seluruh prosedur, kami akan menghubungi keadaan lagi saat membutuhkan sesuatu untuk proses penyelidikan ini," ucap sang detektif.
Agatha mengangguk lalu segera membawa Anggun pergi dari sana.
Lara detektif melihat sikap tiga orang itu, "hah,,, bukankah mereka terlihat dingin? Sepertinya hubungan keluarga tiri mereka tidak sedekat itu," ucap sang detektif.
"Ibu dan saudara tirinya patut di curigai," kata detektif lain.
"Tapi mereka keluarga Baraya, bahkan Perempuan itu dekat dengan--"
"Meski begitu, kita tak bisa mengabaikan dua orang itu. Mereka yang mendapat keuntungan paling besar jika Anggun sampai meninggal, Warisan keluarga Baraya." ucap sang detektif.
"Itu benar," kata detektif lain sambil menghela nafas.
Sementara ke-3 orang yang keluar dari kantor polisi kini tiba di parkiran, Anggun menghentikan langkahnya melihat dua perempuan yang berpura-pura tidak tahu apapun.
"Kalian sudah melakukannya dengan sangat baik," ucap Anggun dengan sebuah senyuman dingin di wajahnya membuat Berlin benar-benar terkejut.
Tidak mungkin Anggun yang dulu akan memiliki ekspresi seperti itu setelah mengalami musibah mengerikan yang hampir merebut nyawanya.
Tetapi kini, sepertinya hati Anggun telah menghilang seolah-olah membeku dalam kegelapan yang sangat dingin hingga membuat Berlin merasa sedikit cemas dengan tingkah Anggun yang terlihat seperti seorang psikopat.
Tetapi Agatha yang ada di sana juga ikut tersenyum, berkata, "aku juga tidak menyangka kau bisa selamat dari para pembunuh bayaran itu. Padahal aku membayar begitu mahal pada mereka, namun ternyata mereka bukan agen yang begitu hebat yang bisa menangani jallang kecil sepertimu. Tapi tenang saja, mungkin lain kali akan ada kesempatan yang lebih baik," kata Agatha yang kini tidak khawatir lagi Anggun akan mengancamnya, sebab rekaman video CCTV itu telah ia amankan, jadi tidak ada yang lagi yang perlu dikhawatirkan.
"Benar, lain kali mungkin kesempatan kalian untuk didatangi seseorang," Ucap Anggun dengan dingin sebelum melangkah meninggalkan dua perempuan itu, ia memilih menaiki taksi meninggalkan kantor polisi.
Kaki Berlin menjadi lemas mendengar ucapan Anggun itu, dia segera masuk ke mobil dan duduk dengan keringat dingin di sekujur keningnya.
Agatha menyusul putrinya, ia melihat wajah Berlin yang tampak begitu pucat.
Putrinya ini memang masih memiliki sedikit keraguan dalam bertindak, apalagi jika menyangkut nyawa seseorang.
"Jangan takut begitu, tidak ada yang bisa dilakukan rubah kecil itu," ucap Agatha.
Berlin menatap ibunya dengan penuh keraguan, "Tapi Bu, dia juga memiliki banyak uang untuk menyewa seorang pembunuh bayaran membunuh kita. Bagaimana kalau di malam hari atau bahkan malam ini kita didatangi oleh orang-orang yang dikirim Anggun untuk--"
"Hentikan!" Agatha meneriaki putrinya dengan kesal, "tidak akan terjadi apa-apa, ibu akan meningkatkan pengamanan di kediaman keluarga kita dan pengawalan mu saat keluar rumah," ucap Agatha kesal pada sang putri.
Berlin tidak mengatakan apa pun lagi, tetapi tentu saja suhu tangannya masih begitu dingin sehingga dia terus meremas tangannya karena kecemasan yang luar biasa.
Agatha masih memperhatikan putrinya, sepertinya bukan Anggun yang perlu mendapatkan konseling dokter, tetapi putrinyalah yang membutuhkannya. Dia pun memijat keningnya, seharusnya putrinyalah yang menjadi lebih kuat, bukannya jallang kecil itu!
Sementara Anggun yang telah duduk dalam sebuah taksi, diam merokok sakunya mendapatkan ponselnya dan kemudian mengetik sederetan angka pada ponsel tersebut lalu menghubunginya.
Drrtt .... Drrtt ..... Drrtt .....
"Kau sudah memutuskannya?" Suara maskulin yang sedikit serak terdengar dari seberang telepon, tampaknya pria yang dihubungi Anggun baru saja bangun tidur.
"Berapa lama kau bisa melacak keberadaan ayahku?" Tanya Anggun.
"Apa kau akan menandatangani berkasnya ketika aku menemukannya?" Tanya pria dari seberang telepon membuat Anggun memejamkan matanya dengan tangan terkepal kuat.
"Tentu," jawab Anggun membulatkan tekadnya.
"Baiklah," kata pria dari seorang telepon diakhiri panggilan telepon membuat kening Anggun berkerut.
Ada apa dengan pria ini?
Tetapi sesaat kemudian taksi yang ditumpangi Anggun langsung dihentikan oleh sebuah mobil mewah.
Seorang pria berjas hitam dengan sebuah pin di dadanya, pin yang sama dengan yang Anggun lihat di pengawal pribadi kediaman keluarga Johar.
Pria itu membuka pintu mobil tempat Anggun berada, "Nyonya Muda, tuan muda meminta kami untuk mengantar Nyonya ke suatu tempat."
Anggun terkejut, secepat ini?
Tetapi meski terkejut, Anggun mengangguk turun dari taksi dan berpindah mobil.
Mobil pun membawanya entah ke mana, tetapi Anggun tidak bertanya apapun dan hanya diam saja bersandar di kursinya dengan mata terpejam.
Ini adalah keputusan yang menentukan hidup dan matinya.
@@@ kalo perempuan terlalu hebat, musnahkan saja semua lelaki di duni ini!