Setelah Aku Tahu Suamiku Selingkuh

Andre tersenyum sambil menyajikan teh hangat di depan Rosa.

"Sayang, minumlah tehnya. Apa yang terjadi pada Nesia, apa dia sakit?" tanya Andre sambil mencium puncak kepala Rosa dan mengusap kedua bahu istrinya itu.

Sikap yang ditunjukkan oleh Andre itu, siapa yang akan menyangka kalau dia bahkan sudah selingkuh di belakang Rosa selama 6 bulan.

Rosa merasa kedua bahunya berat. Dia tidak pernah merasa dirinya lebih baik dari Andre. Tapi setidaknya, selama pernikahan mereka dia sama sekali tidak pernah memikirkan pria lain di pikirannya. Dan tidak pernah sama sekali membiarkan dirinya disentuh sedikit saja oleh pria lain. Dia menjada harga dirinya sebagai seorang istri.

Bahkan ketika seorang teman pria menghubunginya, untuk meminta bantuannya. Dan saat itu Andre tampak tidak senang. Dan minta Rosa memblokir nomor itu. Rosa tidak hanya memblokir nomor itu saja tapi juga menghapus semua nomor teman laki-lakinya yang dulu pernah kuliah dan bekerja bersamanya.

Rosa, sungguh hanya memiliki beberapa nomor saja di dalam ponselnya. Dan tidak ada nomor laki-laki, kecuali Andre dan ayah mertuanya.

Setelah semua itu, Andre malah mengkhianatinya. Rasanya bahunya sangat berat, dan panas. Tidak ingin tangan itu menyentuhnya disana.

"Andre sangat mengkhawatirkanmu, Rosa. Padahal ibu sudah bilang, kamu bersama Nesia" kata Aliyah yang terus terang saja senang melihat harmonisnya rumah tangga anaknya dan menantunya.

Rosa tersenyum pada ibunya.

"Sebenarnya bukan Nesia yang sakit, mas. Dia hanya membantu seseorang. Tapi sudah selesai" kata Rosa sambil sedikit maju, supaya tangan Andre lepas dari bahunya.

Rosa berpura-pura meraih cangkir teh yang ada di depannya.

"Manis tidak?" tanya Andre yang kembali merangkul Rosa.

"Manis" jawab Rosa sambil kembali menyesap teh buatan suaminya itu.

'Manis mas, sangat manis. Seperti kata-kata dari mulutmu selama ini. Kenapa kamu tega mengkhianati aku mas?' batin Rosa.

Dia sudah membuat keputusan, tapi hatinya masih saja terasa sakit.

Rosa tersenyum pada Andre.

"Mas tidak ke kantor?" tanya Rosa.

"Tidak, aku ingin menemanimu seharian. Semalam aku sudah lembur dan tidak menemani kamu. Aku ingin menemani istriku yang paling cantik ini seharian" kata Andre yang memeluk Rosa dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Rosa.

Rosa tersenyum. Senyuman yang dia sangat paksakan. Sangat dia upayakan terlihat seperti ikhlas. Padahal hatinya sangat hancur. Pelukan itu, suaminya pasti juga memeluk Sandra seperti itu. Pilu rasanya batin Rosa.

"Oh ya mas, ada surat dari sekolah Violet. Yang harus kamu tandatangani. Mas bisa tunggu di ruang kerja mas tidak? aku mau ambil sebentar!" kata Rosa.

"Tentu saja, aku tunggu di ruang kerja ya" kata Andre yang kembali memberi kecupan di puncak kepala Rosa dan pergi ke ruang kerja.

"Surat apa Rosa?" tanya Aliyah.

Untung saja Nesia sudah menyarankan dan mengajarkan pada Rosa untuk memberi alasan apa pada Andre dan juga mertuanya. Biasanya, Rosa memang tidak pernah bisa berbohong pada suaminya dan mertuanya itu.

Tapi, kali ini berbeda. Nesia bilang, itu bukan sebuah kesalahan besar. Dia hanya harus membela dan menghargai dirinya sendiri. Makanya dia harus bisa sedikit mengatakan ketidakbenaran, demi hidupnya dan anaknya di masa depan.

Tidak mungkin dia harus hidup dengan pria yang berbohong begitu besar di belakangnya seperti itu seumur hidupnya.

"Surat persetujuan, sekolah akan mengadakan pentas seni. Violet mungkin bisa menunjukkan beberapa bakatnya"

Aliyah mengangguk.

"Baiklah kalau begitu, oh ya. Biar ibu saja yang jemput Violet. Kamu temani Andre saja. Dia terlihat sangat merindukanmu"

Hati Rosa kembali terasa pedih. Ibu mertuanya itu mengatakan seolah-olah putranya benar-benar seperti apa yang dia pikirkan. Padahal, putranya telah mengkhianati pernikahan dan cinta Rosa selama 6 bulan.

Namun Rosa masih mencoba untuk tersenyum. Dia mengangguk perlahan.

"Iya Bu, terimakasih" kata Rosa.

"Kenapa berterimakasih nak, kamu kan menantu ibu. Violet juga cucu ibu"

Rosa kembali tersenyum lalu berbalik meninggalkan ibu mertuanya. Menuju kamarnya, dimana tadi dia meletakkan dokumen yang sudah Nesia buatkan untuknya.

Dokumen perceraian, yang di campur dengan dokumen buatan Nesia. Logo sekolah dimana Violet bersekolah, sebenarnya hanya kelompok bermain. Tapi, itu juga di sebuah sekolah ternama. Ada logo khusus, Nesia sengaja membuatnya sama persis.

Rosa menggenggam dokumen itu, dia belum tanda tangan. Karena memang dia ingin suaminya terlebih dahulu yang tanda tangan dokumen itu.

Dengan menghela nafas sangat panjang. Rosa keluar dari kamarnya. Menuju ruang kerja suaminya.

Baru mau memegang gagang pintu. Rosa mendengar suaminya bicara dengan seseorang di telepon.

"Aku tidak bisa keluar. Aku ingin bersama istriku. Kita sudah sepakat. Jangan membuat keributan!"

Tangan Rosa terkepal. Berkali-kali Rosa menahan menarik nafas dalam-dalam. Supaya emosinya bisa tertahan.

Dan setelah beberapa saat tidak terdengar suara lagi. Rosa baru membuka pintu ruang kerja suaminya itu.

"Mas..."

Wajah Andre terlihat sedikit panik. Dia juga khawatir, kalau istrinya mendengar apa yang dia katakan barusan pada Sandra.

Wanita itu menghubunginya. Mengatakan kalau ingin bertemu dengan Andre, karena sangat rindu pada Andre. Dia bahkan tidak selera makan, tidak mau apa-apa kecuali bertemu dengan Andre. Sandra terus mendesak. Namun, Andre masih ingin menghabiskan waktu dengan Rosa.

Dia merasa begitu rindu pada istrinya itu. Andre tersenyum pada Rosa yang mendekatinya.

"Aku, ini telepon dari Kenny, dia..."

"Mas kenapa jelaskan padaku? aku sangat percaya pada mas. Semua ucapan mas, bagiku adalah kebenaran" kata Rosa.

Sebenarnya, Rosa sedang menyindir Andre. Tapi pria itu sama sekali tidak merasa tersindir. Malah meraih Rosa ke pelukannya. Dan memeluk Rosa dengan sangat erat, sampai memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di bahu Rosa.

Baginya, pelukan dan bahu Rosa itu adalah tempat yang paling membuatnya nyaman di dunia ini. Bagi Andre, Rosa adalah segalanya. Dia begitu mencintai istrinya itu.

Dulu, bagi Rosa juga sama. Pelukan Andre adalah tempat paling aman, paling hangat dan paling membuatnya tenang di dunia ini. Namun sekarang, ketika suaminya memeluknya. Rasanya seperti ribuan duri menancap di tubuhnya. Sakit, perih dan benar-benar melukainya.

"Mas, tanda tangan dulu ya. Nanti keburu lupa" kata Rosa memberikan pulpen pada Andre.

Andre tersenyum, dan melepaskan pelukannya dari Rosa.

"Mana yang harus aku tandatangani sayang, setelah ini aku ingin memelukmu sambil mengobrol, di taman. Bagaimana?" tanya Andre.

Rosa segera mengangguk setuju.

"Iya mas" sahut Rosa dengan sangat lembut.

Andre yang terlalu senang, karena akan menghabiskan waktunya dengan istrinya. Segera menandatangani tempat yang di tunjuk oleh Rosa.

Tanpa membacanya, tanpa melihat surat apa yang sebenarnya sedang dia tandatangani.

Dan meski hatinya hancur, Rosa berpikir kalau ini bahkan lebih baik. Daripada lebih lama lagi, dia dan putrinya dikhianati dan dipermainkan seperti boneka oleh Andre dan Sandra.

'Kamu membina hubungan dengan wanita lain, itu artinya kamu sudah mengakhiri hubunganmu denganku mas. Selamat mas, kita akan segera bercerai' batin Rosa.

Meski dia berusaha kuat, sebenarnya melihat pria yang paling dia cintai di dunia ini menadatangani surat cerai, juga cukup menyayatt hatinya.

"Sudah sayang, kita ke taman sekarang" ajak Andre sambil meraih tangan Rosa.

Tapi Rosa langsung menarik tangannya.

"Mas duluan saja, aku mau taruh dokumen ini dulu, mau simpan ini dulu"

"Baiklah, jangan lama-lama. Aku akan sangat merindukanmu" kata Andre yang diangguki oleh Rosa.

Setelah Andre menutup pintu. Air mata Rosa menetes, dia melihat dokumen itu, juga tanda tangan suaminya disana.

"Mas, aku akan menunggu hari itu. Dimana kamu akan menyesal, karena kamu sudah selingkuh" lirihnya sambil menyeka air matanya.

***

Bersambung...