NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Gus Hamzah

Cinta Terakhir Gus Hamzah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Anowmuri3__

PERHATIAN!!!
USAHAKAN SELALU BACA SETIAP KALI AKU UPDATE, DAN USAHAKAN JANGAN NUMPUK ATAU NAMBUNG BAB.

Tidak pernah terpikirkan oleh Gus Hamzah ia harus menikahi seorang gadis yang lebih muda darinya.

Bahkan usia mereka terpaut enam belas tahun.

Bagaimana kisahnya? Ikuti terus kisahnya hanya di "Cinta Terakhir Gus Hamzah."

Mentahan cover from : Canva.

Nb : Kisah ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan dlm alur, nama, tempat, dll, itu tidak di sengaja🙏🙏

Follow ig: Pri_vasyjigeum.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anowmuri3__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lamaran.

Mereka pun berbincang santai, lebih tepatnya Kiyai Abdullah dan Kiyai Yusuf lah yang lebih intens berbincang, sementara Gus Hamzah ia hanya duduk di sofa, bersama dengan umi serta calon ibu mertuanya.

Tak lama, pintu ruangan pun dibuka dengan cukup kencang, dibarengi dengan salam.

"Assalamu'alaikum ... Abah!" pekik seorang wanita berhijab, ia pun berlari dan langsung memeluk Kiyai Yusuf, tanpa memperdulikan orang-orang yang ada di ruangan itu.

"Abah, kenapa gak bilang sama Fatimah kalau Abah tengah sakit?" tanyanya dengan nada ngambek nya, yang masih asik memeluk Abah nya itu.

"Fatimah, dengarkan Abah ... Abah tidak ingin menganggu kamu yang tengah menuntut ilmu, lagian Abah juga sudah agak mendingan, kamu jangan khawatir ya," jawab Kiyai Yusuf, seraya mengusap kepala anaknya itu yang tertutup hijab.

Ya, wanita itu adalah Fatimah putri tunggal dari Kiyai Yusuf dan juga ibu Yuni.

"Tapi tetap saja, Abah harus kasih tau aku kalau Abang tengah sakit."

"Sudah-sudah, memangnya kamu tidak malu dilihatin oleh temennya Abah," ucap Kiyai Yusuf.

"Hah!" Fatimah pun melepaskan pelukannya, dan ia pun mulai menegakkan badannya.

Dan saat ia sudah berdiri, ia melihat tiga orang yang ia kenal.

"Eh, ternyata ada pak Kiyai Abdullah, Bu Kiyai, dan juga Gus Hamzah, assalamu'alaikum. Maaf, saya tidak menyadari kehadiran kalian, karena saya terlalu khawatir dengan keadaan Abah saya," ujarnya.

"Wa'alaikumusalam," jawab ketiga orang itu.

"Tidak apa-apa nak," ucap Kiyai Abdullah.

Fatimah pun mulai melangkah seraya menyalami ibu dari Gus Hamzah, dan juga ibunya.

Setelah itu ia pun duduk disebelah ibunya, berhadapan dengan Gus Hamzah.

Fatimah pun sedikit menundukkan wajahnya, guna menjaga pandangannya dengan Gus Hamzah.

"Karena semua orang ada disini, bagaimana kalau kita bahas mengenai lamaran anak-anak kita, Dul?" ucap Kiyai Yusuf memberikan saran.

"Boleh."

"Lamaran? Lamaran siapa bah?" tanya Fatimah yang belum paham.

"Lamaran kamu sama Gus Hamzah," jawab Kiyai Yusuf.

"Abah sudah pernah bilang kan sama kamu, Abah mau menjodohkan kamu dengan Gus Hamzah. Dan kamu sudah setuju dengan perjodohan ini," ucap Kiyai Yusuf.

"Iya, tapi ... Apa Gus Hamzah mau menerima ku sebagai istrinya?" tanya Fatimah dengan menundukkan wajahnya.

"Dia mau kok, Gus Hamzah sudah memberikan jawaban, dan dia menerima perjodohan ini," jawab umi Yuni.

"Benarkah?" tanya Fatimah lagi, seraya mendongkak sehingga tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata teduh Gus Hamzah.

Tak lama Fatimah pun menundukkan kembali wajahnya.

"Yang dikatakan umi mu benar, saya menerima perjodohan ini. Dan saya menerima kamu sebagai istri saya," ujar Gus Hamzah ikut menimpali.

"Dan ... Pak Kiyai, boleh saya meminta ijin untuk melamar Fatimah hari ini?" ucap Gus Hamzah seraya meminta ijin untuk melamar Fatimah saat itu juga.

"Apa!!" ucap semua orang yang ada di sana.

"Hamzah apa kamu yakin?" tanya Kiyai Abdullah pada putranya itu.

"Hamzah yakin bi. Sebenarnya, Hamzah mengatakan ini bukan tanpa alasan, melainkan kerana Hamzah banyak pekerjaan yang harus di urus, jadi Hamzah meminta ijin pada pak Kiyai Yusuf untuk melamar Fatimah hari ini juga. Lantaran dalam beberapa Minggu ini Hamzah harus mengurus pembukaan salah satu cabang cafe milik Hamzah di luar kota," jelasnya.

"Kalau begitu, apa kamu sudah menyiapkan semuanya?" tanya sang Abi.

"Sudah bi, hanya saja Hamzah, cuman bawa cincin untuk melamar Fatimah," jawabnya.

"Pak Kiyai Yusuf, saya minta maaf, karena saya tidak memberikan sesuatu seperti hantaran lamaran untuk melamar putri pak Kiyai, dan hanya membawa sebuah cincin saja. Tapi in syaa Allah, saya akan memberikan acara pernikahan yang Fatimah inginkan," ucap Gus Hamzah pada Kiyai Yusuf.

"Tidak pa-pa nak Hamzah, Abah mengerti. Abah juga tidak mempermasalahkan, jika kamu memang ingin melamar anak Abah sekarang ini," ucap Kiyai Yusuf.

"Dan jangan panggil saya Kiyai, panggil saja Abah," lanjutnya.

"Terima kasih, pa ... Bah."

"Mmm, Fatimah. Apa kamu tidak keberatan, jika hari ini kita tuangan?" tanya Gus Hamzah pada Fatimah.

"Tidak Gus," jawab Fatimah, yang masih menundukkan pandangannya itu.

Hari itu pun Gus Hamzah dan Fatimah melakukan acara lamaran antara keduanya.

Dengan umi Ijah memakaikan cincin ke jari mansi Fatimah, begitu juga dengan umi Yuni, yang memakainya cincin ke jari manis Gus Hamzah.

Setelah pertukaran cincin selesai, dua keluarga pun mulai membahas mengenai tanggal pernikahan antara kedua anak mereka.

Yang mana tanggal pernikahan sudah di putuskan, yakni bulan depan.

Setelah semua sudah selesai, rencana pernikahan antara Gus Hamzah dan Fatimah pun sudah ditetapkan, kini Gus Hamzah beserta kedua orang tuanya pun pamit untuk pulang ke rumah mereka.

Lantaran besok nya, Gus Hamzah harus pergi ke kota Jakarta untuk mengurus cafe miliknya.

Ya, selain seorang Gus, Gus Hamzah pun memiliki bisnis usaha, ia memiliki beberapa cafe, di beberapa kota, antara lain, di kota Jakarta, Bandung, dan Bekasi, yang nantinya akan di buka dalam waktu dekat ini.

"Kalau gitu, kami sekeluarga pamit dulu. Suf, semoga kamu cepat sembuh," ucap Kiyai Abdullah.

"Kenapa kalian buru-buru sekali, baru juga sampai, sudah mau pulang lagi," ujar Kiyai Yusuf.

"Maaf bah, tapi Hamzah masih ada urusan yang harus Hamzah urus besok. Karena itu, Hamzah mohon maaf, tidak bisa disini terlalu lama," ucap Gus Hamzah.

"Baiklah kalau gitu, tapi kamu dan istri mu masih bisa disini kan Dul?" ucap Kiyai Yusuf, seraya bertanya pada Kiyai Abdullah, temannya itu.

"Maaf, suf. Aku pun tidak bisa, karena aku harus mengurus pesantren. Meski di sana sudah ada Abang nya Hamzah, tapi ada beberapa yang harus aku urus secara langsung," jawab Kiyai Abdullah.

"Baiklah jika begitu."

"Kalau begitu kami permisi, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumusalam."

Gus Hamzah, beserta kedua orang tuanya itupun pergi dari sana, dan kembali ke rumah mereka yang ada di kota kembang itu.

...***...

Jangan lupa like, komen, vote, subscribe, beri ulasan bintang lima, dan juga hadiahnya guys😘

Support dari kalian sangat penting bagi author 🤗

Terima kasih❤️

1
Zuny Achmad
lanjut kak
Marya Dina
ini maryam yg judul diari marya. bukan ya
Riee 🕊️: Iya kak
total 1 replies
Selviana
Aku sudah mampir nih.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul (Terpaksa Menikah Dengan Kakak)
Riee 🕊️: Terima kasih kak, aku sudah mampir ya🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!