Leona tiba-tiba diculik dan dibunuh oleh orang yang tidak ia kenal. Namun ketika berada di pintu kematian, seorang anak kecil datang dan mengatakan bahwa ia dapat membantu Leona kembali. Akan tetapi ada syarat yang harus Leona lakukan, yaitu menyelamatkan ibu dari sang anak tersebut.
Leona kembali hidup, namun ia harus bersembunyi dari orang-orang yang membunuhnya. Ia menyamarkan diri menjadi seorang pria dan harus berhubungan dengan pria bernama Louis Anderson, pria berbahaya yang terobsesi dengan kemampuan Leona.
Akan tetapi siapa sangka, takdir membawa Leona ke sebuah kenyataan tidak pernah ia sangka. Dimana Leona merupakan puteri asli dari keluarga kaya raya, namun posisinya diambil alih oleh yang palsu. Terlebih Leona menemukan fakta bahwa yang membunuhnya ada hubungan dengan si puteri palsu tersebut.
Bagaimana cara Leona dapat masuk ke dalam keluarganya dan mengambil kembali posisinya sebagai putri asli? Bagaimana jika Louis justru ada hubungannya dengan pembunuhan Leona?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19. BINGUNG
Semua anggota Agustine berada di rumah sekarang, menatap Luna maupun Leona dengan bermacam pandangan dan pikiran masing-masing. Rasanya seketika ruangan menjadi sesak dan memanas.
"Mom, tolong aku. Leon mau memperkosaku. Dia benar-benar jahat, tolong," ucap Luna seraya memeluk Kanna, meminta perlindungan pada wanita tersebut dengan isak tangis terus mewarnainya.
Kanna melepaskan mantel panjangnya dan memakaikannya ke Luna untuk menutupi tubuh perempuan tersebut yang telah koyak pakaian dikenakan.
"Telepon Louis dan Noah. Suruh mereka datang sekarang juga," pinta Kanna pada suaminya, William, tanpa ada nada memerintah.
William langsung mengambil ponselnya dan melakukan apa yang istrinya pinta barusan.
"Leon, benar kau ingin melakukan hal bejat itu kepada Luna?" tanya Herry dengan wajah dan tatapan luar biasa dingin.
"Tidak," jawab Leona langsung tanpa ragu.
"Bohong! Kau bahkan tidak hanya sekali ini saja memaksaku untuk tidur denganmu. Bahkan setiap malam kau selalu datang ke kamarku dan memaksa agar bisa masuk ke kamar. Kau juga sering menyentuhku setiap kali berada di ruangan yang sama dan tidak dilihat oleh orang lain. Kau benar-benar ... tidak tahu malu," kata Luna yang kembali menangis sesenggukkan.
Leona muak sudah mendengar segala kebohongan yang Luna katakan, tapi merasakan kepalanya yang sudah berdenyut sakit tidak membuat Leona fokus apa yang dikatakan Luna. Hanya berpikir kapan drama perempuan gila itu berakhir dan Leona bisa mengobati lukanya.
"Leon!" raung Raymond murka, berjalan ke arah gadis itu kemudian mencengkeram erat kerah pakaian Leona.
"Ray, stop," perintah Herry, menahan tangan Raymond dan menariknya agar melepaskan Leona.
"Tapi, Her. Dia sudah melakukan hal jahat seperti itu ke Luna. Aku memang tidak dekat dengan Luna, tapi tetap saja dia perempuan dan tidak pantas diperlakukan seperti itu," kata Raymond, bingung kenapa kakaknya itu justru membela Leona.
Melihat Herry menghentikan Raymond, justru membuat Luna tidak senang. Ditambah Luna memang tidak pernah memiliki interaksi baik dengan sang sulung Agustine itu.
"Babe," panggil Kanna pada suaminya.
"Aku sudah meminta Noah membawa polisi lain ke sini," kata William, tahu apa yang ingin Kanna katakan padanya.
"Good," sahut Kanna, kembali menatap semua orang yang ada di sana, khususnya Leona.
Luna senang mendengar kalau polisi dilibatkan, dengan ini Leona akan benar-benar pergi dari rumah sesuai keinginannya. Lebih buruknya ditahan hingga nantinya Luna dapat melakukan langkah lain untuk benar-benar menyingkirkan Leon yang menjadi pengganggu untuknya.
"Herry, bawa Leon ke mobil dan antar ke rumah sakit," perintah Kanna.
"Baik," jawab Herry tanpa membantah sedikit pun.
"Bro, kau sungguh akan membawanya ke rumah sakit?" tanya Raymond, tidak percaya kalau Leon akan mendapatkan perawatan setelah apa yang dilakukannya. "Dan bukankah polisi akan segera ke sini?" sambungnya.
"Mom?!" seru Luna tidak senang ketika mendengar hal tersebut. "Kenapa kau membawa pria bejat itu ke rumah sakit?! Kau harusnya membawanya ke kantor polisi! Biarkan Raymond juga menghajarnya, kenapa justru dihentikan! Dad?! Katakan sesuatu kenapa kau diam saja sejak tadi?! Kau membiarkan anak perempuanmu ini dilecehkan oleh pria bejat itu?!" sambung Luna dengan nada tinggi.
PLAK!
Semua orang yang ada di ruangan termasuk Leona dan Luna terkejut dengan yang barusan terjadi.
"Mom? Kenapa menamparku?" tanya Luna dengan wajah shock seraya memegang pipinya yang nyeri.
PLAK!
Lagi, Kanna menampar Luna dengan keras dan wajah tidak bersahabat sama sekali.
"Mom?! Ada apa denganmu?! Kenapa kau menamparku seperti ini?!" seru Luna bingung sekaligus tidak terima mendapatkan perlakuan seperti itu.
"Karena kau lebih menjijikan dibanding yang kupikirkan. Seharusnya aku memutusmu dari keluarga ini sejak lama. Tidak hanya membuat masalah setiap harinya, kau juga justru terus mengatakan kebohongan dan memfitnah setiap orang di rumah ini. Dan sekarang kau berani sekali berbohong dan melemparkan fitnah tentang Leon," tukas Kanna yang baik nada suara hingga tatapannya benar-benar begitu dingin penuh amarah.
"A-apa makusudmu, Mom? Aku benar-benar tidak mengerti," kata Luna yang memang tidak mengerti maksud ucapan Kanna, dan alasan kenapa wanita lemah lembut itu sampai menamparnya.
"Berhenti bersikap sok lugu. Aku sudah muak dengan semua dramamu. Jangan pernah tunjukan lagi wajahmu di depan keluargaku," desis Kanna marah.
"Mom? Aku putrimu? Kenapa kau sekarang mengusirku padahal di sini aku yang menjadi korban?" Luna kembali menangis memilukan.
"Kau bukan putri kandungku dan kau juga tahu akan hal itu. Kau pikir aku tidak tahu kalau kau melakukan tes DNA di belakangku setelah mendapati kalau golongan darahmu tidak sesuai dengan orang dalam keluarga ini. Bukannya bicara malah bersikap tidak tahu diri. Kau pikir aku dan suamiku sebodoh itu? Kau meremehkan keluarga Agustine. Kami membiarkanmu tetap tinggal di sini dan mengurusmu seperti putri kami sendiri karena kau berada di tangan kami sejak kau bayi. Tidak peduli masalah apa yang kau perbuat, kami hanya berpikir kalau suatu hari kau akan berubah. Tapi sepertinya kau justru semakin tidak tahu diri. Mulai hari ini namamu akan dicoret dari keluarga, dan kau tidak punya hak apa pun dalam keluarga ini. Kau sudah cukup menghabiskan banyak harta di rumah ini dengan sifat hedonisme-mu itu," jelas Kanna tidak melembutkan nada suara maupun air mukanya.
"Mom? Itu tidak benar!" Luna panik sekarang.
"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu. Kau tidak pantas. Terutama setelah apa yang kau lakukan pada Leon. Tidak hanya memfitnahnya tapi kau juga berusaha membunuhnya hanya karena rasa dengkimu itu," ujar Kanna tak dapat dibantah.
"Apa maksudmu? Luna mau membunuh Leon?" Raymond tidak percaya dengan yang ia dengar barusan. Benar-benar terlalu banyak informasi yang ia terima, hingga ia masih belum mengerti sepenuhnya yang terjadi.
"Louis dan Noah akan memberitahu rincinya. Tapi yang pasti, Luna mendorong Leon di tangga darurat ketika Leon berada di perusahaan Louis, dan terluka parah. Karena itu dia tidak pulang dua hari ini, Leon dirawat di rumah sakit," jelas Kanna, menatap Luna luar biasa murka.
"Tunggu, maksud Anda yang mendorong saya di kantor Louis itu adalah Luna?" tanya Leona yang baru saja mendengar hal ini.
"Benar. Noah menunjukan rekaman CCTV-nya. Setelah ini Luna akan mempertanggung jawabkan tindakannya di kantor polisi. Dan sepertinya tidak hanya itu kejahatan yang Luna lakukan," jawab Kanna.
Suara sirine mobil polisi terdengar memasuki pekarangan. Membuat Luna panik luar biasa.
"Herry? Raymond? Serahkan Luna ke polisi sekarang, setelah ini akan ada banyak yang harus kita bicarakan," perintah William ke dua anak laki-lakinya.
Herry langsung bergerak dan menarik Luna dari hadapan sang ibu. Raymond yang masih belum mengerti, tetap mengikuti ucapan ibunya. Ia menahan tangan Luna ketika perempuan itu terus meronta agar dilepaskan. Terkejut ketika mendapati Luna berteriak dan berusaha melepaskan diri dari kakak beradik itu.
Setelah Luna berhasil di bawa oleh Herry dan Raymond ke luar. Kanna langsung berlari kecil ke arah Leona. Dengan wajah yang telah berubah menjadi penuh kekhawatiran, Kanna menangkup wajah Leona lembut dan melihat keadaan gadis itu.
"You okay, Baby? Kita ke rumah sakit sekarang, oke. Ini pasti sakit sekali," ucap Kanna yang terlihat seperti ingin menangis ketika mendapati darah nyaris mengering di wajah Leona karena luka di dahi sang gadis cukup serius.
Leona bingung luar biasa dengan sikap dan cara bicara Kanna terhadapnya. Namun gadis itu tidak bisa berpikir jauh, rasa sakit di kepala gadis itu semakin jadi. Hingga tanpa gadis itu mau, pandangannya telah menggelap. Hal terakhir yang Leona dengar adalah suara Kanna memanggil namanya. Entah dia salah dengar atau tidak dengan cara wanita itu memanggil Leona. Karena Kanna memanggil 'Leona', bukannya 'Leon'.
Sejak kapan ibunya tahu tentang nama tersebut, dan itu adalah akhir dari dari ingatan Leona sebelum ia benar-benar jatuh dalam kegelapan nan nyaman.