NovelToon NovelToon
Ruang Kelas

Ruang Kelas

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Mata Batin
Popularitas:151
Nilai: 5
Nama Author: Risma Dwika

Di sebuah desa yang masih asri dan sejuk juga tak terlalu banyak masyarakat yang tinggal hidup lah dengan damai jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang sibuk.

Kegiatan yang wajar seperti berkebun, memancing, ke sawah, juga anak-anak yang belajar di sekolah.

Di sekolah tempat menuntut ilmu banyak yang tak sadar jika terdapat sebuah misteri yang berujung teror sedang menanti masyarakat lugu yang tidak mengetahui apa penyebab nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risma Dwika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

Zaki sudah di balik kemudi.

Dia diam sejenak, menarik nafas dalam-dalam, kemudian tersenyum lalu perlahan menginjak pedal gas.

Sore ini cerah sekali. Tak ada tanda akan turun hujan.

Melihat itu perasaan Zaki sedikit tenang dan nyaman.

Zaki menyetir dengan tenang, ia juga stel musik dengan volume yang tidak terlalu kencang, jaga jaga agar tidak mengantuk.

Saat ini sudah dua jam perjalanan dan Zaki berada di lajur sebelah kiri, dia ingin mencari rest area karena urin nya berontak ingin keluar.

Zaki melihat plang rest area sekitar lima ratus meter di depan.

Namun belum sampai masuk kawasan tempat istirahat, Zaki melihat seseorang yang ia kenal sedang berjalan kaki di pinggir jalan.

"Hah neng".

Ckiiiiiiittttt

Rem mobil pun ia injak sedalam mungkin.

Saat ini langit mulai gelap. Waktu surup mulai datang.

Meskipun pencahayaan hanya dari mobil nya tapi ia yakin itu adiknya.

"Woy lu mau celaka?" ucap pengendara lainnya karena Zaki rem mendadak.

"Maaf bang, maaf banget sekali lagi. Saya lihat adik saya jalan kaki di san....".

"Ngantuk lu yaaa, udah masuk lagi. Bahaya lu bawa mobil nya. Gila, ini gue bawa nyokap gue sampe kaget dia kebangun gara gara lu". Pemuda tersebut masih emosi, dan Zaki pun terus meminta maaf.

"Nak, sudah sini dulu". Ibu nya yang berada di dalam mobil membisikan sesuatu ke anak nya, kemudian sang anak langsung redam emosi nya.

"Mana handphone lu?".

"Buat apa yaa bang?". Tanya Zaki gugup.

"Hhhh, yaudah sini berapa nomor lu deh cepet nggak banyak waktu lagi gue".

Akhirnya Zaki menyebutkan nomor ponsel nya ke pemuda tadi.

Beruntung arus lalu lintas sedang sepi.

"Nak, kalau ada apa apa kamu bisa telepon kami yaa". setelah mengatakan itu, ibu pemuda tadi masuk lagi ke mobil di ikuti anak nya. Kemudian dia masuk lebih dulu ke rest area.

"Aneh banget orang, gue udah minta maaf masih aja. Segala minta nomor telepon, padahal mobil nya nggak nyenggol sama sekali".

"Eh tapi kenapa ibu nya bilang gitu yaaa. Ah entah lah. Sampe hilang kebelet nya ini".

Zaki melupakan kejadian barusan, saat ia rem mendadak karena melihat sosok neng berjalan kaki di pinggir tol.

Kalau di pikir secara logis mana mungkin neng bisa ada di sini. Di jalan tol, jalan kaki pula.

Akhirnya pemuda tadi masuk ke dalam rest area.

Zaki pun masuk ke sana juga.

Zaki memarkirkan mobilnya dan segera menuju ke toilet.

Langit sudah gelap, waktu juga sudah masuk Maghrib.

Setelah dari toilet Zaki ke mushola terdekat untuk melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim.

Setelah selesai ikut berjamaah, Zaki terduduk diam.

Seperti nya berat sekali beban di pundak nya.

Ia merasakan ada hal yang besar menanti nya.

Akhirnya Zaki melamun...

"nah kan gimana coba nggak mau bahaya, orang kerjaan nya melamun aja. Nggak sadar pula ada gue di sini".

"Hoy, di bilang jangan melamun. Bahaya banget nyetir kondisi begini tau nggak ". Pemuda tadi menepuk bahu Zaki.

Zaki pun tersentak.

"Nah kaget kan padahal di colek doang. Bahaya banget lu sumpah. Melamun terus, nggak bisa loh lu nyetir kondisi begini. Kenapa nggak minta temenin aja sih". pemuda tadi terus bicara tanpa henti.

"Eh, iyaa mas. Maaf. Nggak ada juga yang temenin, karena saya cuti nya mendadak. Ada keperluan di kampung". Ucap Zaki terbata.

"Keperluan apa ada masalah? Soalnya dari tadi loh gue perhatiin lu bengong aja. Kalo begini, bukan bahaya buat lu doang. Orang lain juga ikutan bahaya. Gue temenin aja mau?". Tawar pemuda itu.

"Oh yaa nama gue Irfan. Lu siapa?".

"Saya Zaki mas. Kalo mas nya nemenin saya, nanti ibu nya gimana? Nggak perlu mas, saya nanti hati-hati lagi kok". Zaki sungkan karena baru saja kenal. Kenal nya gara-gara insiden pula.

"Yaaa nggak apa-apa. Kan ada Abang gue yang gantiin nyetir. kalo ibu gue rasa dia pasti izinin kok. Gimana?". tanya nya lagi.

"Nggak usah mas. Terima kasih banyak bantuan nya, tapi saya nggak mau merepotkan orang. Kalo gitu saya permisi cari makan dulu yaa mas, mari". Zaki pun berdiri lalu mencari toko makanan, karena dia mulai merasa lapar.

Irfan pun keluar mushola lalu mencari ibu nya yang sedang istirahat makan.

Irfan dan keluarga nya ingin pulang ke kampung halaman nenek nya.

Ibu nya sudah rindu, karena sudah lama tak berziarah ke makam orang tua nya dan juga rumah lama nya yang ia biarkan kosong di desa.

Ia hanya membayar orang untuk membersihkan rumah peninggalan orang tua nya agar tidak rusak dan kotor.

"Seperti nya ibu tidak asing dengan anak muda yang tadi. Seperti kenal, tapi siapa ya". Ucap Bu Fatimah saat melihat Zaki yang sedang duduk dan menikmati makanan nya di meja ujung.

"Bu, orang itu namanya Zaki. Dia melamun terus Bu. Sebenernya maksud ibu dia dalam bahaya gimana ya?"

Rupanya sang ibu memberitahu Irfan saat sedang emosi tadi, bahwa Zaki sedang dalam bahaya.

"Nanti juga kamu tau nak".

Bu Fatimah sendiri dia mendapatkan ilmu dari kakek buyutnya, sehingga ia bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Juga bisa melihat apa yang orang lain tak bisa.

"Kamu tadi ada tanya dia mau ke desa mana?". Tanya Bu Fatimah lagi.

"Yah, aku nggak ada nanya sih Bu. Soalnya dia langsung pergi. Kayaknya lagi banyak beban pikiran sampe melamun terus gitu".

"Ya sudah, kalau memang kita di takdirkan membantu pasti ketemu juga nanti".

Zaki sudah selesai, dia kembali ke mobilnya lalu keluar dari rest area.

Perjalanan masih panjang.

Zaki berusaha fokus ke jalanan. Ia tidak mau kejadian tadi terulang lagi.

Kali ini Zaki memilih menyetel doa doa supaya hati nya tenang.

Kali ini semua aman, di perjalanan Zaki tidak mengantuk dan juga menemukan hal aneh lagi seperti tadi.

Saat ini sudah hampir tengah malam, Zaki sudah mengabari uwa Daris kalau ia akan sampai malam ini.

Saat masuk gerbang desa, hawa dingin menyergap tubuh nya. Padahal ia belum membuka pintu mobil nya.

"Suasana di sini masih asri seperti dulu yaa, nggak banyak berubah". Ucap Zaki.

Jalanan desa masih gelap, penerangan nya pun hanya dari mobil Zaki dan juga di pinggir jalan ada tiang lampu namun lampu nya remang-remang cahaya nya.

Zaki masih ingat betul arah jalan ke rumah nya.

Dia berjalan perlahan karena jalanan nya masih banyak bebatuan, belum rapih seperti di luar gerbang.

1
Risma Dwika
Selamat membaca semua nya 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!