Apa jadinya jika mika seorang remaja 17 tahun masuk ke dalam tubuh ratu di masalalu , ratu yang di musuhi oleh seluruh penghuni istana karena tak bisa memberikan keturunan pada sang raja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rica Ricu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan manis
"Apa kau sudah dengar tentang keputusan raja?" Tanya Anya pada viviene, kedua wanita itu berjalan beriringan mengelilingi istana.
"Ya yang mulia, aku dengar , dan aku tak masalah, kalaupun tidak menjadi raja anakku tetap anggota kerajaan" balas Viviene.
"Ini bukan karenaku kau tau?"
"Ah tidak tidak, aku tau itu, ini sudah benar, ibuku melakukan kesalahan besar dan inilah hukumanku, aku tak masalah yang mulia" Jawab Viviene .
Anya merasa lega setidaknya Viviene sudah berubah menjadi lebih baik, bahkan wanita itu tak meminta hal lebih selain di biarkan hidup dengan tenang.
"Kau tenang saja Viviene, aku akan tetap menyayangi anakmu nanti" Kata Anya.
"Aku tau, kau adalah wanita baik bagaimana mungkin aku tidak tau" Viviene terkekeh ringan
"Baguslah"
"Aku berharap kau cepat mengandung yang mulia, ibuku bilang ramuan itu hanyalah penunda kehamilan, dia tidak mempengaruhi Rahim" Ujarnya.
"Ya aku tau dari tabib"
"Ketika membicarakan tentang hal ini aku merasa sangat bersalah, secara tak langsung ibuku menjebak yang mulia raja untuk menikahi ku, jika dulu tidak ada ramuan itu pasti kau sudah hamil dan raja tak akan mengkhianati pernikahan kalian, aku sangat menyesal"
"Sudahlah Viviene, ini adalah pelajaran hidup, aku baik baik saja, kau tenang saja ya?"
"Aku selalu tenang, aku merasa kau melindungiku, dan aku menghormatimu yang mulia "
"Bisakah kita tidak terlalu formal, panggil saja aku Anya"
"Akan ku coba" Kekeh Viviene canggung.
Kedua wanita itu berhenti dari jalannya saat seorang pria menghadang, itu adalah Eric.
Anya terdiam membeku di tempatnya, ia masih ingat betul apa yang terjadi antara dirinya dan Eric kemarin.
"Yang mulia bisakah kita berbicara?" Tanya Eric sopan.
"Baiklah yang mulia aku akan pergi dulu"
Seolah mengerti apa yang di inginkan Eric Viviene memilih meninggalkan Anya dan sang pangeran setelah berpamitan.
Sepeninggalan Viviene kini Eric beralih pada Anya.
"Aku ingin meminta maaf padamu yang mulia" Sesalnya.
"Kau mabuk kan?"
"B-benar" Jawab Eric.
Sebenarnya Eric tak benar kehilangan kesadarannya hingga ia tak tahu apa yang ia lakukan kemarin, tetapi melihat bagaimana Anya marah dan kecewa ia memilih mengakui kesalahannya sebagai tindak ketidaksengajaan
"Aku tak masalah jika kau dalam keadaan tidak sadar pangeran, tapi tolong jangan lakukan itu lain kali, aku bisa saja enggan berbicara padamu lagi" Ucap anya.
"Tentu, aku menyesal yang mulia maafkan aku"
Anya mengangguk menandakan setuju untuk memaafkan kesalah Eric.
Eric menelisik Penampilan Anya, wanita ini masih cantik seperti biasanya , namun matanya memicing tak suka ketika ia melihat tanda merah di leher sang ratu, ia tahu apa itu.
Anya yang merasa Eric menyadari penampilannya kini mulai menutup lehernya dengan telapak tangan, wanita itu juga tampak waspada terhadap eric.
"Aku berterimakasih karena kau memperlakukanku dengan baik pangeran, tapi tolong jangan salah artikan ucapanku, aku adalah istri saudaramu"
"Aku mengerti yang mulia"
"Maaf jika ucapanku tidak sopan, atau membuatmu salah paham, kau tau kan nasibku sangat buruk, untuk selanjutnya aku hanya ingin merasa tenang saja, maafkan aku pangeran"
"T-tak Masalah, aku mengerti yang mulia"
"Baiklah aku pergi dulu, sampai jumpa" Pamit Anya.
Anya melewati Eric setelah percakapan singkat yang ia lakukan.
"Seharusnya aku yang menjamahmu Anya, bukan Alaric" Gumam Eric frustasi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Alaric menepati janjinya untuk datang ke kamar Anya malam ini, ia menggeser pintu kamar sang ratu.
Yang pertama kali ia lihat adalah Anya, wanita itu berbaring di ranjang dengan posisi menyamping, Anya juga tampak membuka gaunnya hingga paha dan menumpu kepalanya dengan tangan.
"Anya? Apa yang kau lakukan?" Tanyanya.
"Menunggu suamiku, apalagi?"
Alaric tersenyum geli dan mulai melepas jubahnya mendekati Anya, "Kenapa kau begitu Anya, kau tampak aneh" Cibirnya.
"Aneh?! Ini seksi!" Sungutnya tak terima
"Apa itu seksi?"
"Seperti yang aku lakukan begini, itu seksi, menggoda kan?"
"Tidak juga" Jawabnya singkat, Alaric duduk di samping Anya meregangkan badannya yang terasa lelah.
Anya pun bangkit mendekati suaminya , memijat kedua pundak lebar Alaric dengan tenaga yang tak seberapa.
"Sangat lelah ya?"
"Hmm sangat, tapi pijatanmu membuat energiku semakin bertambah, terimakasih sayang"
"Jika kau lelah itu berarti kita tidak bisa berhubungan malam ini" Cicitnya pelan.
"Apa katamu?" Alaric menoleh menghadap Anya yang berada di belakangnya, ia harus memastikan apa yang dikatakan istrinya barusan, apa Anya bermaksud mengajaknya berhubungan?
"Viviene bilang aku masih memiliki kemungkinan hamil, ibu juga ingin segera memiliki keturunan dari kita" Ujarnya lirih, Anya sangat malu ketika mengatakannya.
"Bilang saja kau mencintaiku, tidak perlu membawa alasan ibu" Goda Alaric.
Anya mengigit bibirnya gugup, ah sialan pikirnya, Alaric adalah orang yang peka terhadap sesuatu.
Alaric menarik kepala Anya dan mencium bibirnya lahap, gerakan yang dilakukan Alaric secara tiba tiba membuat Anya cukup terkejut, namun setelahnya ia meletakkan kedua tangannya melingkari leher Alaric dan membalas ciumannya.
Semakin lama tautan tersebut semakin menuntut, sesekali mereka melepasnya hanya untuk meraih oksigen namun terus melakukannya lagi setelahnya, tangan Alaric tak tinggal diam, meraba pakaian bagian belakang Anya dimana terdapat simpul yang mengikat pakaian bagian atas sang ratu, Alaric membukanya satu persatu tanpa melepaskan ciuman.
Rambut Anya yang awalnya tergelung rapi kini mulai berantakan karena ulah keduanya, Alaric melepaskan ciumannya ketika berhasil melepaskan pakaian bagian atas Anya, tatapan yang sayu juga napas yang terengah hebat membuat Anya terlihat berlipat lipat kali lebih cantik, apalagi kini wanita itu sudah setengah telanjang dan menampilkan tubuh bagian atasnya yang sangat cantik tanpa cacat.
Anya menunduk malu, berhadapan dengan Alaric dengan keadaan setengah telanjang itu seharusnya adalah Hal wajar , bukankah mereka suami istri?
"Cantik sekali" Pujinya sembari menyugar helaian rambut Anya.
Anya tampak menghela napasnya kasar, ditengah tengah kegiatan intim ini Alaric masih sempat sempatnya memuji, ia reflek menutupi kedua buah dadanya yang sudah tak terbalut satu kain pun.
"Bisakah kita langsung melakukannya? Aku tidak tahan" Ujarnya tanpa dosa.
Alaric melotot terkejut, mulutnya sedikit terbuka dengan rasa sedikit tak percaya, namun hatinya terasa bahagia ketika mendengar Anya dengan tidak ada rasa sungkan meminta dirinya untuk melakukan hal lebih.
"Baiklah!"
Pria itu menarik selimut di belakangnya mendorong tubuh Anya terlentang dan menutupi kedua tubuh mereka.
"Ahhh!" Desah Anya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Pangeran?" Panggil Josh.
"Anya sangat cantik malam ini dan Alaric datang mengunjunginya, ah aku meralat kata kataku, bukankah Anya selalu cantik?" Kata Eric tiba tiba.
Sudah menjadi rutinitas setiap malam Eric mengamati kamar Anya dari jarak yang cukup jauh, hal itu dilakukannya hanya untuk mengetahui apakah saudaranya itu mendatangi Anya atau tidak.
"Benar pangeran , Hari ini yang mulia raja memerintahkan orang untuk melakukan penyelidikan perihal kematian kepala pelayan" Ungkapnya.
"Bagaimana? Apa dia curiga denganmu?"
"Aku melakukannya dengan baik" Ucap Josh.
"Bagus Josh, Tidak boleh ada yang tau tentang hal ini, termasuk Anya, wanita itu pasti akan sangat membenciku" Katanya.
"Tentu pangeran, kau tidak usah khawatir"
"Kau memang bisa ku andalkan"
Eric kembali memandangi kamar Anya, lampunya sudah meredup, mungkin Anya dan Alaric melakukan hubungan sekarang, bayangan itu membuat Eric semakin marah dalam diamnya.
"Indah sekali membayangkan bagaimana jika Anya menjadi istriku" Kekeh Eric.
Josh tersenyum getir menanggapinya.
"Pasti rasanya sangat luar biasa mendengarnya memohon di bawah kukunganku"
trs masa rajanya bisa di kelabui sama kepala pelayan eamng rajanya ga ada pengawalaan ya aneh
ya by the way lanjut