Ragil yang sedang menyamar menjadi seorang duda dan laki-laki yang buta harus dipertemukan dengan seorang gadis yang menyebalkan baginya dan hampir saja membuat gagal rencananya.
"Sekali lagi kamu mengganggu saya. Saya akan m3m6unuhmu!" Ragil.
"Ayo kita menikah, Om duda!" Adele.
Ragil merasa geram karena Adele seperti tidak takut dengan dirinya.
Apakah Ragil akan berhasil dengan semua rencananya atau justru berakhir takhluk dengan gadis lugu seperti Adele yang sifatnya seperti anak kecil.
Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria_azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERASAAN TAK DISADARI
"Tadi 'kan Adele makan salad, terus sudah selesai cuci tangan di kamar mandi, lalu tiba-tiba teman Adele yang bernama Fina, Dina dan Kia deketin, Om."
"Mereka marah-marah sama Adele."
"Adele tidak tahu Adele salah apa sama mereka."
"Fina mendorong Adele. Adel balas, dia marah."
"Fina marah karena Adele membalas lalu mendorong Adele sampai jatuh dan tangan Adele kena pinggiran keramik tempat wastafel," cerita Adele.
"Adele takut, Om."
"Mereka selalu melotot sama Adele."
"Katanya Adele sok cantik," ucapnya sangat polos seperti anak kecil yang sedang mengadu kepada mamanya.
"Mereka satu kelas sama Adele."
"Waktu pulang tadi, Fina juga marahi Adele lagi katanya jangan dekat-dekat dengan kak Jaguar," kata Adele.
Lamunan Ragil teralihkan, dia tersadar jika baru saja memikirkan ceritanya Adele tadi.
"Adele."
"Kenapa kamu tidak melawan saja." Gumamnya.
"Kenapa rasanya aku tidak terima dan marah sekali mendengarmu dibully begitu," ucap Ragil berbicara sendiri.
"Mereka bertiga harus mendapatkan balasannya!" geram Ragil.
Ragil lalu beranjak turun ke bawah menemui Adele yang ternyata sudah cukup akrab dengan Isha dan sedang bermain bersamanya.
Dari arah tangga Ragil melihat Adele sedang tertawa bersama Isha bahkan Isha sampai merasa gemas dengannya.
"Adele," panggilnya.
Pandangan Isha dan Adele teralihkan kearah Ragil. Mereka berdua terlupa jika Ragil seharusnya pura-pura buta. Sedangkan Ragil terlupa dengan aktingnya karena merasa khawatir dengan Adele.
Di antara mereka bertiga Adele yang tersadar lebih dulu. "Om Ragil sudah bisa melihat?" tanyanya polos.
"Eh ... " Ragil akhirnya tersadar lalu berpura-pura buta lagi.
"Saya tidak bisa melihat, Adele. Kamu tahu sendiri saya ini buta," jawab Ragil.
"Tapi tadi Om Ragil bisa berjalan tanpa menabrak dan sekarang tidak membawa tongkat?" kata Adele.
"Ini rumah saya, Adele."
"Saya bisa mengenalinya dengan baik. Dan saya juga bisa tahu kamu di mana karena parfum yang biasa kamu pakai," bohongnya dan untungnya Adele percaya sambil mencium ketiaknya sendiri.
"Kalau begitu ayo sini duduk sama Adele," Adele menarik Ragil untuk duduk di sofa bersamanya.
Isha memperhatikan mereka berdua dan memahami situasinya apalagi sekarang di rumah sedang tidak ada Arfan. Jadi Isha tidak mau mengecewakan Ragil.
"Om Ragil."
"Tante Isha itu siapa?" tanya Adele.
"Dia saudaranya om Arfan yang minta pekerjaan di sini." Jawab Ragil.
"Oh. Sekarang Tante Isha sudah berteman dengan Adele," ucapnya bercerita dan Isha tersenyum kepadanya.
"Kalau teman jangan panggil Tante dong," ucap Isha.
"Om Ragil dan om Arfan teman Adele. Tapi Adele panggilnya Om," jawab Adele.
Isha menghela nafasnya. "Ah sudahlah." Gumam Isha.
"Adele."
"Kenapa Adele tidak bilang saja sama bu guru atau pak guru jika Adele dibully sama mereka?" tanya Ragil sambil menatap lurus ke depan pura-pura buta.
Adele menggelengkan kepalanya. "Adele takut, Om."
"Mereka mengancam Adele," jawabnya menunduk takut.
Ragil melirik kearahnya dan diam-diam mengepalkan kedua tangannya.
"Kalau begitu bilang dong sama mama dan kak Anton," kata Ragil.
Adele menggelengkan kepalanya lagi. "Adele takut."
"Katanya kalau ada orang yang tahu, Adele harus buka baju di depan semua murid," jawab jujur dari Adele membuat Ragil diam-diam menahan amarahnya.
Isha memperhatikan Ragil dan tahu jika Ragil sedang menahan amarah. "Tuan Ragil seperti sedang marah," batin Isha.
"Jika tadi saya tidak sengaja memegang lenganmu, jadi kamu juga tidak akan cerita sama saya!" tegas Ragil.
Adele mengangguk ketakutan sambil memainkan jari jemari tangannya. "Lain kali kalau ada apa-apa cerita sama saya, sama mamamu atau kakamu, mengerti, Adele!" gemas Ragil.
Adele mengangguk lagi. "Hiks, mengerti Om," Adele jadi menangis.
"Om Ragil galak, Adele takut."
"Om Ragil kenapa marah-marah sama Adele, hiks," Adele menangis.
Ragil menghela nafasnya lalu Isha mencoba menenangkannya. "Kamu pulanglah saja, Adele. Obati lukamu itu," kata Ragil.
Adele langsung berdiri dari duduknya dan berlalu pergi dari dalam rumah Ragil tanpa banyak berbicara.
Ragil memperhatikannya sampai dia tidak terlihat lagi di depan mata. "Maaf," ucapnya pelan.
Walau Isha tidak mendengar suaranya, tapi Isha bisa mengerti dari gerak bibirnya jika Ragil meminta maaf kepada Adele.
"Kamu kembalilah bekerja, Isha," perintah Ragil.
"Baik, Tuan," jawab Isha.
Ragil lalu mencoba menghubungi Anton yang saat ini sedang perjalanan pulang ke rumah.
Anton yang mendapat telepon tanpa nama langsung mengangkatnya karena siapa tahu itu nomor penting.
"Halo, dengan siapa saya berbicara?" ucap Anton.
"Tuan Anton. Ini saya Ragil," ucap Ragil.
"Tuan Ragil yang sebelah rumah?" kata Anton.
"Benar sekali," jawab Ragil.
"Bagaimana Anda bisa mendapatkan nomor telepon saya, Tuan?" tanya Anton.
"Mudah saja bagi saya," jawab Ragil.
"Sekarang Anda ada di mana, Tuan?" tanya balik Ragil.
"Sedang perjalanan pulang dan hampir sampai di kompleks." Jawab Anton.
"Kebetulan, mampirlah dulu ke rumah saya. Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda soal Adele," kata Ragil.
"Saya akan langsung ke sana," jawab segera dari Anton apalagi itu berhubungan dengan Adele.
"Iya saya tunggu. Anda langsung masuk saja nanti saya akan bilang sama anak buah saya," pesan Ragil.
"Iya baiklah," jawab Anton lagi. Dan sekitar beberapa menit kemudian Anton sampai juga di rumah Ragil.
Anton langsung masuk ke dalam dan langsung memanggil Ragil. "Tuan Ragil."
Ragil lalu ke luar menggunakan tongkatnya menuju ke ruang tamu rumahnya.
"Tuan Anton?" ucap Ragil.
"Iya saya," jawab Anton.
"Silahkan duduk, Tuan," kata Ragil.
Anton lalu duduk di sofa seberang Ragil. "Sekarang katakan ada apa Tuan Ragil menyuruh saya datang ke sini?" tanya serius dari Anton.
"Tadi Adele datang ke sini lagi." Anton diam mendengarkan.
"Saya tidak sengaja menyenggol lengan kirinya tapi dia mengaduh kesakitan."
"Setelah saya menyuruh pembantu saya untuk mengeceknya, ternyata lengan kirinya Adele membiru dan lebam," cerita Ragil membuat Anton terkejut.
"Apa? Ko' bisa?" tanya Anton lagi.
Ragil langsung menceritakan semua yang Adele katakan kepadanya. Anton yang mendengar langsung merasa geram sekali.
"Kurang ajar sekali mereka bertiga!" marah Anton.
"Sekarang Anda tenangkan diri, dekati Adele ajak dia bicara dan tolong jangan dimarahi. Dia sudah ketakutan dan menangis di sini waktu cerita soal temannya." Nasihat Ragil.
"Terimakasih sudah memberitahu saya, Tuan Ragil."
"Saya akan pulang sekarang juga," ucap Anton dan Ragil menganggukkan kepalanya.
Anton lalu masuk kembali ke dalam mobilnya dan langsung pulang ke rumahnya yang ada di sebelah.
Sedangkan Ragil sudah merasa lega karena sudah memberitahu kakaknya Adele soal pembullyan tadi.
Bersambung ....
😁🤭🤭
ngk salah kamu dika
kurang sadis dek🤣🤣