Riska Radiva, seorang gadis SMA menemukan buku lapuk yang berisi tumpukan kartu tarot di kamar mendiang nenek nya.
Sejak saat itu, ia bisa melihat masa depan yang akan terjadi pada orang lain, hanya dengan membuka satu Tarot nya.
Masalah muncul saat Riska tahu bahwa nyawanya dalam bahaya. Kekuatan yang di milikinya, memiliki efek yang membahayakan nyawa nya dan seluruh orang yang disayanginya.
*ini adalah novel Horor Misteri Pertama aku. Kalau kalian suka, jangan lupa like, subscribe, vote dan gift juga ygy 😁
IG : dimas.yudhistira_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon korokoro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Investigasi Sekolah
Besok nya di sekolah. Kehebohan kembali terjadi di kelasku. Kedua temanku belum terlihat masuk ke kelas.
Amaya dan sita, dua orang yang seharusnya bertanggung jawab atas bunuh dirinya seorang Devina.
"May..." teriakku saat aku melihat Amaya dengan wajah yang tertunduk lemas saat ia masuk ke dalam ruang kelas.
Amaya menatap wajahku takut. "aku udah hapus semua foto dan video nya, sumpah aku sudah hapus." bisik Amaya bergetar.
Aku tidak tega melihat Amaya yang ketakutan.
Tidak lama setelah itu, Sita datang dengan wajah yang sama ketakutannya.
Ia setengah berlari menghampiri aku dan Amaya yang sudah kembali duduk di bangku kami.
"Riska, Amaya. Kita gak ada maksud sampe bikin Devina kaya gini kan?" Gumamnya pelan. Wajahnya pucat.
"Duduk dulu." ucap ku sambil mengambil sebuah bangku terdekat. "kita gak boleh keliatan tegang gini. Aku juga takut kalau ternyata alasan Devina bunuh diri adalah karena video dan fotonya itu." kataku pelan.
"Sudah pasti karena itu ka. Apalagi alasannya?" ucap Amaya lemas.
Aku terdiam sebentar sambil mengembuskan nafas kasar. "ok, anggaplah semua gara-gara itu. Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Sudah terlambat kan untuk mencegah."
Sita terdiam, berkali kali melirik ke bangku Devina.
"Trus kita harus gimana? Kita ceritain semuanya?" Amaya meringis ketakutan.
"Jangan." Gumamku pelan. "Kita gak bisa ceritain semua. Toh belum tentu Devina itu bunuh diri."
Mereka berdua menatap mataku heran.
"Maksud kamu?" Tanya sita pelan.
Aku menatap balik wajah sita. "Semalam, aku kembali astral Projection ke tempat Devina dan Arno pergi setelah mereka cabut dari sekolah. Dan kalian tahu kemana? Ke kamar hotel tempat Devina bunuh diri sekarang."
Mata sita melotot penuh.
"Tapi, di artikel berita yang kamu kirim, aku gak nemuin nama Arno ada disitu. Gimana bisa? Mereka datang berdua, kemudian Devina tiba tiba bunuh diri?" ucapku lagi.
Amaya menaikan kepalanya. "jadi maksud kamu, Devina bisa aja dibunuh Arno?"
Aku mengangguk pelan. "kejadian terakhir yang aku lihat, adalah Arno yang mukulin Devina. Aku ada disitu aku liat semuanya."
"Kamu liat saat Arno bunuh Devina?" tanya sita pelan.
Aku menggeleng ragu "sayangnya aku gak liat kejadian itu." ucapku. "tapi, nanti pulang sekolah aku coba liat lagi dari kartu tarot ku. Kalian coba liatin gerak gerik nya Arno ya, kalau memang Arno masuk sekolah, kalian awasi dia"
Mereka berdua mengangguk setuju bersamaan. Setidaknya mereka bisa sedikit lebih tenang dengan apa yang baru saja kuceritakan.
...****************...
"Aku tau kamu yang nge hack Instagram Devina kan!" bentak Arno yang saat ini sudah berada di kelasku.
Wajahnya merah, matanya seperti berapi-api melotot ke wajah sita yang saat ini berdiri menantang Arno dari balik meja nya.
Semua orang yang ada di kelas pada jam istirahat siang ini, ikut menyaksikan kedua orang yang sedang adu mulut dengan beberapa teriakan dan gebrak menggebrak meja.
"Jangan sok suci kamu! Aku tau kamu yang bunuh Devina!" Balas Sita sambil berdiri menggebrak meja.
Muka Arno berubah saat Devina mengatakan itu. Wajahnya jelas seperti orang panik. Aku dan Amaya yang melihat kejadian ini dari meja kami, berusaha untuk tidak ikut campur urusan mereka.
"Apa maksudnya! Gak usah mengalihkan pembicaraan!" Arno terlihat kaget. "Jelas-jelas kamu yang ngehancurin hidup Devina sampai dia bunuh diri."
Sita menyilangkan tangannya di depan dadanya. "AKU TAU KALIAN BERDUA PERGI KE HOTEL ITU! AKU TAU KAMU ADA DISANA SAAT KEJADIAN DEVINA BUNUH DIRI! OH BUKAN... SAAT KEJADIAN DEVINA DIBUNUH SAMA KAMU!"
Wajah Arno yang tadinya merah marah, kali ini berubah. Matanya melotot kaget saat Sita bilang dia tahu kalau Arno ada di hotel itu bersama Devina.
Semua orang di kelas termasuk aku dan Amaya, memperhatikan kejadian itu.
Arno terlihat kebingungan, kakinya mundur beberapa langkah, lalu tanpa sepatah katapun, ia pergi meninggalkan Sita yang masih berdiri merasa menang.
Sita melirik ke wajahku saat Arno sudah pergi. Ia terlihat menarik nafasnya pelan sambil kembali duduk.
Teman-teman sekelasku mulai saling berbisik, membicarakan apa yang baru saja mereka dengar. Aku dan Amaya saling lirik lalu, kami memutuskan untuk menghampiri sita.
"Kamu gak papa sit?" tanya ku pelan sambil duduk disampingnya.
Amaya ikut menenangkan dari sisi sebelahnya.
Wajahnya terlihat kesal, air matanya sudah menumpuk di pelupuk mata. "Riska..." bisiknya lalu menjatuhkan kepalanya di pundakku.
Tangis sita pecah walaupun tanpa suara.
Amaya mengelus pundaknya. "tenang sit. Kita akan ada buat kamu. Kita bertiga pasti kuat." bisiknya.
Tangan sita memegangi tangan Amaya. Kami saling peluk untuk beberapa detik. Sampai tidak lama kemudian, bel sekolah berbunyi.
Kami semua kembali ke kursi masing-masing.
Seorang guru masuk ke kelas kami, anehnya itu bukan guru mata pelajaran yang kami tunggu.
"Sita, diminta menghadap Bu Kus di ruang BK" ucap guru tadi.
Aku sendiri hanya mengenal guru itu sekilas. Kalau tidak salah, dia sering ada di perpustakaan menjaga perpustakaan sekolah.
Sita melirik ke wajahku. Aku tersenyum menenangkan sambil mengangguk menguatkan.
Lagi-lagi suara bisikan dari teman sekelas terdengar riuh. Aku tahu apa yang mereka bicarakan.
Amaya terlihat pucat disamping ku, ia sudah ketakutan, takut kalau ternyata penyebab Devina bunuh diri adalah benar karena balas dendam yang di lakukan sita dengan bantuannya.
Sita berdiri lemas lalu pergi keluar kelas mengikut guru tadi menuju ruang Bimbingan Konseling sekolah.
Biasanya, hanya murid-murid yang bermasalah yang dipanggil oleh guru BK ke ruangannya.
Entah kenapa aku yakin, sita akan bertemu Arno juga di sana. Ah, andai saja aku juga diajak ikut ke ruang BK. Padahal aku ingin sekali tahu apa yang terjadi selanjutnya.
...****************...
adik-adiknya ✅