Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.
Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.
Bagaimana kisahnya? Simak yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Talak
Misha mengikuti Rian masuk ke dalam kamar. Dia menatap Rian yang langsung duduk ditepian ranjang.
"Vienna, duduklah kemari." Pinta Rian menepuk samping dimana dirinya duduk sekarang.
"Panggil gue, Misha! Ok!"
Rian sedikit terbengong, namun dia tidak mau menganggapnya berat. "Baiklah, Misha. Duduklah kemari."
Misha meletakkan barang belanjaannya lalu mendekati dan duduk disamping Rian.
"Misha, Mas minta maaf atas kesalahan Mas kemarin malam. Mas kemarin dipaksa sama Mbak Tika buat melakukan hal itu. Mas dijebak Misha. Beneran. Dan, Mas juga minta maaf karena tak sengaja mendorongmu sampai kamu jatuh pingsan."
Misha hanya diam tak memberi tanggapan tapi, hatinya diam-diam dia menggerutu.
'Hallah, Mbelgedhes.' Batinnya.
"Misha, sayang. Maafin, Mas ya. Mas benar-benar khilaf, Misha. Mas cintanya hanya sama kamu. Mungkin selama 9 bulan ini kita tidak pernah melakukannya tapi, Mas berani sumpah kalau Mas hanya mencintai kamu. Atau kalau kamu gak percaya, malam ini juga kita akan melakukannya. Itu kan yang kamu inginkan selama ini?"
"Hah, eh." Misha nampak gelagapan mendengar kalimat terakhir Rian.
'Apa? Jadi, selama 9 bulan, Mbaknya masih tersegel gitu maksudnya? Dan apa tadi katanya, dijebak? Bentar-bentar, kesimpulannya Mbaknya ini dihianati. Eh, iya lupa. Kan dia ini sama si nenek lampir itu nikah siri ya? Ohhh paham nih gue sekarang. Ini mah fiks laki-laki jahat, mana tega nyelakai istrinya sendiri. Aduh, Mbaknya kok bod0h banget sih! Wis kasihan banget Mbaknya ini. Lebih baik sekarang gue pura-pura gak tau aja. Gue ikuti drama laki-laki ini.' Batin Misha yang sebenarnya merasa geram. Tangannya sudah merasa gatal pengen nonjok Rian tapi, sekuat tenaga dia tahan karena tak mau membuat rencananya gagal.
"Iya, Mas. Misha udah maafin Mas kok asal jangan diulangi ya, Mas. Tapi, untuk yang kalimat terakhir Mas tadi, aku tidak memaksa. Lagian Misha juga belum siap, aku takut hamil. Misha masih pengen bebas begini, Mas. Toh, saat ini aku juga lagi kedatangan tamu." Jawab Misha tenang sambil mengulas senyum.
Rian tersenyum mengangguk.
"Makasih sayang. Oh ya, Mas ada minta sesuatu sama kamu. Mas ada acara besok di kantor. Nah itu memerlukan tanda tanganmu sebagai kamu memberikan ijin. Sebentar Mas ambil dulu suratnya."
Rian beranjak mengambil surat didalam tas kerjanya yang sudah dia siapkan tadi.
"Ini, Mas butuh tanda tanganmu."
'Wow, pintar juga alasannya. Untung tadi siang gue turun di waktu yang tepat. Jadi, gue bisa tau duluan sama niat busuknya ini.' Batin Misha.
"Disebelah mana, Mas? Aku baca dulu aja ya?"
"Eh, enggak usah. Kan Mas udah bilang kalau ini surat ijin istri buat acara dikantor Mas." Jawab Rian gugup.
'Haha, gitu aja udah panik.' Misha tersenyum licik. 'Gue pakai tanda tangan asli gue aja.' Batinnya.
"Oh, ya udah."
Misha pun menandatangani surat tersebut.
"Nih, Mas." Misha menyerahkan kertas yang sudah dia tanda tangani.
Rian mengukir senyum. 'Dasar bod0h. Ternyata gampang banget bod0hin kamu. Setelah nanti aku usir dia, aku tinggal mencari sertifikat tanah dan rumah yang asli. Hanya almari itu yang belum aku buka, siapa tahu memang ada disana.'
Sementara di kamar sebelah.
Refan baru saja selesai mengenakan pakaiannya. Setelah itu dia merogoh barang kotak kecil berwarna merah yang berada di saku jas yang dia kenakan sebelumnya.
Refan memandangi kotak tersebut.
"Yang diharapkan Tika barang ini, bukan aku. Aku datang saja bukannya disambut malah ditagih oleh-oleh sama dicurigai. Untung aku sudah mengetahui suatu hal. Jadi, aku sudah tidak berharap apapun dari dia. Sekarang aku tidak akan berpikir dua kali lagi. Kamu memang pantas mendapatkan hadiah dariku." Celetuk Refan.
Disini yang dibilang hadiah oleh Refan bukan sesuatu yang menyenangkan, melainkan suatu hal yang akan membuat Tika terkejut.
"Mas, apa itu? Apa itu buat aku?" Tiba-tiba Tika berlari masuk dan menghampiri Refan.
Tanpa menunggu jawaban dari Refan, Tika langsung merebut kotak yang ada dalam genggaman Refan.
Tika membuka kotak tersebut. Matanya langsung berbinar.
"Wah, cantik sekali. Pasti cincin ini cantik bila terpasang dijari manisku." Ucap Tika yang merasa senang.
Tika pun mencoba cincin tersebut. Dia memandangi jemarinya yang telah terpasang sebuah cincin, dia pun senyam senyum karena senang.
'Aku harus menyembunyikan cincin ini dari Rian. Nanti kalau dia tahu bisa ngamuk dia. Apalagi sama Mama, bisa iri dia nanti. Mending aku simpan dulu aja. Ah lumayan juga laki-laki kere ini. Pilihannya bisa pas gini sesuai selera aku.' Batin Tika.
Tika pun melepas cincinnya dan menyimpannya didalam kotak sebelumnya setelah itu dia akan menyimpannya di almari.
Tanpa mengucapkan terimakasih atau apa, Tika malah cuek melewati Refan begitu saja.
"Tika, apa kamu melupakan sesuatu?"
Tika menoleh. "Melupakan apa? Sepertinya tidak. Memangnya apa?"
"Ah lupakan saja." Refan semakin geleng-geleng dengan istrinya tersebut.
*****
Malam harinya, semua keluarga berkumpul untuk makan malam.
Tadi sore, Misha menemukan bahan sayur, udang dan ayam di kulkas. Karena dia juga jago masak, ketiga bahan tersebut dia jadikan beberapa menu masakan. Yang jelas itu menu kesukaannya.
"Wah, menu malam ini banyak banget. Misha, sering-sering ya masak beginian." Ucap Tika makan dengan begitu lahap.
"Pelan-pelan makannya." Ujar Refan menasehati Tika.
Tika hanya memutar bola matanya malas.
"Rasa masakanmu begitu berbeda, ini enak banget." Imbuh Rian.
Misha hanya tersenyum.
'Heleh, lama-lama tak kasih r4cun tikus juga nih.' Batin Misha kesal.
"Iya loh, Misha. Kamu itu harus bisa nyenengin suami dengan masakan yang enak-enak terus begini. Biar suami itu lebih betah di rumah dan gak jajan diluar. Iya kan Rian?" Seru Dewi.
Seketika Tika melirik Dewi. Hatinya merasa tersenggol.
"Benar yang dikatakan Mama, Tika. Kamu juga harus begitu." Ucap Refan setuju dengan ucapan Dewi.
Tika menanggapinya dengan tersenyum malas.
Acara makan malam pun berjalan dengan khidmat.
Setelah selesai makan, Rian membuka obrolan.
"Berhubung malam ini kita lengkap. Aku mau menyampaikan sesuatu." Ucap Rian.
Dewi dan Tika saling melempar senyum.
"Aku berbicara dengan kesadaran hati dan tidak ada paksaan sama sekali. Misha, malam ini juga, kamu aku talak 3 sekaligus. Dan aku harap, malam ini juga kamu segera angkat kaki dari rumah ini."
Misha menatap Rian datar.
'Cih, secepat ini dia menalak gue? Udah gak sabaran ternyata tapi, bagus juga sih kalau dia sekarang menalak gue. Gue gak perlu repot dan pusing lagi buat menyandang sebagai istri, apalagi ngurusin mereka yang gak tahu diri ini.' Batin Misha.
Refan terkejut dengan perkataan Rian. Sedang Misha menatap Rian datar.
"Rian, apa yang kamu lakukan?"