Aku Khaerunisa. Aku memiliki kemampuan dapat melihat mereka yang tak kasat mata, yang biasanya kalian sebut hantu.
Semua ini terasa seperti kutukan, sampai saat aku bertemu dengannya. Indra Saputra. Karena tiap aku menyentuhnya, maka para hantu akan pergi dan hilang.
Tak peduli seberapa jauh kami berpisah, kami bagai magnet yang akan bertemu kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Osi Oktariska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26 New Life
Bau tanah basah karena hujan, masih kental berputar di rongga hidungku. Sejak aku sampai di rumah, hujan bagai penyambut dan masih ber-euforia hingga kini. Kami pulang ke Jawa. Meninggalkan Kalimantan dengan sejuta kenangan. Baik, buruk, sedih dan bahagia. Indra juga sudah ada di rumahnya. Tadi kedua orang tua Indra menjemput kami di Bandara. Suatu momen haru yang sudah lama kami nanti. Kehadiran Indra bagai memberi udara baru dalam tiap harapan yang sejak lama kami pupuk. Hampir satu tahun, kami kehilangan dia. Menganggap dia sudah tiada, dan kini dia masih bernafas dengan baik dan kembali di tengah tengah kami.
Dalam perjalanan Indra sudah membicarakan tentang rencana pertunangan denganku. "Pokoknya kamu terima beres aja, Nis. Nanti aku urus semua. Kamu sama keluarga kamu tinggal nunggu kami dagang ke rumah." Begitu kata Indra.
Aku masih betah bergelung dengan selimut di atas tempat tidurku. Tempat yang kurindukan hampir satu tahun ini. Rasa nyaman yang sudah lama hilang, kini mendadak kutemukan di ruangan ini.
Keluargaku sudah berkumpul. Utuh. Itu juga suatu bentuk kebahagiaan untukku.
Malam ini, Indra akan datang ke rumah untuk melamarku. Tidak ingin lagi membuang waktu, dia memang ingin segera menikah denganku. Aku pun demikian. Kepergian Indra kemarin, benar benar menghancurkan sebagian hidupku. Dan aku tidak ingin hal itu terjadi lagi.
Cincin sudah tersemat di jari manis kami. Semua keluarga menjadi saksi hubungan kami. Semua berbahagia dengan momen malam ini. Aku pastikan, Indra tidak akan lagi pergi dari hidupku. Setidaknya dalam waktu dekat. Kami akan segera menikah.
****
Aku memutuskan melanjutkan kuliah yang ku tinggalkan dulu. Otomatis aku kembali ke kos ku yang lama. Indra juga sudah dibolehkan bertugas lagi oleh pimpinannya. Kejadian itu memang berat, dan setelah Indra kembali ia tetap diterima kembali bertugas, karena dia salah satu anggota terbaik.
Sore ini Indra datang ke rumah, kami hendak kembali ke kos bersama. Beberapa barang kami masih banyak yang tertinggal di kos. Aku yang memang belum sempat mengemas, kini justru kembali ke tempat itu.
Beberapa penghuni kos kaget kami kembali lagi ke sini setelah sekian purnama berlalu. Mereka menyapa dan saling basa basi menanyakan kabar.
Kamar kos kami memang masih sama seperti saat kami tinggalkan dulu. Barang barang kami juga masih ada di sana.
Setelah aku menyelesaikan kuliah, Indra juga akan mengajukan mutasi kembali ke kota asal kami
Indra juga mengajukan mutasi. Izin itu sudah ia kantongi, namun masih ada beberapa prosedur untuk pemindahan Itu.
Setelah lulus kuliah, aku dan Indra memang sudah membahasnya bersama. Kalau kami akan kembali ke rumah. Berkumpul bersama keluarga. Apalagi sekarang statusku adalah tunangan Indra. Aku juga mulai mendekatkan diri ke keluarga Indra. Dengan kembali ke kota asal kami, maka intensitas aku bisa dekat dengan orang tua Indra makin sering.
Lagi pula semua teman temanku juga sudah pergi. Mereka sudah memiliki kehidupan masing masing. Mereka sudah bekerja di tempat yang jauh. Dan inilah puncak dari persahabatan yang sesungguhnya. Di mana saat semua teman teman sudah memilih jalan hidup masing masing, hubungan kami pun renggang karena keterbatasan jarak.
***
Setelah menyandang status pengangguran, aku lebih sering menghabiskan waktu di rumah. Bersama Ibrahim, anak Kak Adam dan Kak Shinta. Umurnya yang belum genap satu tahun, membuat dia makin menggemaskan. Semua perkembangan Aim selalu terpantau Kak Shinta. Kak Shinta mengabdikan dirinya untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Melupakan cita cita dan karirnya. Dan kulihat Kak Shinta sangat menikmati kehidupannya kini.
"Indra belum bisa balik?" tanya kak Shinta sambil merapikan baju Aim yang baru saja diangkat dari jemuran.
"Belum, kak. Minggu depan katanya baru boleh dipindah ke sini."
"Rencana nikah di mana, Nis? Jadi di gedung?"
"Insya Allah gitu, Kak. Udah boking juga gedungnya, karena kata Indra takut kita nggak kebagian pas hari H."
Panggilan dari Mamah di luar kamar Kak Shinta membuatku menyahut tanpa beranjak dari kasur. Rasanya malas meninggalkan kasur dan Aim Yang sedang lucu lucunya.
"Itu dipanggil mamah ih!" cetus Kak Shinta, menyuruhku menemui Mamah di luar. Aku tersenyum lalu beranjak dari kasur dengan malas malasan. Kak Shinta tersenyum melihatku yang terkadang manja seperti tadi.
Aku berjalan keluar kamar, mencari di mana Mamah. Biasanya wanita cantik yang belum lama ini menjadi istri Papah ada di dapur. Dan benar saja. Mamah ada di sana dengan berbagai barang yang aku tidak tau apa. Mamah tersenyum saat melihatku. "Nih, mama beli banyak makanan kecil. Ada kurma, madu, minyak zaitun dan minuman herbal. Kamu anterin ke rumah Indra, ya."
"Mamah beli di mana sih? Banyak banget?"
"Temen mamah jualan. Itu asli. jadi aman."
"Oh.. ya udah, Nisa langsung anter ya."
"Dianter supir aja."
"Iya, mah" kataku sedikit berteriak karena aku sudah masuk ke kamar untuk ganti baju.
***
Aku sampai di halaman rumah Indra.
Semua penjaga di sini sudah hafal aku, dan juga mobil yang biasanya aku pakai datang ke sini. Tidak perlu prosedur macam macam, karena aku langsung dibolehkan masuk. Mamah Indra yang sedang ada di teras, tersenyum saat melihat kedatanganku.
"Lih, Nisa. Sama siapa?" tanya Mamah sambil mendekat padaku yang baru saja turun dari mobil. Mamah Indra sangat baik dan ramah.
"Dianter Pak Bowo, Mah. ini Nisa disuruh nganterin ini. ada kurma, madu, minuman herbal. Katanya baik buat kesehatan," kataku mengeluarkan semua barang itu dari mobil dibantu Pak Bowo.
"Ya ampun repot repot deh."
"Nggak repot. Lagian Nisa juga bosen di rumah terus. Untung ada Aim."
"Iya, kalau bosen main sini aja. Nanti kita jalan jalan berdua," kata mamah Indra.
Setelah kami bertunangan, aku memanggil Mamah Indra dengan sebutan Mamah juga. Biar lebih akrab. Mama Indra mengajakku masuk ke dalam. Kami mengobrol bersama di ruang keluarga.
"Indra pulang kapan ya, Mah?" tanyaku.
"Kangen ya," ledek Mamah Indra.
"Hehe... Iya dong."
"Bentar lagi kok. Dia sekarang tinggal bareng temen nya di Asrama yah, Nis?"
"Kata nya sih gitu mah, banyak temen ngobrol jadinya. Kalau di Kos sepi."
"Oh iya, Nis. Yusuf itu udah punya pacar belum, ya?" tanya mamah mengagetkanku.
"Nggak punya. kan nggak mau pacaran. Maunya langsung nikah aja. Cuma calonnya belum dapet, Mah. Kak Yusuf agak pemilih."
"Oh gitu.. Mamah punya kenalan. Mungkin cocok buat Yusuf namanya Rahma."
Mamah memberikan fotonya. Dan aku pun memperhatikan wanita dalam foto tersebut. "Cantik."
"Kamu sendiri gimana? pengen kerja atau di rumah aja?"
"Pengen kerja.. cuma belum dapet yang cocok. Nisa udah banyak kirim surat lamaran kerja sih. Tapi belum ada panggilan," kataku masih memandangi foto kak Rahma.
"Kerja di kantor temen mamah aja gimana? perusahaan properti. nanti coba mamah tanyain kalau kamu minat."
"Wah boleh mah, Nisa coba deh."
***