Anastasia, seorang gadis cantik namun bernasib malang.
Dia di tinggalkan oleh kedua orang tuanya dan kini hidup sebatang kara.
Tapi, hal itu sama sekali tak melunturkan semangat hidup Anastasia.
Dia tetap tumbuh jadi gadis yang cerdas dan berpendidikan tinggi.
Hingga pada suatu hari, kehidupan Anastasia seketika berubah drastis saat ia harus terjebak dengan seorang pemuda tampan, kaya raya, namun berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Adam melirik ke arah Ana, dia menaikkan sebelah alisnya saat bertemu tatap dengan Ana.
"Dia terlihat tidak asing." batin Adam.
Dia terus memperhatikan Ana yang mengobrol dengan Azkara.
"Siapa laki-laki yang duduk di sana?" tanya Adam pada kedua sahabatnya.
Elliot dan Joane langsung menoleh ke arah tatapan Adam.
"Dia pengusaha muda di perusahan tambang, orang tuanya sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu, sekarang dia yang menjadi pemimpin tambang tersebut." jawab Elliot menjelaskan.
Adam terus memperhatikan Ana tanpa mengalihkan pandangannya.
"Apa kamu mengenal laki-laki yang duduk di sebelah sana?"
Ana melihat ke arah yang di tunjukkan oleh Azkara, dia melihat Adam yang sedang menyesap rokoknya.
"Tidak, aku hanya pernah mendengar tentangnya dari orang-orang saja. Tapi, aku tidak pernah bertemu langsung dengannya, baru kali ini aku melihatnya." jawab Ana bohong.
Putri dan Lisa hanya menggeleng melihat tingkah sahabatnya.
"Baiklah, kalau boleh tahu kalian tinggal dimana?"
"Tidak terlalu jauh dari sini!" Bukan Ana yang menjawabnya melainkan Putri.
"Oh." Azkara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Azkara Malik, seorang pengusaha yang hampir sama kayanya dengan Adam, dia mengelola perusahaan yang di tinggalkan oleh Ayahnya.
Dia juga memiliki usaha lainnya, terlihat dari penampilannya, dia bukan hanya sekedar pengusaha biasa, tapi hampir sama seperti Adam yang seorang mafia.
Mungkin dia juga memiliki bisnis kotor sama halnya dengan Adam.
"Boleh aku minta nomor ponselmu?"
Ana menoleh ke arah Adam dan Azkara secara bergantian.
Ana kemudian memberikan nomor ponselnya pada Azkara, mereka berdua berbincang sambil sesekali mata Ana melirik ke arah Adam.
Sedangkan Adam sibuk dengan para jalang yang berada di sampingnya.
Drt...drt...drt...
Ponsel Adam bergetar, anak buahnya yang bertugas mengawasi Ana menghubungi.
"Baiklah, pantau dia terus." Adam memutuskan panggilan sepihak.
"Aku sudah menemukanmu tikus kecil." Gumam Adam seraya melirik ke arah Ana.
****
Sudah pukul 12 malam, Ana sudah sedikit mabuk, sedangkan Putri sudah benar-benar mabuk, hanya tinggal Lisa yang masih sadar.
"Sudah cukup Put, kita akan pulang sekarang!" Lisa menarik Putri, Ana yang masih setengah sadar meneguk sisa minumannya hingga tandas.
"Ana kamu juga! Ayolah!! Kalian sudah berjanji tidak akan sampai mabuk kan?" Lisa merasa lelah terus mengoceh sendirian sedangkan Putri dan Ana terus saja meneguk minuman mereka.
Azkara yang melihat itu mengambil minuman dan memberikannya lagi pada Ana, tanpa menunggu lama Ana kembali meminumnya hingga tandas.
Azkara tersenyum melihat tingkah Ana, tanpa berniat jahat atau mengambil kesempatan dalam kesempitan, dia ingin membawa Ana dan sahabatnya pulang.
"Aku akan mengantar kalian pulang." Azkara hendak membopong tubuh Ana.
Namun, sedetik kemudian tangannya langsung di tahan oleh seseorang.
"Biar aku saja yang mengantarnya pulang." ucap seorang pria yang memakai pakaian serba hitam dengan memakai masker dan topi.
Azkara sama sekali tidak mengenal pria yang berada di hadapannya saat ini.
"Maaf, tapi anda siapa?" Azkara tidak mau kalah, dia menarik tangan Ana dari pria itu.
"Aku kekasihnya, ada masalah?" Adam sudah berhasil memangku tubuh mungil Ana.
Tanpa menunggu jawaban dari pria itu dia segera meninggalkan club besar itu dengan membawa Ana.
Lisa dan Putri mengikuti dari belakang, saat tiba di mobil mewah tersebut, Adam menatap tajam ke arah mereka.
"Kalian pulangnya di antar saja oleh mereka." Adam menutup pintu mobil setelah mendudukkan Ana di dalamnya.
Lisa menoleh ke arah samping, mobil anak buah Adam sudah berada di sana.
"Tunggu dulu!!" Teriak Lisa. "Memangnya kamu siapa? Berani sekali membawa teman kami?"
Adam menarik maskernya, Lisa yang melihat itu seketika terbelalak.
"Baiklah, kamu boleh membawanya." Akhirnya Lisa membawa Putri masuk ke dalam mobil anak buah Adam.
Sedangkan dalam mobil, Ana masih terlelap, Adam tersenyum saat melihat Ana.
"Dia masih terlihat imut meski wajahnya di poles dengan make up tebal." Adam mengelus pipi Ana lembut.
Bukannya mengantar Ana menuju kontrakan, ia justru membawa Ana ke mansionnya.
Saat sampai di mansion mewah tersebut, Adam memangku tubuh Ana menuju ke lantai 3.
Setelah sampai di kamarnya, Adam membaringkan tubuh Ana di atas ranjang dengan sangat hati-hati.
"Saat mabuk saja kamu masih terlihat sangat cantik." Adam mengecup bibir Ana sekilas.
Namun, saat dia hendak berlalu menuju walk in closetnya tangannya tiba-tiba di tarik oleh Ana.
"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku, sudah cukup orang tuaku saja yang meninggalkanku." tangis Ana pecah meski matanya masih terpejam.
Hiks...hiks...hiks...
Adam kembali duduk di ranjang dan mengusap lembut puncak kepala Ana.
Dia merasa sedih mendengar racauan Ana, dia membayangkan bagaimana nasib Ana yang sangat malang itu.
Huek....huek...
Ana tiba-tiba muntah di atas lengan kekar Adam, dia memuntahkan seluruh isi perutnya hingga membuat baju Adam dengan bajunya kotor.
Bukannya marah, justru Adam masih setia mengusap punggung Ana.
"Aku minta maaf." Ana yang tersadar dengan kesalahannya langsung ketakutan.
"Sudah?" Bukannya memarahi Ana, Adam justru malah bersikap sangat lembut.
Ana mengangguk pelan, Adam langsung memangku tubuh Ana ke kamar mandi.
"Apa yang kamu lakukan?" pekik Ana.
Adam tidak menghiraukan ucapan Ana, dia terus membuka pakaian Ana.
Dia juga membuka pakaiannya yang terkena muntah Ana, lalu keluar dengan bertelanjang dada untuk menghubungi seseorang.
"Kamu mau apa?" Ana yang masih setengah mabuk melihat Adam ikut masuk ke dalam bathtub.
Adam tidak memperdulikan pertanyaan Ana, dia ikut duduk di dalam bathtub dan memandikan Ana tanpa melakukan hal macam-macam pada gadisnya itu.
"Kenapa kamu sampai menyamar seperti ini?"
"Aku tidak mau kamu terus menerus mengaturku, aku ingin bebas!"
"Aku tidak akan melarangmu melakukan apapun, asal kamu pergi bersamaku."
"Aku tidak percaya dengan perkataanmu itu."
"Siapa laki-laki tadi?"
"Yang mana?" Ana berfikir sejenak. "Oh Azkara, aku baru mengenal dia tadi di club, dia juga bertanya, apa aku mengenalmu?"
"Lalu apa yang kamu katakan?"
"Tidak, aku bilang aku tidak mengenalmu sama sekali." jawab Ana tanpa rasa bersalah.
"Oh, jadi sayangku ini sekarang sudah pandai berbohong ya?"
Cup!
Adam mengecup bibir Ana.
"Apa kamu benar-benar menyukaiku?" tanya Ana serius.
"Ya, aku benar-benar mencintaimu, sangat mencintaimu, apa kamu juga mencintaiku?" jawab Adam tanpa rasa ragu sedikitpun.
Ana terdiam, lalu tak lama kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Awalnya ia, tapi di malam kamu merenggut kesucianku, aku jadi membencimu, kamu adalah seorang pria yang bejat!!" Ana mengeluarkan unek-uneknya.
"Aku sudah minta maaf, saat itu aku benar-benar sedang emosi."
"Tapi, tetap saja kamu jahat!"
"Maaf, aku tidak akan melakukannya lagi tanpa seizin kamu."
Ana tersenyum saat melihat Adam yang seketika berubah sendu.
"Apa kamu memiliki seorang kekasih?"
"Ya, aku memiliki kamu!"
"Apa kamu pernah menjalin hubungan dengan perempuan lain selain aku?"
Adam terdiam, dia menatap Ana yang masih menunggu jawaban darinya.
"Pasti kamu pernah." Raut wajah Ana kini berubah masam. "Ya sudah, aku mau tidur." Ana berdiri hendak melangkah keluar dari bathtub, tapi tangan Adam segera menariknya.
"Aku sangat mencintaimu." Adam memeluk tubuh Ana dari belakang.
Ana terpaku dengan perlakuan Adam, namun, diam-diam dia mengulum senyum.
************
************