Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?
Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.
Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.
Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.
Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.
Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.
Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.
Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.
UPDATE SETIAP HARI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu
Siang harinya seperti biasa aku makan siang di kantin bersama Wahyu.
"Dit kamu tau ndak? Gosip kamu pacaran sama Bu Sinta lagi hot banget lho di kantor ini."
"Iya Yu aku udah denger, risih banget jadinya pengen rasanya teriak bilang bahwa semua itu nggak bener, biar semua orang tau."
"Lho memangnya kenapa toh Dit? Bangga kamu tuh harusnya, karyawan baru bisa menaklukan hati kepala HRD kita yang terkenal angker."
"Soalnya aku udah punya pacar Yu, namanya Riri."
"Wah gitu toh Dit, tapi kan Bu Sinta itu cantik Dit."
"Buat aku nggak ada wanita secantik Riri di dunia ini, selain Ibuku tentunya, nanti deh kapan-kapan kukenalkan sama kamu."
"Janji ya Dit kenalin sama aku, aku mau lihat secantik apa pacarmu sampai Bu Sinta aja ndak kamu deketin." Sambil meraih Es jeruk yang ada di meja
"Iya janji, tapi ini es aku ya Yu, jangan jadi kebiasaan hahaha."Aku pun merebut es itu dari tangan Wahyu.
"Walah iya sorry Dit sorry, eh Dit Bu Sinta menuju kesini tuh, aku duluan ya."
"Hai Dit, makan bareng ya." Ujar Sinta.
"Aduuuh Bu lihat tuh orang-orang pada liatin kita, risih aku."
"Alah cuekin aja Dit, nanti juga pada cape sendiri."
Begitulah aku harus melewati hari-hari ku di kantor, sebagai bahan gosip semua karyawan kantor itu.
Malam harinya setelah menyelesaikan semua pekerjaan Sinta mengajakku pulang.
"Eh Dit nanti di pet shop yang ujung jalan itu kita mampir sebentar ya,aku mau beli makanan untuk Kitty dan Rio dulu."
"Siap Bu bos."
Sesampainya disana Sinta pun turun dan aku berkata padanya bahwa aku menunggu di mobil saja dan mengambil kesempatan ini untuk menghubungi Riri.
"Halo Tuan putriku yang cantik lagi apa?"
"Lagi kangen dong, eh Dit hari sabtu ini kita jalannya ke rumah Bi Eha aja ya."
"Lho kerumah Bi Eha, kamu mau pesen nasi uduk?"
"Bukan Adiiiit sabtu ini kan Bi Eha sama Pak Iwan nikahan, ini undangan kamu ada di aku."
"Wah akhirnya jadi juga mereka, seneng banget aku dengernya."
"Terus kita kapan? Hihi."
"Kamu kuliah aja dulu yang bener sampe lulus, aku juga mau kumpulin uang yang banyak."
"Iya sayang Aku juga paling 2 setengah tahun lagi lulus, tapi aku maunya tunangan dulu ya Dit jangan langsung nikah."
"Terserah tuan putri aja aku mah nurut hehe."
Tanpa kusadari ternyata Sinta sudah menunggu tepat diluar jendela mobil dan akupun mengakhiri percakapan ku dengan Riri.
"Eh Sin udah selesai? Kok ngga langsung masuk mobil aja."
"Ngga enak takut ganggu, telpon siapa? Riri ya?"
"Hehe tau aja, iya nih biasa lagi kangen."
"Ayo cepet kita pulang aku udah cape bgt." Ucap Sinta sedikit ketus.
Sesampainya di Rumah Sinta tanpa banyak bicara langsung masuk kerumahnya dan kemudian akupun pulang.
Pada pagi harinya aku sudah tiba di Rumah Sinta seperti biasa.
"Eh sudah sampai Dit? Maaf semalam aku langsung masuk rumah karena badanku ngga enak."
"Iya Sin nggak apa-apa, sekarang gimana keadaan kamu?"
"Sudah mendingan kok, yuk kita berangkat."
Sesampainya di kantor kemudian Sinta mendapat kabar bahwa kantor kami terpilih untuk mewakili Surya Group Jakarta mengikuti seminar Akbar di Bali, lalu Sinta dengan segera memberitahukan hal ini kepadaku.
"Adit kita terpilih."
"Terpilih apa Bu?"
"Untuk mengirimkan 2 orang perwakilan kantor kita ke Bali hari Senin besok, pokoknya kamu harus dampingin aku."
"Serius aku nih bu yang pergi."
"Iya, kan waktu itu kamu dan Aku yang ikut rapatnya, kalau begitu jam istirahat nanti kamu antar aku beli koper ya, soalnya punyaku yang lama sudah jelek."
"Iya baik Bu."
Siang hari itu aku menemani Sinta membeli koper di mall yang lokasinya tidak jauh dari kantor.
Setelah selesai membeli koper tiba-tiba di depan sebuah toko ada pasangan suami-isteri yang sedang berbelanja di toko itu.
Dan sepertinya tanpa sepengetahuan sang Istri suaminya terus saja melihat ke arah kami, hingga akhirnya Sinta melihat lelaki itu dan kemudian menarik tanganku untuk berlari menghindarinya.
Kemudian kamipun berhasil masuk ke dalam mobil.
"Siapa sih Sin laki-laki itu? Kok liatin kita terus, dan kenapa juga kita harus kabur dari dia." Tanyaku sambil terengah-engah.
"Itu Soni laki-laki yang ninggalin aku dan nikah sama sahabatku." Kata Sinta dengan muka sedih dan kemudian air matanya menetes.
Akupun terdiam mendengar jawaban Sinta dan merasa Iba dengannya lalu mencoba untuk menenangkannya.
"Sin terlalu berharga Air matamu untuk menangisi laki-laki semacam itu, masa lalu biarlah berlalu mungkin nanti di suatu tempat kamu akan bertemu laki-laki yang lebih baik dari dia."
Lalu Sinta memandangiku sambil tersenyum.
"Makasih ya Dit, iya kamu bener, mudah-mudahan aku bisa ketemu sama laki-laki baik itu ya."
Malam itu setelah pulang kantor seperti biasa aku mengantarkan Sinta pulang kerumahnya dan ternyata setelah sampai lelaki yang bertemu kami tadi siang sudah ada dirumah Sinta.
"Ngapain kamu disini? Masih berani kamu menginjakan kaki dirumahku setelah semua yang kamu perbuat sama aku." Kata Sinta sambil menangis.
"Maaf Sin sekarang aku baru sadar, kamulah yang terbaik buat aku, aku nggak bahagia sama dia, aku bahagia nya sama kamu, aku mohon balik sama aku Sin, aku siap menceraikan dia."
Mendengar ucapannya itu kemudian Sinta menampar pipi laki-laki itu dan mengusirnya, akan tetapi lelaki itu bersikeras dan memaksa Sinta untuk kembali padanya dengan menarik tangan Sinta.
Melihat kejadian itu pun aku lalu menghampiri mereka.
"Lepasin Sinta." Kataku pada lelaki itu.
Laki-laki itupun melepas tangan Sinta dan mendekatiku.
"Siapa lu? Jangan ikut campur masalah gw sama Sinta."
"Gw tunangan Sinta, bulan depan kita nikah, gw harap lu jangan ganggu Sinta lagi."
Dengan sangat terpaksa aku akhirnya merangkul Sinta dan mencium keningnya, melihat itu akhirnya dia pun pergi meninggalkan kami berdua.
"Maaf Sin aku terpaksa ngelakuin kayak tadi supaya dia cepet pergi."
Sinta pun memelukku lalu menangis dalam pelukanku.
Setelah menenangkan Sinta kemudian aku pamit untuk pulang kepadanya, sungguh malam yang sangat berat untuk kami semua.
Pagi harinya aku terbangun oleh ketukan pintu kontrakan ku, setelah aku membuka pintu ternyata itu adalah Riri.
"Idiiih Adit kamu belum bangun deh pasti kalau aku nggak kesini."
"Iya nih aku masih ngantuk."
"Mandi sana terus kita cari kado untuk acara Bi Eha dan Pak Iwan."
"Acara nya jam berapa Ri?"
"Jam 11, cuma akad nikah aja kok dan yang hadir cuma kerabat-kerabat dekat aja."
Akhirnya pagi itu setelah mendapat kado kami berdua kemudian menuju rumah Bi Eha.
ceritanya...👍👍👍👍
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu