NovelToon NovelToon
OBSESI Sang Presdir

OBSESI Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.

Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.

Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.

~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Bikin Cemburu Bagian 2.

Hujan deras masih mengguyur kota. Devan pria lokal yang memiliki pahatan lumayan tampan, masih berdiri di pijakannya.

Ia menatap heran, ke arah Giorgio lalu berpindah menatap Marsha. Keduanya seperti sedang ada masalah. Tetapi, entah mengapa pria itu enggan pergi dari sana.

Ia salah pilih lawan. Giorgio geram, 'Tak tahu malu,' pikirnya.

"Ayo, pulang. Kamu basah kuyup, nanti bisa sakit!" ajak Giorgio, mengabaikan Devan yang masih mematung di dekat mereka.

Marsha menahan lengan kekar suaminya yang akan beranjak pergi.

"Tunggu, Mas. Dia editorku. Namanya Devan, kami akan sering bertemu karena saya akan merilis buku baru. Untuk sekedar membahas naskah," terang Marsha.

Giorgio hanya menatap dingin, lalu ia menyunggingkan sedikit senyuman. Ya, hanya sedikit. Kemudian mengangguk, seolah ingin menunjukkan sedikit rasa hormat karena terpaksa.

"Permisi, hujan sangat deras. Saya harus membawa istri saya pulang," cetusnya tanpa basa-basi.

Marsha benar-benar tak paham, biasanya Giorgio selalu bersikap ramah dengan siapapun. Tetapi kenapa kali ini sikapnya berbeda? Mungkinkah karena emosinya belum reda? Entah, siapa yang tahu.

Giorgio langsung membuka pintu mobilnya, tepat di sebelah kursi kemudi. Kemudian ia langsung mengitari mobil lalu duduk di kursi kemudi.

Hanya berjarak beberapa menit setelahnya, suara mesin mobil terdengar menderu. Kemudian mobil itu melesat pergi meninggalkan jalanan yang masih basah oleh air hujan.

Hening.

Keduanya sama-sama diam, tak ada percakapan hangat di antara mereka berdua, meskipun itu sekedar basa-basi.

Hingga akhirnya, Giorgio melirik ke arah Marsha yang tubuhnya mulai gemetar. Hawa dingin menderanya. Pakaiannya basah kuyup oleh air hujan.

Membuat Giorgio langsung menepikan mobilnya di bahu jalan. Marsha menoleh karena terkejut.

"Kenapa berhenti?" tanya Marsha dengan ekspresi bingung.

Giorgio membuka jas yang masih melekat di tubuhnya, lalu ia perlahan mulai mendekat. Disertai tatapan mata yang begitu lekat, pria itu menutupi tubuh istrinya menggunakan jas miliknya.

"Sebentar lagi sampai, kita akan tinggal di vila baruku untuk satu minggu ke depan. Bersabarlah, lain kali jangan main hujan ya," kata Giorgio, sambil mengusap anak rambut dan pipi Marsha yang masih basah.

Marsha hanya mengangguk tanpa kata. Mungkin ia canggung menghadapi suaminya setelah pertengkaran.

***

Akhirnya setelah sekitar dua puluh menit berkendara, mobil yang mereka tumpangi sampai juga di sebuah vila pribadi yang tampaknya baru dibangun.

Sangat indah, tapi sepi. Hanya ada dua orang penjaga yang bertugas membuka pintu di sana.

Di halaman pertama terdapalahan parkir yang luas dan taman yang disertai gasebo. Barulah di bagian tengah bangunan ada kolam renang dan ruang makan yang luas. Bahkan ada juga dapur terbuka di dekat kolam renang.

Marsha tersenyum takjub. Matanya terus menyapu sekeliling, seolah menunggu kejutan lain dari setiap bangunan yang ditampilkan.

"Kamu suka?" tanya Gio mencari tahu.

"Sangat suka, ini pas buat aku nulis. Aku suka suasana yang sepi seperti ini," sahutnya sambil sedikit tersenyum.

"Di sini tidak ada asisten rumah tangga. Beberapa orang hanya datang ketika akan bersih-bersih. Selama ini, aku menyuruh mereka hanya datang setiap dua kali sehari."

Melihat ekspresi Marsha, tampaknya ia baik-baik saja. Benar kata Pak Tama, jika gadis ini bukan anak manja. Ia pandai memasak. Dan Giorgio akan memanfaatkan momen ini untuk mendekatinya.

Keduanya sama-sama berjalan beriringan menuju kamar utama, letaknya berada di lantai dua. Ukurannya sangat luas. Sudah dilengkapi work in closet dan dapur minimalis di dalamnya.

Marsha tampak terkagum-kagum mengamati setiap detail bangunan dan dekorasinya. Warna putih dan gold mendominasi dekorasi ruangan. Seolah menciptakan kesan tenang kepada pemiliknya.

"Sya, air hangatnya sudah siap. Lekas mandi," kata Giorgio.

Ia berbicara sambil menanggalkan pakaiannya satu demi satu, membuat degup jantung Marsha kembali berdebar.

Iki ia mulai sadar, jika ternyata tempat ini tak aman untuknya.

"Mas Gio mandi saja dulu, kalau sudah selesai batu aku yang mandi," kilahnya yang malah memilih keluar dan berdiri di balkon kamar.

Giorgio berjalan menyusul, selembar handuk berwarna putih, masih terlilit di pinggangnya. Sedikit mengekspos bagian perutnya yang berotot. Marsha tersentak.

Sementara Giorgio hanya bisa menahan senyum melihat istrinya sampai berjingkat. Wajah cantik itu mulai bersemu merah.

"Aku bawa parfum varian baru. Namanya Jasmine blossom. Semoga kamu suka," katanya sambil menyodorkan paper bag.

Di dalamnya, beberapa parfum dikemas dengan kotak mewah dihiasi dengan pita emas, seolah sengaja dirancang untuk menciptakan kesan menawan.

"Apakah parfum ini diproduksi oleh perusahaan Joey?" tanya Marsha dengan raut penasaran.

Giorgio tersenyum sambil mengangguk, tatapannya tidak terlepas walau sedetikpun dari Marsha.

Sesekali ia menemukan istrinya salah tingkah karena ketahuan mencuri pandang ke area dada bidangnya. Ia kembali menerbitkan senyuman penuh kemenangan.

"Aroma melati? Apakah ini laku keras?" tanya Marsha penasaran.

Pertanyaan yang aneh bagi Giorgio, tapi tidak bagi Marsha.

Menurut pengetahuan gadis itu, melati kerap digunakan untuk berbagai ritual sakral, termasuk bunga yang sering di tabur dipekuburan orang mati. Marsha bergidik ngeri.

"Laku, laku keras. Joey memang mahir meracik wewangian. Mau tahu wanginya?" Giorgio bertanya sambil mengikis jarak, siapa sangka ia langsung mendekap istrinya.

Marsha tak bergerak. Tubuhnya sudah dikungkung oleh Giorgio.

"Wanginya, bukan varian horor 'kan?" tanyanya.

Perlahan ia menundukkan kepalanya, bibir keduanya nyaris bersentuhan. Tetapi Marsha langsung berlari setelah berhasil mendorong kuat dada bidang suaminya.

"Mas Gio yang horor!" teriaknya.

Giorgio terkekeh. Tapi ia tidak mau berhenti, Gio masih ingin menyusul Marsha, sayangnya ternyata pintu kamar mandi dikunci dari dalam.

"Sial," decaknya gusar.

Setelah itu, Giorgio memutuskan untuk berenang. Ia memang suka berolahraga.

Entah berapa lama waktu yang dihabiskan Marsha di kamar mandi. Begitu ia kembali, ia kembali dibuat terkejut dengan kehadiran seseorang.

Marsha yang masih mengenakan handuk kimono begitu marah saat melihat suaminya sedang terbaring di ranjang hanya ditutupi handuk kecil di bagian bawah tubuhnya.

Sementara perempuan yang berada di kamar mereka, tampak sibuk memeriksa area perut Giorgio.

"Mas Gio, apa-apaan ini! Kamu membawa perempuan lain ke kamar kita?" Marsha berbicara dengan nada tinggi dan suara bergetar.

Bukannya marah, Giorgio malah tersenyum ke arahnya.

"Sya, sini. Duh, kamu salah paham terus sama aku!" seru Giorgio.

Ia masih berbaring dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk berdiri, semua itu membuatnya kewalahan untuk membujuk Marsha.

"Ini temen aku, Sya. Namanya Merry," bujuknya setengah berteriak.

Marsha benar-benar kesal. Ia mengabaikan Giorgio dan memilih pergi ke work in closet. Bukan tanpa alasan, kali ini ia benar-benar bersiap akan pergi. Meninggalkan Giorgio sendirian dengan kesibukan anehnya.

"Marsha!" Suaranya masih terdengar berteriak.

Sementara seorang perempuan yang bersamanya, entah.

Tak butuh waktu lama, karena marah, akhirnya Marsha mengirimkan pesan ke Joseph.

[Hai, Joey. Apakah kamu sedang sibuk? Tolong selamatkan aku dari kakak gilamu. Aku akan mengirimkan alamatnya. Tolong]

Terkirim.

Marsha benar-benar mengirimkan sebuah pesan pada Joey bertuliskan permintaan tolong. Apakah ia akan segera datang untuk Marsha? Mungkinkah ini hanya kesalahpahaman saja?

Bersambung....

1
Siti Juaningsih
Luar biasa
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih banyak ya Kak, sudah mampir di tulisan receh saya, dan memberi Rate. Salam cinta, Lintang. ❤️❤️❤️
total 1 replies
Nina_Melo
Haiis, takut buat topeng si Gio aja tuh
Anne Clair
seru ya
Samantha
nah loh. Pilih duda apa bujang mapan
Samantha
cemburu si bos muda
Samantha
Aku mau sih jadi Marsha
Teddy
perhatian gitu si Gio
Nina_Melo
Jadi rebutan
Nina_Melo
Kok aku jadi sebel sama danu ya
Antonio Johnson
Diksinya keren sih ya
Antonio Johnson
Kenapa tulisanmu sedih semua? Moga tulisanmu sukses ya, biar bahagia. Canda, semangat Thor
Antonio Johnson
pilih aku aja gimana
Anne Clair
Keren, tapi nyesek
Anne Clair
Hayo pilih yang mana?
Anne Clair
Hei, Lintang. Aku mampir baca, eh keterusan
Teddy
Ditunggu Bab barunya yang seru ya Love
Nina_Melo
Nyesek woy
Nina_Melo
Ceritanya seru Guys
Nina_Melo
Tulisannya natural. Cocok untuk menghilangkan penat.
Nina_Melo
Bagus, natural. Semoga banjir pembaca ya Kak Thor 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!