NovelToon NovelToon
The Unstella : Antagonist Talent

The Unstella : Antagonist Talent

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Masuk ke dalam novel
Popularitas:14.3k
Nilai: 5
Nama Author: Estellaafseena

Hal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri.

***
Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku.

Namun, semua hilang saat jiwaku bereinkarnasi ke dunia lain, di tubuh yang berbeda sebagai seorang antagonis dalam novel romantis kerajaan.

Petualangan ku dimulai, di Akademi Evergreen menjadi seorang antagonis.

***
"Aku tidak melakukannya karena keinginanku, melainkan ikatan yang melakukannya." - Aristella Julius de Vermilion

[COPYRIGHT FYNIXSTAR ]

[INSPIRATION FROM ANIME]
1. RAKUDAI KISHI NO CAVALRY
2. GAKUSEN TOSHI ASTERISK
3. CLASSROOM OF THE ELITE

[ENJOY]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Estellaafseena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER XXVI

Aku berdiri di depan meja kerja Profesor Egatha setelah mendengar ribuan kata penjelasannya. Sesuai dugaan, penyerangan tiba-tiba itu disengaja oleh seseorang. Semua pertanyaan ku terjawab, Evola, dia biang semua ini.

Profesor menjelaskan, "Kemungkinan, ini terjadi karena ulah ras pemimpin Demon. Evola. Sudah sejak lama dia mengincar 'Arbor Sacra' untuk menghancurkan keseimbangan antar ras."

Arbor Sacra—Pohon Suci—yang memiliki kekuatan untuk menciptakan keseimbangan antar ras benua ini, kekuatannya yang lain adalah mengabulkan permintaan, dan itu hanya terjadi satu tahun sekali.

"Bagaimana sebuah pohon bisa menyatukan antar ras seperti saat ini?" Tanyaku tiba-tiba. Itu hanya sebuah pohon besar kan.

Profesor Egatha menatapku dengan senyuman tipis, "Legendanya, dahulu pohon itu berdiri sebagai persatuan keempat ras. Tidak penting memang, tetapi, mendengar legenda itu semua ras bisa hidup berdampingan meski masih terdapat batasnya."

"Tanah yang dibawa oleh ras Manusia, menopang pohon dari bibit sampai sekarang. Bibit tanaman ditumbuhkan oleh para ras Elf menjadi rindang. Legendanya pula, ras Naga yang sudah punah melindungi pohon itu. Sampai akhirnya, ras Demon memberikan kutukan bahwa, sang pohon harus mengabulkan permintaan orang-orang."

'Lebih singkat dari dugaan.' batinku. Profesor tiba-tiba berdiri, menatap lurus luar jendela dengan ekspresi lebih serius.

"Masih terdapat banyak kejanggalan. Kekaisaran Liegorald, mewakili dua ras, Naga dan Manusia. Kerajaan Demonic, mewakili ras Demon. Kerajaan Reaffles, mewakili ras Elf. Mereka memiliki sejarahnya dalam bentuk dokumen atau prasasti, bukti nyata, namun tidak dengan Vermilion."

Aku menatap datar Profesor yang membelakangi ku. Seketika semua rasa kesal ku tertuju pada legenda itu. Dalam novel, penjelasan singkat juga dikatakan, karena tidak adanya perwakilan atau pelindung yang berasal dari Vermilion, kerajaan itu diabaikan dan tidak dianggap sebagai kerajaan.

Karena Liegorald memiliki dua perwakilan ras, mereka diangkat menjadi kekaisaran sampai sekarang. Sangat tidak adil, lantas bagaimana bisa Vermilion menjadi kerajaan?

"Putri Aristella Julius."

Profesor memanggil, membuatku mendongak menatapnya dan menyingkirkan semua pikiranku. Dia tersenyum seperti biasa, namun terkesan lain hal.

"Aku memiliki sebuah permintaan."

...***...

Aku meregangkan badan di tengah lorong ruangan kepala akademi yang terkesan suram karena sepi dan gelap meski masih siang hari. Berjalan di sini terasa dingin tanpa alat penghangat. Sembari memikirkan sedikit hal yang dibicarakan Profesor sebelumnya.

Daripada untuk melindungi atau melawan, Profesor Egatha memintaku untuk merebut.

"Evola pasti akan kembali melakukan kekacauan sebelum dia berhasil masuk kesini. Aku minta, kau yang harus menjadi orang terpilih dan membuat permintaan pada Arbor Sacra."

Profesor pasti berpikir, lebih baik jika orang lain yang mendapatkan berkah permintaan itu daripada dimiliki Evola. Bicara mungkin mudah, namun lawanku di depan tidak main-main.

"Ah, Yang Mulia!"

'Baru juga disinggung, dia muncul.' aku menghela napas berat seraya langkahku terhenti, menatap datar orang yang baru saja berteriak. Ya. Riana, siapa lagi.

Trik yang biasa digunakan, dia berlari ke arahku dengan merentangkan kedua tangannya. Saat melompat kecil, aku melebarkan kaki dan bergeser. Seakan Riana memeluk udara, dia terjatuh ke lantai.

Riana menoleh padaku dengan pipi menggembung. Aku bersedekap tangan, menatap malas ke arah lain.

"Anda dari mana saja? Kami mencari Anda kemanapun. Mengelilingi akademi." Riana bicara di depanku dengan nada seperti anak kecil.

Aku melewatinya tanpa bicara, namun jejeran orang sudah menatap membuat langkahku kembali terhenti, kecuali satu orang yang bersembunyi di belakang Leon, membuatnya tersenyum kikuk.

"Potret. Ekspresi yang bagus!" Layla mengulurkan ibu jari di depan wajahku dengan wajah cerah. Aku tidak tahu dia kenapa melakukan itu, tapi Riana tiba-tiba merasa bersemangat dan menempel pada Layla.

"Kenapa kalian ada di sini? Dan kau, kenapa bersembunyi seperti ..."

"Ah! RectaPhone ku tertinggal di kafetaria, aku pergi dulu. Bisa-bisanya melupakan barang penting itu." Envy memotong ucapanku, balik badan dengan menggerutu tak jelas.

Aku mengangkat satu alis, merasa aneh dengan tingkahnya. Ditambah lagi, tiba-tiba mereka menatapku penuh kecurigaan. Aku menatap datar.

"Kau apakan Envy sampai seperti itu?" Leon yang bertanya membuatku mengernyit heran, "Apa?"

"Sebenarnya, dia sudah aneh sejak tadi. Apalagi saat bertemu denganmu."

"Benar. Dia selalu salah tingkah."

Ucapan Mexis dan Layla membuatku tak paham. 'Memangnya aku berbuat apa?'

...***...

Tiga hari berlalu. Hari ini adalah hari dimana Natal tiba. Sepasang kekasih saling bertukar hadiah, membagi kehangatan, tidak untuk para lajangers.

Yang ku herankan, sikap Envy masih sama saja. Semakin kemari, aku semakin yakin. Dia menghindar dariku. Contohnya hari ini, kami kebetulan bangun di jam yang sama, biasanya dia akan mengajak ribut atau apa, namun dia membiarkan ku untuk lebih dulu menggunakan kamar mandi, dan saat sarapan, dia sama sekali tidak berniat duduk di depanku, pergi begitu saja.

'Aneh, menyebalkan.' aku merasa menjadi orang bodoh. Kenapa dia sebegitu nya menghindar? Apa ada kesalahan yang tidak sengaja ku perbuat? 'Sial.'

...***...

"Ber ... Berciuman?!"

Pada akhirnya, Envy menceritakan semuanya tentang kejadian itu. Semuanya ternganga tidak percaya.

"Jangan berteriak bodoh! Itu kecelakaan, hanya kecelakaan. Agrh! Ibu!"

Envy mendrama, membenturkan dahinya di pohon yang berdiri di belakangnya dan membuat salju yang ada di atas pohon berguguran. Dia berjongkok, masih menghadap pohon dengan kedua tangan yang memegang kepala. Dahinya memerah, sedikit benjol. Entah apa salah ibunya, dia terus-menerus memanggil dengan nada lirih seakan membaca sebuah mantra.

"Sudah ku duga."

Envy terperanjat merinding saat aura dingin menusuk punggungnya. Dia menoleh kaku ke belakang, seketika berkeringat dingin melihat aura suram dari Riana dan Layla.

"Orang bejat sepertimu, harus dibasmi," ucap Layla dengan merentangkan tali kameranya seperti sebuah cambuk, matanya seakan mengeluarkan cahaya laser, sedangkan Riana tersenyum suram dengan tubuhnya yang terpancar kehitaman.

"Ka-... Kalian salah paham! Wajahnya tiba-tiba mendekat dan jatuh, aku tidak tahu kenapa dia begitu dan bibir kami, tidak.sengaja.bertemu!"

"Mati saja kau."

'Mengerikan ampun!' Envy berlari saat Layla dan Riana mengejarnya. Sementara Leon dan Mexis hanya bisa menghela napas panjang, menyaksikan mereka berlarian seperti kucing dan anjing di taman akademi.

"Berhenti, berhenti, berhenti! Sudah ... sudah ku bilang itu hanya kecelakaan kan!" Envy panik, terduduk di tanah berselimut salju. Di hadapan kini terlihat seperti algojo dengan aura menekan penuh nafsu membunuh.

"Envy. Hanya kecelakaan itu menurutmu. Kau laki-laki, menurut pandangan perempuan sudah berbeda dari kita. Jika aku jadi kau, mungkin akan langsung meminta maaf bukan malah menghindar darinya," Leon bicara seakan dia sudah ahli dengan gaya buayanya, menyibakkan poni rambut dengan banyak karisma, namun dibalik itu pula seakan anak panah merah besar menusuk Envy.

Mexis mengangguk, "Bagi mereka, kau sudah di cap sebagai laki-laki brengsek, cabul, tidak bertanggung jawab."

Tiga kali anak panah merah menusuk Envy saat ini. Dia tidak berdaya lagi ditambah dengan beban aura hitam pada dua gadis di depannya.

Tidak seperti biasa, Stella yang dikenal menjauh gerombolan Riana kini dia mendekat dengan aura suram yang sudah tidak terkendali, keluar dari tubuhnya. Mexis yang awalnya melirik menyadari kehadiran seseorang, berubah menjadi tersenyum kikuk dengan setitik besar keringat dingin yang mengalir.

"Perasaanku saja atau udara memang jauh lebih dingin dari sebelumnya," ucap Leon menggigil.

"Tidak. Kau benar," jawab Mexis menunjuk ke arah Stella. Leon seketika tersentak, berekspresi sama seperti Mexis.

Envy yang menyadari itu, dia benar-benar cegukan sekarang. Aura Stella lebih besar dari Riana dan Layla.

"Ah ... kebetulan Anda datang, Putri. Kita apakan serangga satu ini," ucap Layla.

"Ikat tangan dan kakinya, lalu ..."

"Saya punya saran. Bagaimana kalau kita menguburnya di bawah salju?" Tambah Riana masih setia dengan senyumannya, mengangkat sebuah sekop.

Mata Stella seakan menyala merah, "Ide bagus."

"Ka ... kalian ingin membunuhku?! He-... woi! Tolong aku sialan!"

Mexis membagi dua roti dan mengulurkan satu potongnya pada Leon, "Lapar?"

"Thanks." Leon menerimanya dengan datar. Ya. Mereka memilih untuk tidak terlibat dalam masalah Envy setelah melihat perlakuan tiga gadis itu begitu menekan mental.

Batin Envy menangis tertekan, "Teman biadab!"

...***...

Nasib Envy sekarang, dia benar-benar dikubur dalam salju sampai ke tanah, beberapa meter ke bawah, hanya menyisakan kepalanya di permukaan. Stella berdiri di depan Envy yang kini mengeluarkan setitik air mata karena terkena tekanan batin.

"Jadi, kenapa kau menghindar dariku? Tiga hari tanpa sebab, kau selalu menghindar," ucap Stella dingin dengan aura yang masih sama mencekamnya.

"Kau masih bertanya setelah melakukan ini padaku?! Malam itu juga yang maju lebih dulu dan sekarang kau bersikap seperti tidak terjadi apapun!"

'Apa-apaan, dia yang tiba-tiba menghindar seperti itu ...' batin Stella berhenti bicara, auranya seketika padam menyadari satu hal, "Malam itu? Kapan?" tanyanya mengernyit tak paham.

"Jangan membuatku menceritakan semuanya sialan!" Envy berteriak, terlihat meronta meski hanya kepalanya saja.

Stella memutar memori di kepalanya. Dia bersedekap, memejamkan mata berpikir. Matanya terbuka saat mendapatkan sebuah ingatan, "Ah, malam itu. Aku tidak ingat apapun."

Seketika hening. Semua terdiam lalu memasang wajah aneh dengan tanda tanya yang keluar dari kepala mereka.

"A ... apa maksudmu itu?!" Envy memekik dengan wajahnya yang memerah.

"Anda tidak ingat?" Riana bertanya penasaran.

Stella mengangguk sekilas dengan wajah datar, "Malam itu aku demam. Yang ku ingat terakhir kali, saat dia bertanya dengan berteriak, lalu setelah itu aku tidak ingat apapun," jelasnya menunjuk pada Envy.

Tentu dari penjelasan Stella membuat wajah mereka syok sampai memutih pucat. Stella yang bingung dengan wajah mereka hanya menghela napas tipis, melangkah menjauh.

"Ya. Setidaknya aku tahu dimana akar masalah itu terjadi," ucapnya masa bodoh, menghilang dari pandangan mereka.

Lampu kamera Layla menyala di depan wajah Envy yang terlihat pucat putih kehilangan separuh nyawanya, "Ekspresi yang bagus kawan."

Leon dan Mexis menahan tawa di belakang Riana yang tersenyum kaku.

Hari itu berakhir, dengan Envy yang begitu terkejut batinnya.

^^^つづく^^^

...ーARIGATO FOR READINGー...

...THANKS...

1
Eins
kak, gak mau di bukuin aja kah? aku mau beliii beneran dehh, atau e-booknya gitu?
lee ary
ayuh mulakan
syrd_hiyya
Suka dengan alur ceritanya. Adegan pertarungannya di jelaskan secara detail jadi kita bisa membayangkannya.
muti
ini seriusan envy sama stela GK bersatu/Sob//Sob/ pdhl mau liat mereka bucin.
𝚁𝚊𝚢𝚊♡
ehh kirain bakal berlayar
Monifa Shani
Kalau tidak salah, kalian sama-sama bokek, kan? Lebih hemat untuk memasak daripada membeli makanan
Ni Ketut Patmiari
Luar biasa
Ni Ketut Patmiari
semangat thor... ceritanya menarik👍
Darkness Crystal14
kak kok di wp di unpublish
Fyn_Casttle: maaf ya ... ketentuan kontrak NT/Cry/
total 1 replies
Jihan
Asli ini klo bnrn karam, sedih asli asksksk pls, udh trbang sm duo ini dhl..
Jihan
btw kak, klo di spam like, gbkl knp² kn ini?
Fyn_Casttle: amann
total 1 replies
Jihan
Kapal gue, mau merenung dlu sih, klo envy bnrn g sama stella😔
Jihan
maapkeun ktinggalan
Jihan
kak, ini knp jdi Aiden? kapal gue tnggelem kah?
Monifa Shani: Apa Envy akan melakukan hal sinting, lagi?
Jihan: selalu mantau dhl ka, eh bnrn up exchap, tpi mau merenung dlu sih grgr kapal gue..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!