NovelToon NovelToon
Shan Tand Dan Tahu Ajaib

Shan Tand Dan Tahu Ajaib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Ilmu Kanuragan / Kultivasi Modern
Popularitas:284
Nilai: 5
Nama Author: Fauzy Husain Bsb

Apa yang terjadi jika Seorang Pendekar Nomer satu ber-Reinkarnasi dalam bentuk Tahu Putih?

padahal rekan Pendekar lainnya ber-Reinkarnasi dalam berbagai bentuk hewan yang Sakti.

Apakah posisi sebagai Pendekar Nomer Satu masih bisa dipertahankan dalam bentuk Tahu Putih?

ikuti petualangan serunya dengan berbagai Aksi menarik dan konyol dari Shantand dan Tahu Ajaib nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzy Husain Bsb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cahaya di Tengah Malam

Malam telah meluruhkan semangat sebagian besar warga. Api unggun menyala kecil-kecil di berbagai sudut desa, seperti bintang-bintang lemah yang berusaha tetap bersinar di tengah gelapnya ancaman.

Namun ketika derap kaki kuda mulai terdengar dari kejauhan, langit seolah kembali menumbuhkan harapan.

DUM-DUM-DUM.

Seratus tapak kuda menghentak tanah Manguntirto.

Mula-mula hanya suara samar. Lalu debu beterbangan di ujung bukit. Beberapa warga yang masih berjaga mulai berlari ke arah suara, menggenggam senjata seadanya—takut jika itu bala tambahan dari musuh. Tapi kemudian... bendera itu terlihat.

Garuda berkepala emas.

Berkibar gagah di bawah sinar bulan pucat. Seragam khas Pasukan Elit Kerajaan—baju zirah bersulam perak, kilau tombak yang rapi menghadap ke atas. Di depan barisan, sosok Lanselod Suroso menunduk sedikit dari atas pelana, membiarkan tatapan matanya menyapu lembah yang sempat ia tinggalkan bertahun-tahun silam.

> “Pak... itu... itu Pasukan Garuda!!” teriak salah satu warga.

“Pak Lanselod datang! Mereka datang untuk membantu kita!!”

Sekejap, sorak-sorai meledak.

Tangis dan tawa membaur. Beberapa ibu-ibu memeluk anak-anak mereka, menepuk-nepuk dada penuh syukur. Para pemuda yang tadi hampir putus asa, kini kembali menyalakan semangat di dada mereka.

> “Lihatlah! Bahkan kerajaan tidak membiarkan kita berjuang sendirian!”

maka sorakan bergembira terdengar dimana-mana.

 

Di antara kerumunan yang berlari menyambut, Shantand berdiri terpaku, matanya berkaca-kaca. Sosok Lanselod turun dari kudanya, langsung menghampiri.

Mereka saling memandang sejenak. Tak banyak kata dibutuhkan.

> “Terima kasih... Terima kasih, Bapak,” ucap Shantand lirih namun tulus, tangan kanannya menggenggam erat tangan Lanselod.

“Desa ini bukan tempat kelahiranku, tapi aku mencintainya... Dan kini tahu bahwa kami tak sendirian.”

Lanselod menepuk bahu Shantand.

> “Kau telah menjaga nyala api itu tetap hidup, Nak. Kini tugasku memastikan apinya tidak padam ditiup angin penjajah.”

 

Pasukan Garuda segera menyebar, mengamankan perimeter desa. Beberapa langsung membantu mengangkut korban luka, menguatkan benteng alami yang dibangun warga, dan membuat markas darurat di balai desa.

Para warga mempersilakan pasukan beristirahat. Makanan seadanya dibagikan. Tapi malam itu, Manguntirto tidak merasa miskin.

Mereka kaya akan semangat.

Karena untuk pertama kalinya, sejak invasi itu terjadi... mereka merasa memiliki pertahanan.

> "Cahaya harapan itu memang tidak selalu datang di pagi hari," bisik Shantand dalam hati.

"Kadang, justru ia datang... di tengah malam yang paling kelam."

Di kejauhan, asap unggun dari kubu penjajah masih mengepul. Tenda-tenda berbahan kain tahan api berdiri berjajar rapi, dengan patok-patok tajam sebagai batas kekuasaan mereka. Di dalam salah satu tenda pusat, John Blitix berdiri dengan tangan berlumur perban, memandangi peta kulit yang terbentang di atas meja kayu berat.

Seseorang menyibak tirai tenda dengan tergesa.

> “Kapten! Laporan dari barat laut—ada pasukan kerajaan mendekat! Mereka telah tiba di desa Manguntirto!”

John Blitix menyipitkan mata.

> “Kerajaan…? Sudah sejauh itu mereka campur tangan…?”

Dia mencengkeram pinggiran meja. Suara keretakan kayu terdengar pelan. Matanya yang biasanya tenang kini bergetar—bukan karena takut, tapi karena kecewa strategi awalnya gagal total.

 

Satu Jam Sebelumnya – Di Sekitar Desa

Seorang mata-mata asing mengenakan jubah petani, membaur di kerumunan warga Manguntirto yang sedang menyambut pasukan Garuda. Ia mencuri pandang, melihat bagaimana Lanselod Suroso memberi perintah kepada anak buahnya dan berkomunikasi erat dengan Shantand. Sesekali ia mencatat kode tangan militer, melihat posisi pasukan cadangan dan lokasi logistik desa.

Begitu malam semakin larut dan warga mulai tertidur dengan rasa aman yang baru mereka rasakan kembali, si mata-mata menyelinap keluar melalui jalan kecil di belakang kebun. Ia naik ke atas kuda hitam yang sudah menunggu di semak, dan meluncur menuju markas penjajah tanpa henti.

 

Sementara di Tenda Komando Penjajah

John Blitix duduk perlahan, jubah perang berwarna kelam menjuntai dari bahunya. Dua tangan besar mengepal di atas lutut. Ia menatap mata si mata-mata, yang kini berlutut di hadapannya.

> “Beri aku kabar pastinya...”

> “Kurang lebih Lima puluh pasukan Garuda, dipimpin langsung oleh Lanselod Suroso... Mantan Komandan Elit Kerajaan. Penduduk mulai percaya mereka bisa menang.”

> “Lanselod...Hanya dengan jumlah sekecil itu kau mau melawan kami? hm..malam ini kalian akan hancur! ”

Nama itu disebutnya dengan suara rendah, namun jelas. Di antara semua yang pernah ia hadapi, Lanselod Suroso bukan nama yang asing.

> “Ini... bisa jadi awal kehancuran mereka karena meremehkan kami, atau...”

Ia berdiri, melangkah pelan menuju lemari besi di sudut ruangan. Dari dalamnya, ia mengeluarkan gulungan tua—peta rute rahasia dan catatan kuno pertempuran-pertempuran besar di tanah ini.

> “Kita harus ganti taktik. Tak bisa lagi andalkan kekuatan frontal. Siapkan pasukan bayangan. Kita rebut desa itu kembali sebelum fajar.”

Lelaki kurus berwajah letih dengan sorot mata dalam, menunduk hormat.

> “Maaf, Tuan… apakah saya boleh… melihat keadaan keluarga saya di dalam?”

Suara lelaki itu lirih, hampir tenggelam oleh desiran angin malam yang menyelinap dari celah tenda.

Blitix menatapnya lekat-lekat. Sorot matanya mencurigai segala hal—namun mata-mata itu telah lama menyembunyikan luka batinnya di balik wajah yang kaku. Ia berasal dari Dusun Banyuanyar, wilayah kecil yang kini menjadi pos logistik untuk para penjajah. Di sana, keluarga dan para tetangganya ditawan—dipaksa bekerja di dapur umum, penambangan ringan, dan distribusi barang.

> “Kau sudah menjalankan tugasmu dengan cukup baik malam ini,” kata Blitix sambil berdiri pelan. “Tapi jangan pikir aku lupa… siapa kau sebenarnya. Satu langkah kau melakukan kesalahan—dan keluargamu akan kukirim lebih cepat ke neraka! ".

Mata-mata itu mengangguk, menahan gemetar yang nyaris tak terlihat. Di balik jubah lusuhnya, ia menggenggam sebuah potongan kalung rotan kecil, buatan tangan anaknya, yang ia simpan sejak perpisahan terakhir. Ia tidak menyahut lagi. Ia hanya membungkuk hormat, lalu berjalan pelan menuju kamp logistik.

 

Di Jalan Menuju Dapur Umum – Tepian Kamp Logistik

Langkahnya mantap namun hatinya bergetar. Begitu tiba di sisi pagar kayu tempat para tahanan dikurung, ia melihat dari kejauhan—istrinya sedang menenangkan para wanita lain, dan anak laki-lakinya yang masih kecil sibuk menyusun kantong tepung bersama seorang pria tua. Mereka tampak letih, tapi masih hidup.

Air mata hampir jatuh, namun ia menengadah—menahan segalanya di tenggorokan.

> “Aku pasti akan membawa kalian pulang… Tapi mungkin bukan malam ini.” bisiknya penuh perasaan tertekan.

Dalam pengawasan pasukan yang mondar-mandir berkeliling lelaki itu memeluk keluarganya dan dengan hati-hati dia menyelipkan sesuatu ke tangan istrinya.

"campurkan ini ke dalam makanan mereka, dan ini adalah penawarnya untukmu.. Jika keadaan darurat..hanya untuk berjaga-jaga."

 

Tanpa tahu bahwa informasi yang ia dapat barusan adalah jebakan tersembunyi, Blitix kini menyiapkan pasukan bayangan untuk menyusup ke desa lewat jalur timur yang disarankan si mata-mata.

Namun yang ia tidak tahu, jalur itu telah ditanam jebakan tanah runtuh dan barikade api oleh pemuda desa atas saran Shantand. Semua karena satu orang… yang mengkhianati penjajah, demi harapan akan kembali memeluk keluarganya.

1
Guchuko
Cerita yang menarik dan bikin geregetan. Semangat terus thor!
Fauzy Husain Bsb: ashiap.. thanks 😊
total 1 replies
L3xi♡
Jatuh cinta sama plot twistnya, bikin penasaran terus 🤯
Fauzy Husain Bsb: trima kasih kk/Grin//Smile/
total 1 replies
Fauzy Husain Bsb
ini adalah kisah konyol ttg reinkarnasi yg absurd, yok di coret 2 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!