NovelToon NovelToon
I'M RAKA NOT RAZKA

I'M RAKA NOT RAZKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Mengubah Takdir
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: aria adelia

Raka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya.

Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di tahan dengan ucapan bahwa hidup nya belum selesai di dunia ini.

Raka belum pernah merasakan kebahagiaan, maka dari itu makhluk yang seperti malaikat itu memberikannya kehidupan yang kedua kalinya demi bahagia dan diliputi kasih sayang.

"Gua Raka! Siapa Razka?! Gak kenal!"

Di kasih kesempatan buat idup sih dikasih. Ya cuma ...

"Kenapa gua malah idup di badan orang lain anj*ng!"

Raka bertransmigrasi ke tubuh Razka pangeran Ganendra- laki laki yang ia selamatkan sebelum meninggal waktu itu.

"Sialan! Tau gini mending gak usah gua selamatin!"

Akankah kehidupan kedua nya berjalan dengan mulus? Bisakah Raka merasa bahagia dan di kelilingi oleh cinta dan kasih sayang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aria adelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gavin lost

Kamu bisa tenang sekarang, Davka. Teman mu itu sudah tidak kenapa napa. Nafasnya juga sudah mulai membaik, sepertinya penyakitnya kambuh. Sebaiknya berikan dia obat," Ucap Dokter Tia sambil menepuk puncak kepala Davka beberapa kali.

Davka merasa lega setelah mendengar ucapan dokter Tia. Ia lalu melirik Razka yang ternyata sudah membuka kedua matanya yang tengah menatap langit langit UKS. Ia cepat cepat berterimakasih dan menghampiri Razka.

"Ka, udah gak papa?" Tanya Davka mengkhawatirkan kondisi teman nya.

Razka meliriknya sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk duduk, minta bantuan Davka soalnya lemes.

Ia menyentuh permukaan pipinya yang dibaluti kapas, pantas saja terasa sedikit perih.

"Dah puas seneng seneng nya? Dah dapet luka kayak gini mau gimana? Dah siap dapet Omelan bang Yohan? Dah siap beralasan sama bunda loe?" Berbagai pertanyaan bertubi tubi dari Davka itu membuat nya kembali pusing. Ia menutup kedua telinga nya dengan jari telunjuknya, berharap tidak mendengar Omelan si Davka.

"Orang ngomong tuh di dengerin napa..." Davka kembali bersuara. Nyatanya suara Davka tetap terdengar walaupun sudah menutup kedua telinga nya. Maklum, Davka ini juga mantan danton nasional yang mimpin paskibra waktu SMP.

"Iya mama Davka..." Jawabnya yang kembali menurunkan kedua tangannya. Davka mendengus. "Anak setan, Untung gue sayang."

Tak mendengar apa kata Davka, justru ia melihat ada susu kotak cokelat yang di pegang Davka, lalu merekah senyuman nya.

"Ka, mau itu." Tunjuk nya yang langsung mendapat tatapan bak laser dari Davka.

"Ini mah punya gue, itu punya loe." Timpal Davka yang menunjuk susu kotak putih di meja sebelah Razka.

"Anjir! Hambar! Gue bukan anak sapi ya, mana mau minum susu yang gak ada rasanya!" Pekik nya merasa jijik dengan susu kotak yang tidak memiliki rasa itu.

"Heh, ngeyel di kasih tau tuh! Biar gak kerasa, gue lengkapi pake roti cokelat kesukaan loe juga." Ujar Davka yang masih tak mau memberikan nya susu favoritnya.

"Mau yang cokelat, yang cokelat, yang cokelat!"

Dokter Tia tak bisa melerai keduanya. Razka yang keras kepala dan Davka yang bawel, lengkap sudah pertengkaran mereka.

"Davka, gue mau yang cokelat..." Rengek nya yang mengerjakan matanya lucu. Bibirnya mengerucut menandakan kalau ia tengah merajuk.

"Dih, ngapain loe kayak gitu? Emang nya gue bakal lunak? HH, kagak kali."

"Abis itu gue langsung pukulin aja tu si Gavin babi. Soalnya kalau di biarin gue bisa mati Dav," Ucap Razka yang tengah memakan roti cokelat nya lengkap dengan susu kotak cokelat yang di tukar dengan milik Davka tadi.

Mana yang katanya tadi gak akan lunak? Nyatanya dia gak tega ngebiarin si Razka sedih hanya karena ingin susu cokelat miliknya.

"Gue bawain juga jus tomat buat lu ya? Ntar gue kesini lagi. Awas aja kalau berani kabur, gue gak akan izinin loe pergi sendirian lagi. Gue juga bakal bilangin ke Abang loe itu kalau misalnya loe di keroyok dan gelud, gue juga bakal bilang kalau penyakit loe kambuh lagi—

"Banyak bacot banget njir, gue juga mau bobo aja disini. Selain itu, jangan jus tomat, gue mau nya es jeruk yang asem, "

Davka memutar bola matanya malas. Ia lalu menoyorkan dahi nya. "Gak baik buat paru paru loe," Peringat Davka dengan nada datar.

"Kemaren gue minum gak kenapa napa—

"Langsung kambuh beres berantem sama si Gavin. Masih mau ngelak loe? Demi kesehatan loe juga Ka,"

Dokter Tia tersenyum melihat interaksi keduanya yang terlihat manis bagaikan kakak adik yang saling menyayangi.

Razka yang kekanakan dan Davka yang cerewet dan dewasa. Ia tidak akan melarang Davka selama itu baik untuk Razka.

"Haaaah... Iya lah. Jan lama lama, gue bosen." Kata Razka yang memberikan senyuman tipis pada Davka. Sang empu ikut tersenyum dan meraih puncak kepala Razka. "Gak akan,"

Razka kembali merebahkan diri di kasurnya. Nikmat sekali bisa tidur siang disini. Tapi ada yang aneh. Ia bahkan tak melihat Kavi, Varent dan Yudas. Kemana mereka tadi?

Seingat dia Yudas ngikutin dia, tapi sekarang gak ada. Biasanya Varent dan Kavi itu nempelin dia, sekarang gak ada.

Masa bodo lah, yang penting tadi dia udah ketemu Davka. Ternyata ia lebih menyebalkan daripada sikap konyol Varent.

Karena cahaya matahari yang menyelundup masuk melalui celah celah jendela, dan sedikit hangat, ia juga menjadi mengantuk. Daripada tidak melakukan apapun lebih baik ia tidur saja.

Bugh!

Bugh!

"Gak cukup dengan loe yang nyakitin Razka, sekarang loe juga jadiin Varent sebagai pelampiasan? "

Kavi yang bersuara di gudang belakang sekolah itu. Ia cukup marah karena Gavin dan teman teman nya tidak pernah membiarkan kedua insan itu hidup dengan tenang di sekolahnya.

Bukannya Varent tidak mau melawan, hanya saja ia takut terkena masalah. Mumpung gak bisa ngerasain sakit juga, jadi gak papa mau di pukulin sekencang apapun juga.

Tapi lagi lagi Kavi menyelamatkan nya. Ia juga heran, Varent bisa bela diri, tapi lebih baik di tindas.

"Haha... Temen loe itu brengsek Kavi... Kemunculan nya bikin gue murka!" Pekik Gavin yang menyela sudut bibirnya yang sedikit robek karena pukulan Kavi.

Laki laki itu memandang datar. Ia lantas mendekati Gavin dan memukulnya lagi.

"Kasih satu alasan yang jelas, kenapa loe bisa sebenci itu sama dia." Kavi yang memang dingin itu membuat aura di sekitaran nya menjadi mencekam. Varent aja jadi merinding.

"Udahlah Vi, gue juga gak papa kan?"

Kavi yang hendak kembali melayangkan pukulan nya, seketika berhenti ketika Varent terus memaksanya untuk berhenti.

Terakhir ia memberikan tendangan nya. "Masih untung temen gua baik,"

Kavi berlalu pergi meninggalkan Gavin yang kini berteriak akibat kekesalannya.

"Razka... Gua... Gak akan pernah ngelepas loe... "

Gavin hanya iri. Ketika anak seperti Razka, yang temperamen nya lemah, namun bisa mendapatkan banyak perhatian dari orang orang di sekitaran nya. Selain itu, ia juga kehilangan satu teman nya, Kavi.

Ya, Kavi adalah salah satu sahabatnya yang selalu menemaninya. Tapi karena kehadiran Razka juga, pertemanan mereka menjadi hancur. Di tambah ia mendapat tekanan dari orang tuanya yang gila akan prestasi.

Sebab itulah, salah satu alasan Gavin terus menjadi anak nakal seperti ini.

Kehadiran teman temannya yang lain, belum cukup menggantikan posisi Kavi yang sudah hilang sejak lama. Tura belum cukup mengisi kekosongan nya dan ia tetap kesepian.

Biasanya selalu ada Kavi yang selalu menyemangatinya. Bahkan Kavi itu selalu bisa membela nya di depan kedua orang tuanya walaupun ia harus terluka. Tapi demi Gavin, ia rela melakukan hal itu.

Mereka memang tidak sedarah, tidak ada ikatan persaudaraan pula. Tapi hanya karena adanya sebuah pertemanan, membuat Gavin bisa lebih semangat mengejar nilai nilai dan mendapatkan banyak nya prestasi.

Dan karena kesalahan Gavin pula, Kavi kecewa dan akhirnya meninggalkannya. Ia kembali sendiri.

Padahal ingin sekali ia menangis, memeluk Gavin dan menumpahkan semua keluhan nya pada Kavi. Tapi saat melihatnya justru memukulnya hingga memberikan nya tatapan dingin, Gavin jadi mengerti.

Bahwa sekarang ia tidak penting lagi bagi Kavi.

The end.

Eh aku gak pernah liatin si Gavin ya? Ini deh aku liatin sekarang.

Siap siap....

...

...

1
Anita Jenius
Gambar visual tokohnya ganteng2.
5 like mendarat buatmu ya. semangat.
nikita willy
lah the end?
Ariaaa12: maksudnya tamat prolog nya kak😖
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!