🚧CERITA INI HANYA KHALAYAN OTHOR SEMATA, JANGAN MASUKKAN KE DALAM HATI. MASUKKAN SAJA KE DALAM ❤(+) FAVORIT🚧
Dipertemukan dengan CEO galak beserta dengan putrinya yang selalu mengganggu membuat hidupku jungkir balik.
Suatu hari bocah itu memanggilku dengan sebutan 'mommy'.
Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caraku menghadapi CEO dingin dengan mata setajam pedang itu?
Klik 'Mulai Baca' untuk mengetahui kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NGINTIP
“Kamu lagi apa sayang?” tanya Fara berbasa-basi.
Gadis kecil yang tengah duduk di ayunan sambil membaca buku seputar bisnis itu menurunkan buku dari pandangannya, ia mendengakkan kepala untuk bisa melihat Fara yang tengah berdiri tepat di depannya.
“Ley sedang membaca buku ini, Mom. Ada banyak gambar di sini,” ucap Ley seraya mengangkat buku yang ada di tangannya dan menunjukkan buku itu pada Fara.
Fara menggeleng-gelengkan kepalanya, ia kasihan melihat Ainsley yang kurang berinteraksi dengan teman sebayanya.
“Sayang, apa kamu tidak bosan membaca buku seperti ini?” Fara merasa gemas dengan sang anak yang menatapnya dengan wajah polos, ia menyingkirkan buku itu ke sisi ayunan yang kosong, lalu mengangkat Ainsley ke dalam gendongannya.
“Hi-hi-hi Ley digendong sama mommy,” kata gadis kecil berusia 5 tahun itu dengan tertawa riang sambil memegangi kedua pipi Fara.
Tawa Ainsley semakin pecah saat Fara mengusak hidungnya dengan hidung gadis kecil itu.
Tanpa keduanya sadari Devan sedang memperhatikan interaksi antara Ainsley dan Fara yang terlihat begitu dekat dan bahagia.
Devan terus memperhatikan sang anak dari atas balkon.
Regita yang berada di sudut taman belakang rumah merasa kesal saat tahu sang tuan sedang asik memperhatikan Fara dan Ainsley.
“Harusnya aku yang sedang diperhatikan oleh tuan Devan. Fara menghancurkan rencanaku saja.
"Akan kuberi pelajaran dia, lihat saja! Cih!” ucap Regita yang diakhiri dengan berdecih.
Hari sudah siang, matahari semakin naik ke atas dan cuaca menjadi begitu terik, Fara memutuskan untuk membawa Ainsley masuk ke dalam rumah.
“Mommy mau ke kamar, Ley mau ikut?” tanya Fara saat mereka sudah duduk di atas sofa yang berada di ruang utama.
Kepala Ainsley menggeleng, gadis kecil itu menunjuk ke arah bik Sani yang sedang mondar-mandir mencari sesuatu.
“Ada apa, Sayang?” Fara tidak mengerti apa yang dimaksud oleh sang anak.
“Mom, ada kucing yang masuk ke dalam rumah, bibik sedang mencarinya karena kucing itu lagi bersembunyi,” kata Ley.
Fara berniat membantu bik Sani untuk menangkap kucing liar yang masuk ke dalam rumah. Saat akan menyusul bik Sani, Fara berpapasan dengan Regita.
“Ah kebetulan sekali ada kamu, Git. Bantuin saya dan bik Sani cari kucing liar yang menyelinap ke rumah ini yuk!” Ajak Fara pada nanny baru itu.
Regita tersenyum lembut dengan kepala mengangguk, ia ikut membantu Fara dan bik Sani.
Raut wajah yang ditunjukkan Regita pada Fara tidak selaras dengan isi hati wanita itu.
“Hi-hi-hi, semuanya bingung cari kucing. Padahal kucingnya ada di bawah sofa yang Ley duduki,” ucap gadis kecil itu seraya terkikik geli. Mata Ley fokus pada kakinya yang dimainkan oleh si kucing yang berada di bawah kolong sofa.
Bik Sani, Fara dan Regita tidak kunjung menemukan kucing liar itu, semuanya tampak kelelahan karena sudah mengelilingi rumah Devan yang luas.
“Hahh, memangnya kenapa kalau di rumah ini masuk kucing, Bik?” tanya Fara.
“Nyonya, saya izin masuk ke dalam mau buang air kecil.” Regita menyela di antara percakapan Fara dengan bik Sani.
“Iya silahkan, kenapa harus minta izin, Git. Sana gih buruan, nanti kamu pipis celana loh,” kata Fara seraya memasang wajah jenakanya.
Regita berusaha untuk tersenyum. Walaupun, senyum yang dirinya berikan bukanlah senyum yang tulus.
Sok iya banget jadi orang. Batin Regita merasa jengkel.
Nanny baru itu undur diri dan meninggalkan Fara dan bik Sani di luar.
“Eh iya, Bik. Soal kucing tadi kenapa tidak boleh masuk ke rumah ini?” tanya Fara yang masih penasaran dan bingung.
“Tuan alergi terhadap bulu kucing dan anjing, Nyonya.”
Fara membulatkan mulutnya membentuk huruf ‘O’. Ia baru tahu jika mantan bosnya memiliki alergi terhadap hewan menggemaskan.
“Ya sudah kalau begitu nanti saja kita lanjut cari, Bik.”
Keduanya kembali masuk ke dalam rumah megah milik Devan. Sementara itu, Ainsley sedang memangku kucing liar itu sembari bersenandung seperti Fara yang menyanyikannya lagu penghantar tidur saat malam hari.
“Twinkle, twinkle little miaw ….” Gadis kecil itu bernyanyi dengan girang.
Regita sudah mengetahui hal itu sedari saat dia masuk ke dalam rumah. Namun, Regita memilih abai. Namun, saat terdengar derap kaki Devan yang sedang menuruni tangga, Regita langsung menghampiri Ainsley yang duduk di atas sofa.
Di saat yang bersamaan Fara dan bik Sani baru saja masuk ke ruang utama.
“Ley, sini berikan ke pada nanny sayang,” ucap Regita penuh dengan kelembutan.
“Astaga ternyata di sini kucing itu, Bik.” Fara berdecak sebal melihat kucing yang dari tadi
dicarinya ternyata sudah ditemukan.
“Iya, Nyonya.” Bik Sani menghela napas panjang.
Devan menyipitkan mata saat melihat apa yang sedang dipangku oleh putri kecilnya.
“Ley buang kucing liar itu!” Devan tampak tak suka melihat kehadiran kucing liar di rumahnya.
“Tapi, kasihan kucingnya, Dad.” Tolak Ainsley.
“Itu berbahaya Ley, sini berikan pada nanny ya.” Regita memulai aksinya denga mencari muka di hadapan Devan.
Devan tidak bisa mendekati Ainsley untuk mengambil hewan berkaki empat yang memiliki bulu berwarna putih dan hitam itu, ia tidak ingin mengalami reaksi alergi yang akan membuatnya bersin-bersin seharian.
Ainsley terus menolak saat Regita dan Devan membujuknya.
Fara yang melihat itu ikut turun tangan, ia tahu bahwasannya pak Devan alaergi terhadap kucing. Jadilah wanita itu membujuk Ainsley dengan caranya.
“Ley anak pintar dan baik, sayang daddy tidak?” tanya Fara, ia mendekati anak sambungnya seraya mengelus puncak kepala Ainsley.
“Sayang, Mom,” jawab gadis kecil itu.
“Kalau sayang, lepaskan kucing ini ya Ley, kasihan daddy kalau dekat-dekat kucing bisa hatcim-hatcim,” tutur Fara sambil menirukan gaya orang yang sedang bersin bersin.
Bocah itu tertawa melihat Fara yang bersin-bersin dengan sengaja. Devan yang melihat hal itu merasa heran tentang bagaimana Fara tahu soal dirinya yang alergi dengan bulu kucing.
Mungkin wanita ceroboh itu menanyakannya pada bik Sani. Pikir Devan.
Ainsley menyerahkan kucing yang ada pangkuannya ke pada Fara. Wanita itu menerimanya dengan senyum mengembang, ia mengoper kucing berbulu hitam-putih itu pada bik Sani untuk di keluarkan dari dalam rumah.
Devan dapat bernapas dengan lega karena Fara berhasil membujuk Ainsley, gadis kecilnya begitu patuh akan apa yang dikatakan oleh Fara, ia sampai merasa heran dan curiga.
Sialll! Dia selalu saja menghalangi rencanaku! Geram Regita yang berdiri di sisi sofa.
***
Kejadian tadi siang membuat kaki Fara terasa sangat pegal, wanita itu menggosok kakinya dengan minyak kayu putih.
“Humm Ley sudah tidur, pak Devan udah tidur belum ya? Atau masih terjaga?” Fara menerka-nerka.
“Ah dari pada penasaran mending ngintip. Lagian kamarku dengan pak Devan kan dekat seperti lagu pacar lima langkah.”
Tidak ingin tidur dengan menyimpan rasa penasaran, Fara memilih untuk keluar dari kamarnya.
Saat sudah berada di luar, ia berjalan dengan mengendap-ngendap seperti maling.
Perlahan Fara menekan handle pintu kamar sang suami, senyumnya terbit saat mengetahui jika pintu kamar Devan tidak terkunci.
“He-he bahkan alam merestuiku untuk mengintip,” guman Fara pelan.
Wanita itu mengintip dari celah pintu yang ia buka sedikit, matanya dapat melihat Devan yang sedang duduk di sofa panjang sembari menonton.
Tiba-tiba Fara bergidik ngeri saat mendengar suara-suara luknut yang berasal dari televisi yang ada di kamar Devan.
Ahhhh! Ahhh!
“Astaga! Pak Devan nonton film harum.” Fara menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.
Suara-suara aksi perang ranjang itu membuat Fara merasa tak nyaman, ia memilih untuk menyudahi aksi mengintipnya.
Devan yang berada di dalam kamar langsung mematikan TV-nya. Tubuh pria itu langsung breaksi dan merasa gerah.
“Sialan kau, Jhon!” maki Devan.
Sekretaris sekaligus orang kepercayaannya itu mengirimkan sebuah video yang katanya sangat penting untuk dilihat, dan ternyata bukannya penting malah membuat kepala menjadi pening.
Bersambung ….
Hiii pak Devan suka nonton film harum kah? Fara sampai merasa ngeri tuh, HA-HA-HA. Ada istri kok dianggurin, diapelin dong.
kalau gak aku demo pakai like kamu thorrr!! 😭😭😭😭
nanti Mak beti marah🤣🤣🤣😆😆😆
astaga... semoga hari author Senin selalu...😭😭😭
jadinya burung hantu....😆😆😆
selamat membatin mommy...🤣🤣😆😆
Fara hamil anak kandung'mu...
bahahakkkk 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
cepat... cepat...
takut'y klo lambat kenapa² tar keguguran....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
kita liat apakah Devan cembuluu....