NovelToon NovelToon
The Stoicisme

The Stoicisme

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Berbaikan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyudi0596

Shiratsuka mendecak, lalu membaca salah satu bagian esai yang ditulis Naruto dengan suara pelan tetapi jelas:

"Manusia yang mengejar kebahagiaan adalah manusia yang mengejar fatamorgana. Mereka berlari tanpa arah, berharap menemukan oase yang mereka ciptakan sendiri. Namun, ketika sampai di sana, mereka menyadari bahwa mereka hanya haus, bukan karena kurangnya air, tetapi karena terlalu banyak berharap."

Dia menurunkan kertas itu, menatap Naruto dengan mata tajam. "Jujur saja, kau benar-benar percaya ini?"

Naruto akhirnya berbicara, suaranya datar namun tidak terkesan defensif. "Ya. Kebahagiaan hanyalah efek samping dari bagaimana kita menjalani hidup, bukan sesuatu yang harus kita kejar secara membabi buta."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyudi0596, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

Waktu berlalu tanpa terasa, dan tak lama kemudian, pintu ruang klub terbuka. Yuigahama masuk dengan langkah ringan, diikuti oleh Hachiman yang berjalan malas seperti biasa.

"Yaho~!" Yuigahama menyapa ceria, seperti tidak ada yang terjadi. Seolah kasus Hayama yang kemarin sempat menyita perhatian mereka sudah lenyap begitu saja.

Hachiman hanya menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti keluhan samar sebelum menjatuhkan diri di kursinya. Dia melirik ke arah Naruto dan Yukino, lalu ke Yuigahama yang tampak lebih cerah dibanding saat berbicara dengan Naruto tadi siang.

"Jadi, sudah beres?" tanya Hachiman tanpa basa-basi, matanya setengah tertutup seperti biasanya.

Yukino menutup bukunya dan menaruhnya di meja. "Jika yang kau maksud adalah masalah Hayama dan ketiga temannya, maka ya, semuanya sudah beres."

"Hmm," Hachiman hanya menggumam, tidak terlalu tertarik. "Kalau begitu, tidak ada lagi yang perlu dibicarakan."

Naruto hanya menyeringai tipis, menyadari bahwa inilah akhir dari kasus ini. Semua orang menerima solusi yang sudah diberikan, dan tidak ada yang mencoba menggali lebih dalam. Bahkan Hayama pun tidak datang untuk membahasnya lagi, seolah masalah itu memang tidak pernah benar-benar ada.

Di luar jendela, matahari mulai condong ke barat, menyelimuti ruangan dengan cahaya oranye keemasan. Mungkin memang begitulah cara dunia berjalan—tidak semua kebenaran perlu diungkapkan, tidak semua masalah perlu diselesaikan secara sempurna. Kadang, yang terpenting hanyalah memastikan semuanya tetap berjalan seperti biasa.

Dan itulah yang terjadi hari ini. Seakan tidak pernah ada yang perlu dikhawatirkan sejak awal.

Dua hari setelahnya, suasana di ruang klub relawan berjalan seperti biasa. Tidak ada tanda-tanda bahwa kasus Hayama pernah menjadi perhatian mereka. Namun, ketenangan itu terusik saat pintu ruang klub terbuka.

Seorang wanita melangkah masuk dengan anggun, membawa sepucuk surat di tangannya. Matanya tajam, penuh ketenangan, dan aura yang dia pancarkan membuat suasana ruangan sedikit tegang.

Yukino menutup bukunya perlahan, sorot matanya berubah tajam saat menatap wanita itu. Ada sesuatu yang membuatnya merasa curiga. "Siapa Anda?" tanyanya tanpa basa-basi.

Wanita itu tersenyum tipis sebelum memperkenalkan dirinya. "Aku berasal dari klub Shogi. Namaku Fujimiya Sayaka," ujarnya dengan nada sopan namun tetap tegas. "Hiratsuka-sensei memintaku untuk menyerahkan surat ini kepada Naruto Uzumaki."

Naruto yang sejak tadi diam, menatap surat itu dengan ekspresi datar. Dia tidak tahu apa isi surat itu, tapi jika Hiratsuka-sensei yang mengirimnya, berarti ini bukan sesuatu yang bisa dia abaikan.

Yuigahama menatap Naruto dengan penasaran, sementara Hachiman mengangkat alis, mungkin bertanya-tanya apa hubungan Naruto dengan klub Shogi.

Yukino masih belum mengalihkan pandangannya dari wanita itu. Ada sesuatu yang terasa aneh. "Kenapa harus kau yang mengantarnya? Bukankah Hiratsuka-sensei bisa memberikannya langsung?"

Fujimiya tersenyum, seolah sudah menduga pertanyaan itu akan muncul. "Sensei bilang, lebih baik surat ini diberikan langsung oleh seseorang yang tidak berkaitan dengan klub ini. Dan kebetulan, aku yang diminta."

Naruto menerima surat itu tanpa berkata apa-apa, namun pikirannya sudah dipenuhi berbagai dugaan. Apa yang sebenarnya ingin disampaikan Hiratsuka-sensei? Dan kenapa harus melalui cara seperti ini?

Ruangan kembali sunyi, hanya suara kertas yang berdesir saat Naruto perlahan membuka amplopnya.

Naruto membuka amplop itu dengan hati-hati, menarik keluar selembar kertas berisi tulisan tangan yang khas dari Hiratsuka-sensei. Mata birunya menyapu setiap kata dengan seksama, membaca perlahan pesan yang tertulis di sana.

"Naruto,

Aku tahu ini bukan hal yang biasanya kau lakukan, tapi klub Shogi sedang dalam masa kritis. Mereka harus masuk dalam 16 besar di turnamen mendatang, atau klub mereka akan dibubarkan. Aku menunjukmu secara pribadi untuk membantu mereka. Kuharap kau tidak mengecewakanku.

—Hiratsuka Shizuka."

Naruto menghela napas pelan, menatap surat itu dengan ekspresi datar. Dia tidak menyangka akan diminta terlibat dalam masalah seperti ini. Shogi bukanlah sesuatu yang pernah dia geluti, tapi jika Hiratsuka-sensei sampai meminta langsung, berarti situasinya benar-benar serius.

Yukino yang memperhatikan perubahan ekspresi Naruto menutup bukunya dan bertanya, "Apa isi surat itu?"

Naruto meliriknya sebentar sebelum menyerahkan kertas itu padanya. "Baca sendiri," ujarnya santai.

Yukino menerima surat itu dan membacanya dengan cepat. Seiring matanya mengikuti tiap baris tulisan, ekspresinya tetap datar, namun ada sedikit kerutan di dahinya. "Hiratsuka-sensei benar-benar suka memaksakan sesuatu," komentarnya, meletakkan surat itu di atas meja.

Yuigahama yang penasaran mendekat, membaca sepintas lalu menatap Naruto dengan penuh antusias. "Eh? Jadi kau bakal masuk klub Shogi? Keren!"

Hachiman, yang sejak tadi diam, hanya menghela napas panjang. "Hiratsuka-sensei benar-benar tidak pernah kehabisan cara untuk menyusahkan muridnya," gumamnya sambil melipat tangan di dada.

Naruto menatap Fujimiya Sayaka yang masih berdiri di dekat pintu. "Apa klubmu benar-benar dalam situasi seburuk itu?"

Fujimiya mengangguk dengan tenang. "Ya. Kami kekurangan anggota berbakat, dan tanpa kemenangan di turnamen ini, klub kami akan dibubarkan. Hiratsuka-sensei berkata bahwa kau mungkin bisa membantu."

Naruto menatapnya dalam diam. Dia tidak pernah benar-benar tertarik pada permainan strategi seperti Shogi, tetapi… ada sesuatu dalam permintaan ini yang membuatnya sulit untuk menolak begitu saja.

Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya dia bersandar ke kursinya dan menghela napas. "Baiklah… aku akan lihat dulu bagaimana klub Shogi-mu."

Fujimiya tersenyum tipis. "Terima kasih, Naruto-kun. Aku akan menunggumu besok setelah jam pelajaran berakhir."

Setelah berkata demikian, dia membungkuk sedikit dan meninggalkan ruangan, sementara Naruto masih memikirkan apa yang baru saja ia setujui.

Begitu Fujimiya meninggalkan ruangan, Yuigahama langsung mendekat dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

"Kenapa harus kau, Naruto? Kenapa Hiratsuka-sensei memilihmu untuk membantu klub Shogi?" tanyanya, matanya berbinar penuh kebingungan.

Naruto menatapnya sejenak sebelum mengangkat bahu santai. "Siapa yang tahu? Mungkin karena aku punya banyak waktu luang?"

Yuigahama mengerutkan kening, jelas tidak puas dengan jawaban itu. "Itu mustahil! Kalau hanya itu alasannya, dia pasti bisa meminta orang lain!"

Yukino, yang masih memegang surat dari Hiratsuka-sensei, menutupnya perlahan. "Sensei tidak mungkin asal memilih seseorang untuk tugas ini. Jika dia menunjuk Naruto secara pribadi, pasti ada alasan khusus."

Hachiman yang mendengar percakapan itu hanya mendengus kecil. "Kalau soal itu, aku punya tebakan."

Semua mata langsung tertuju padanya. Naruto menaikkan alisnya, sementara Yuigahama terlihat semakin penasaran. "Apa tebakanmu, Hikki?"

Hachiman menyandarkan tubuhnya di kursi dengan malas. "Hiratsuka-sensei mungkin melihat sesuatu dalam diri Naruto yang berhubungan dengan strategi atau permainan pikiran. Shogi bukan sekadar permainan, itu juga soal membaca lawan, merancang skenario, dan mengambil keputusan dalam tekanan. Aku tidak tahu seberapa mahir dia dalam permainan ini, tapi sensei pasti punya pertimbangannya sendiri."

Yuigahama tampak terkejut. "Tapi… Naruto nggak pernah main Shogi, kan?"

Naruto menghela napas, lalu menyandarkan kepalanya ke belakang. "Aku memang tidak ahli dalam permainan papan, tapi aku paham konsep membaca lawan dan mengambil keputusan dalam tekanan. Sensei mungkin berpikir aku bisa menerapkannya dalam Shogi."

Yukino menatapnya tajam, seolah mencoba menilai kebenaran kata-katanya. "Atau mungkin Hiratsuka-sensei hanya ingin melemparkan tantangan padamu untuk melihat bagaimana kau menghadapinya."

Naruto tertawa kecil. "Itu juga bisa terjadi."

Mereka semua terdiam sejenak, mencerna situasi yang ada. Lalu, Yuigahama menatap Naruto dengan ekspresi serius yang jarang terlihat darinya.

"Jadi… kau benar-benar akan membantu mereka?"

Naruto menatapnya balik, kemudian tersenyum tipis. "Aku tidak akan tahu apa yang bisa kulakukan sampai aku melihat sendiri. Jadi, ya… aku akan mencobanya."

Yuigahama terdiam beberapa detik, lalu tersenyum kecil. "Kalau begitu, semoga berhasil, Naruto!"

Di sudut ruangan, Hachiman hanya mendengus kecil sementara Yukino kembali membuka bukunya, meskipun ada sedikit ketertarikan dalam sorot matanya.

1
Tessar Wahyudi
Semoga bisa teruss update rutin, gak apa-apa satu hari satu chapter yang penting Istiqomah. semangat terus.
Eka Junaidi
saya baca ada yang janggal, seperti ada yang kurang. coba di koreksi lagi di chapter terakhir
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」
untung bukan sayaka 🗿
Tessar Wahyudi: ah nanti terjawab seiring cerita berjalan
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」: walaupun masih bingung 🗿 mc nya renkarnasi atau bukan
total 3 replies
Eka Junaidi
Masih dipantau, semoga gak macet seperti karya lainnya. atau semoga semuanya bakal di lanjutkan lagi.
Eka Junaidi
Itu sinar matahari pagi atau sore, kok dia akhir Naruto menemukan dokumen Yamato hanya dalam waktu satu jam setengah. jika Naruto Dateng pagi jam setengah enam, setidaknya waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. jadi itu adalah typo.
Eka Junaidi
mantap, semangat nulisnya bro
anggita
like👍pertama... 👆iklan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!