Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
Seminggu sudah sejak kita bertemu, hari ini umi mengajak ku untuk berkunjung ke rumah nenek di Jakarta, sekalian untuk memberitahukan kabar gembira jika kini aku akan menikah. Sampai di Jakarta semua sudah menunggu kami, kami di sambut dengan ramah, nenek yang sudah sepuh di usianya tapi terlihat masih sehat, juga Tante Yasmin dan om Rido, ada mbak Khadijah juga kak Aslan, mereka sudah lama menikah tapi belum juga di karunia anak, meski begitu mereka terlihat saling menyayangi, kak Aslan pun tak masalah, karena anak adalah titipan dari Tuhan, mungkin Tuhan mempunyai rencana lain untuk rumah tangga mereka, mereka selalu ikhlas menjalani bahtera rumah tangga agar samawa.
"Hey, dimana dia?" tanya mbak Dijah yang begitu antusias ketika mengetahui jika aku akan menikah.
"Sayang, siapa?" balas kak Aslan.
"Calon istri Syamil lha mas" jawab mbak Dijah.
"Sengaja kali gak di ajak, agar kalian penasaran sama calon mantu ku" timpal ayah ku. Sekarang kita semua berkumpul di ruang keluarga.
"CK uncle, gak seru" cedak mbak Dijah.
"Sudahlah, lalu kapan rencananya kamu menikahinya Syamil?" ujar nenek menengahi.
"Lebih cepat lebih baik" lagi ayah yang menjawab.
"Hem, takut di embat orang lagi calon mantu mu" goda kak Aslan melirik ayah.
"Hus, apaan sih kalian, bisa gak sih, akur!" keluh Tante Yasmin. Memang ayah dan kak Aslan dari dulu itu sering berdebat, mungkin karena usia mereka yang hanya selisih beberapa tahun saja membuat mereka sepantaran, tapi meski begitu mereka saling menyayangi dan melindungi.
"Kamu mau ngadain acara dimana?"
"Di kota tempat tinggal nya saja"
"Lalu kamu mau tinggal disini?" tanya Tante Yasmin.
"Hem, tapi kita akan selalu berkunjung ke Ankara" balas ku.
"Sesekali kalian juga harus berkunjung kesini, jangan seperti ayahmu yang jarang berkunjung" ujar nenek.
"Mama tau kan aku sibuk" elak ayah.
"Carilah pengganti Gio, biar kamu tidak sibuk terus"
"Tom sudah berusaha ma"
"Insya Allah Nek, pasti Syamil akan sering main kesini"
"Hem,, jangan cuma bicara saja, tapi nenek butuh bukti"
Semua disana kembali mengobrol bersama dan menentukan hari pernikahan ku dengan syakilah yang akan di laksanakan bulan depan.
Ketika menghubungi keluarga Syakilah juga sudah setuju. Kita akan melakukan akad di kota tempat tinggal Syakilah tapi resepsi akan di adakan di Ankara.
Satu bulan berlalu, sekarang adalah hari dimana aku akan mengucapkan janji sakral dan akan menyempurnakan ibadah ku. Bismillah semoga acaranya berjalan lancar. Amin.
Dengan sekali tarikan aku berhasil mengucap kata sakral itu dan kini kata 'SAH' menggema.
"Alhamdulillah" ucap syukurku, kini aku sudah sah menjadi seorang imam untuk makmum pilihan ku. Ku melihat dia yang di tuntun oleh teteh menghampiriku. Di kecup nya punggung tangan ini dan tak lupa ku cium kening nya dan menyematkan sebuah doa.
Selesai acara aku masuk ke dalam kamar dimana dia sudah menunggu, jujur perasaan ini begitu bahagia sekaligus berdebar.
"Assalamu'alaikum" salam ku memecah kesunyian. Dia mendongak dan menatap ke arah ku.
"Wa'alaikum salam" jawab nya tersipu malu.
Aku mendekat, dan duduk di sampingnya yang ada di ranjang.
"Kamu tahu aku menunggu waktu ini, dimana kita sudah halal dan kita akan menua bersama" ujar ku lembut, dia terlihat menunduk, jujur dia memang begitu cantik.
"Apa kamu gak jijik sama aku?" lirihnya sendu.
"Kenapa harus jijik, apa pun yang terjadi di masa lalu biarlah berlalu, sekarang kita buka lembaran baru yaitu cinta tentang mu dan aku!"
"Terima kasih mas" ucap nya.
"Sebaiknya kamu ganti baju dulu, gantian sayang!" kata ku sukses membuatnya merona. Dia mengangguk lalu berderap masuk ke kamar mandi. Jujur saja jantungku berdegup sangat kencang disaat melihat nya membuatku merasa gugup sekaligus menginginkan sesuatu, Ya, sesuatu yang membuat diri ini melepas keperjakaan ku dengan wanita yang ku cintai.
"Sayang, kamu gak apa?" tanya ku di depan pintu kamar mandi, khawatir karena dia tak kunjung keluar.
"S-sebentar" balas nya, aku merasa lega, aku kira di kenapa-napa di dalam.
Klek..
"Syukurlah, aku kira kamu kenapa-napa" kata ku melihatnya membuka pintu kamar mandi dengan menggunakan kimono.
"Aku mandi dulu, setelah itu kita sholat Sunnah!" ujar ku seraya masuk ke dalam kamar mandi. Dia hanya mengangguk.
Selesai mandi kita melaksanakan sholat Sunnah dua rakaat. Selesai itu kita bercengkrama.
"Sayang, apa aku boleh-" lirihku parau karena menahan sebuah gejolak dalam tubuh ku. Mengangguk itulah sebuah jawaban yang membuat bibir ini tersenyum. Dia mulai melepas kimono jangan ditanya mata ini seolah tak ingin berkedib sejenak pun dimana melihat tubuh indah yang terbalut lingerie seolah menantang untuk segera di ekspos. Naluri birahi ku membuncah, tanpa basa basi aku melumat bibir ranum yang menggoda. aku pikir dia sudah lihai dalam hal ini, tapi dia terlihat seakan baru pertama kali melakukan ini. Tapi lama kelamaan kami pun terhanyut, ciuman ku turun ke bawah dimana leher jenjang putih itu seolah meminta untuk di jamah dan seolah ingin meminta bukti sebagai pertanda jika dia milikku. Desahan sukses membuatku semakin liar, ternyata dia adalah candu ku, semakin turun ke bawah dimana ku mematung melihat gundukan sintal dengan puting merah mudah membuatku menelan Saliva dengan kasar.
"Sayang,," lirih ku seolah meminta persetujuan untuk menikmati nya. Dia terlihat mengangguk memberi persetujuan. Aku pun melepas jaring yang membalut tubuh nya, dan mulai melahap dan menikmati gundukan yang halal. Ternyata ayah dan ibuku benar, memang pacaran setelah menikah itu lebih indah. Lenguhan lolos dari bibir ranum nya membuatku semakin bersemangat untuk menjamah dan menikmati setiap lekuk tubuhnya yang begitu indah. Aku pun melepas pakaian ku ketika melihat tubuh nya menginginkan lebih dari sentuhan.
Sebuah lantunan doa ku ucap sebelum menerobos apa yang akan menyempurnakan ibadah kami. Satu langkah milik ku siap maju dan betapa tak menyangka nya sangat sulit dia juga terlihat mendesis.
"Sayang sakit?" tanya ku. Dia mengangguk.
"Sayang, tahan ya aku akan hati-hati" kata ku seraya mendorong dengan hati-hati.
"Sayang, kamu masih perawan?" tanyaku ketika berhasil membobol. Dia mengangguk seraya meringis.
"Maafkan aku ya, pasti sakit!" tapi dia menggeleng dan memintaku melanjutkan aktifitas ku.
"Ini adalah kewajiban ku, lanjutkan sayang!" ujarnya. aku pun mengulas senyum dan melanjutkan aktifitas kami di atas peraduan. Lenguhan dan desahan saling menyatu menciptakan malam panas dengan penuh gairah yang menjadikan pelengkap ibadah. Noda merah di selimut menjadikan bukti cinta antara aku dan dia.
Terus di novel orang tua nya Syamil pernah di kolom komentar itu mengingatkan bahwa penulisan " tuan MUDAH " itu salah yg benar "tuan MUDA", tp di novel ini kenapa penulisan nya msh TUAN MUDAH 🤔