NovelToon NovelToon
Korban Perceraian

Korban Perceraian

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cerai / Keluarga / Ibu Tiri
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Muliana95

Kata orang, roda itu pasti berputar. Mereka yang dulunya di atas, bisa saja jatuh kebawah. Ataupun sebaliknya.
Akan tetapi, tidak dengan hidupku. Aku merasa kehilangan saat orang-orang disekitar ku memilih berpisah.
Mereka bercerai, dengan alasan aku sendiri tidak pernah tahu.
Dan sejak perceraian itu, aku kesepian. Bukan hanya kasih-sayang, aku juga kehilangan segala-galanya.
Yuk, ikuti dan dukung kisah Alif 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepergian Nenek Neli

Neli mengalami sakit tipes, jadi dia di haruskan di rawat terlebih dahulu.

Neli sempat meminta untuk pulang, dia berdalih jika keadaannya sudah lebih baik. Namun, perawat tak bisa di bohongi. Mereka tahu, jika itu akal-akalan dari Neli saja.

"Memangnya, ibu mau merepotkan anak cucunya di rumah? Gak kan? Karena jika ibu sehat, mereka juga senang, serta bisa aktivitas seperti sedia kala." ujar petugas yang mendorong Neli menggunakan kursi roda, untuk ke ruangan.

Neli terdiam, dia berpikir jika di rumah sakit pun, Alif akan kerepotan.

"Aku hanya memiliki seorang cucu, anak ku udah ,,," Neli menelan ludahnya, perkataan Haris beberapa tahun lalu masih membekas di relung hatinya.

Bahkan, dengan mengingatnya saja, hatinya kembali merasakan sakit yang luar biasa.

"Tiada." sambungnya lirih.

"Oh, maaf ... Tapi tenang aja, disini ada perawat yang akan membantu nenek, jadi esok cucunya bisa ke sekolah. Kamu sekolah kan?" tanya pada Alif, yang berjalan beriringan dengannya.

Alif termangu, dia tahu jika hati neneknya sangat sakit. Makanya, tega mengatakan jika ayahnya telah tiada.

Namun, Alif tak menyalahkan neneknya sepihak. Karena bagaimana pun, ayahnya yang lebih dulu, mengatakan jika nenek telah tiada.

"Kamu sekolah kan?" ulang petugas.

"Eh ,,, sekolah." sahut Alif.

Neli pun, tiba di kamar rawat kelas tiga. Disana, sudah ada tiga pasien lainnya yang juga sesama perempuan.

Neli dibaringkan di ranjang kosong, tak lupa juga seorang perawat yang berada di ruangan itu membantu melintangkan sprei baru, supaya pasien nyaman.

Dia juga membantu, menghidupkan infus kembali. Serta menanyakan keadaan Neli sekarang.

Siangnya, Neli mendapatkan jatah makan dari rumah sakit. Kebetulan sekali, menu siang ini opor ayam, tempe dan juga sedikit tumisan sayur. Juga, satu buah pisang, pelengkap makan siang kali ini.

"Nenek makan ya ..." ujar Alif, membuka wadah makanan.

"Ada ayam, untukmu aja ya." bisik Neli sumringah.

"Jangan, ini jatah makan nenek." tolak Alif, dia mengambil sendok, yang sebelumnya memang dibawa dari rumah.

"Tak apa, nenek kan gak terlalu menyukainya. Buktinya, nenek selalu menyisihkan ayam untuk Alif." bohong Neli, setengah berbisik, karena dia malu jika terdengar oleh pasien, atau keluarga pasien lainnya.

Alif pun mengangguk, lantas dia menyuapi neneknya dengan kuah dari opor, serta tempe dan juga sayur.

Neli hanya makan beberapa suap, kemudian sisanya menyuruh Alif untuk dihabisinya.

"Kamu pulang aja ya, nanti ayam-ayam kita, gak ada yang beri makan." ucap Neli, kala Alif menghabiskan nasinya.

"Tadi, sebelum kesini, aku sempat minta tolong mamang untuk menjual semua ayam-ayam kita nek, karena selain takut uang kita gak cukup, aku juga takut jika kita lama disini. Maaf ya ..." pinta Alif, sejenak keraguan merayap di hatinya.

Ia sangat takut jika neneknya marah.

"Tak apa, lebih bagus, karena tidak merepotkan orang lain." sahut Neli lirih.

Kemudian, Neli izin memejamkan matanya. Dan Alif sendiri, melintangkan tikar di lantai bawah, agar bisa ikut berbaring.

Alif melihat ke sekeliling ruangan. Semua anggota kelurga pasien lainnya, sibuk dengan ponsel di tangan mereka. Bahkan, pasien sendiri masih bisa tertawa renyah, menanggapi guyonan dari keluarga mereka.

"Neneknya sakit apa?" tanya salah seorang penjaga pasien, yang ranjangnya bersebelahan sama Neli.

"Tipes ..." sahut Alif.

"Orang tuanya mana? Kenapa hanya kamu sendiri yang ikut jaga?"

Basa-basi yang menjengkelkan, itu yang Alif rasakan. Akan tetapi, tak mungkin juga dia menyalahkan orang-orang yang bertanya begitu.

"Udah gak ada ..." sahut Alif lirih.

"Gak ada disini, bersama kami." sambungnya.

Semua yang di ruangan langsung menatap Alif iba, akan tetapi ada sebagian menatap kagum pada Alif. Karena tidak semua cucu yang mau menjaga neneknya. Apalagi, anak seumuran Alif.

"Kamu udah makan?" tanya yang lain.

"Udah, barusan." sahut Alif.

"Ya udah, tapi ibu punya sedikit roti, bawaan orang yang jenguk. Barang kali, kamu mau makan." ucap seorang pasien.

Dia langsung memberi kode pada anaknya, untuk memberikan roti yang di maksud pada Alif.

Alif menerima roti tersebut dengan senang, tak lupa ucapan terima kasih di lontarannya.

Tengah malam, saat semua orang terlelap. Neli merasakan sesak yang luar biasa. Dia memukul-mukul ranjang berharap seseorang mendengarnya.

Alif, yang tidur di bawah langsung berdiri melihat kondisi neneknya.

"Nenek, nenek ,,, tolong." jerit Alif.

Semua orang di ruangan terkejut mendengarnya.

"Panggilkan perawat!" perintah salah satu pasien.

Keluarga pasien lain dengan sigap membantu memanggil perawat. Alif sendiri menangis tersedu memanggil-manggil neneknya.

Keringat dingin, mulai bercucuran, sebagian orang mengusap telapak kaki Neli, dan yang lainnya mengipasi Neli.

"Minggir ..." perawat datang dengan tergesa-gesa.

Dia meminta air mineral pada orang disana, untuk diisi ke alat yang akan digunakan sebagai oksigen.

Oksigen langsung di pasang ke hidung Neli, berharap wanita tua itu bisa bernapas dengan baik.

Benar saja, dia bernapas dengan baik. Namun, yang membuat perawat panik, detak jantung Neli semakin melemah, bahkan hampir tak terdengar.

Perawat menarik kain batasan, semua orang diharapkan berada di luar, termasuk Alif. Karena kehadiran mereka bisa mengganggu aktivitas perawat.

Alif tak henti-hentinya menangis, bermacam-macam praduga mulai bersarang di otaknya. Dia sangat takut, jika suatu hal terjadi pada neneknya.

Perawat lainnya yang di temani dokter jaga mulai datang dengan tergesa-gesa bahkan bisa dikatakan berlarian. Melihat itu, Alif semakin tersedu, lelaki paruh baya yang menemani istrinya ikut memeluk Alif, guna memberikan kekuatan untuknya.

Benar saja, perawat membuka tirai dan dokter tertunduk lesu. Apa yang di takutkan Alif, itu lah, yang terjadi.

Saat sang dokter menggelengkan kepalanya, Alif yang tahu apa yang dimaksud, langsung melemas. Bahkan, dia hilang kesadarannya.

Perawat mulai mengurus jenazah Neli, Alif sendiri di pijat dan diolesi minyak kayu putih oleh orang-orang disana. Raut wajah khawatir dan iba, terlihat jelas di mata mereka.

Saat Alif membuka matanya, hal pertama yang diingatnya ialah neneknya. Air mata kembali jatuh, kala menyadari, jika ia berada di rumah sakit.

"Ada keluarga yang bisa dihubungi? Biar nanti, kami sampaikan jika nenek telah tiada." tanya perawat, dengan raut wajah iba.

Alif menggeleng, dia tidak memiliki ponsel. Dan nomor ponsel neneknya pun sudah lama tidak aktif, akibat tak pernah lagi di isi pulsa.

"Ya udah, kamu tinggal dimana?"

"Desa mekar sari." sahut Alif dengan tatapan mata yang kosong.

"Aku ada kenalan disana, biar aku aja yang hubungi." ujar keluarga pasien.

1
Giandra
semangat Alif belajar yang rajin kejar prestasi sebaik mungkin masa depanmu akan berjalan dengan baik jikalau kau berprestasi tidak perlu mencari kesempatan tetapi kesempatan itu yang akan menghampirimu.
NurAzizah504
cie, alif. udh mulai ngelirik cewek
NurAzizah504
kasiann udh berpisah
NurAzizah504
dua jempol utk pak de
Wanita Aries
Wah alif udh remaja,, semangat kumpulin uang utk kuliah
NurAzizah504
3 A nih ceritanyaa
Muliana: Wah, bisa kebetulan gitu /Chuckle/
total 1 replies
NurAzizah504
terima aja dulu, sambil jualan terus biar ada pemasukan
Muliana: Takut, jika orang lain juga akan membuangku, sama seperti kedua orang tuaku
total 1 replies
NurAzizah504
oalah, berarti alif gatau yaa
Muliana: Iya, andai dia tahu, mungkin udah di amankan
total 1 replies
NurAzizah504
/Sob//Sob//Sob/
Muliana: /Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
NurAzizah504
haris, kamu kemana sih pas pembagian hati?
Muliana: Kayaknya dia tidur deh
total 1 replies
NurAzizah504
padahal dulunya ga mau ngaku ibu. cih
Muliana: Harta, harta
total 1 replies
R 💤
Gak usah takut lif wkwk, wah jadi ingat dulu waktu SMK juga ikut tinggal di lingkungan sekolah huhuhu....
Muliana: Wah, kok bisa?
total 1 replies
R 💤
sedihhhh bgtttt pastii
Muliana: Sangat /Sob//Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
Aku paham apa yang kamu rasakan. aku pun pernah dan sering merasa seperti itu.
Muliana: Sakit gak sih? Sabar ya ...
total 1 replies
Teteh Lia
Sabar Alif, udah banyak sabar juga sebenarnya.
Muliana: Iya, gak tahu sampai kapan Alif bisa sabar
total 1 replies
Giandra
semoga sukses Lif ujianmu membuat dirimu semakin kuat menjalani hidupmu yang keras mulailah menata kembali membuka jalanmu menuju keberhasilan tetap semangat jangan menyerah.
Muliana: Karena telah jatuh berulang kali, semoga kamu bisa menjadi versi terbaik untuk dirimu dan orang sekitarmu
total 1 replies
Zenun
Alif susah biasa menemukan hal. menyeramkan dalam hidup nya. Jadi dia gak tau apa itu takut😁
Muliana: Karena udah kebal
total 1 replies
Zenun
hanya bisa tarik nafas
Muliana: Dan berucap istigfar
total 1 replies
Wanita Aries
Semangat alif utk sukses
Muliana: Doakan aku /Heart//Heart/
total 1 replies
Santai Dyah
gereget juga kasian arif
Muliana: Aamiin, otw ya /Heart/
Santai Dyah: satu Malam dengan kakak ipar smoga kita bisa sukses bersama Amin
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!