NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ayah Tiri

Terjerat Pesona Ayah Tiri

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Romansa
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

Dia, lelaki yang kini menjadi ayah tiriku, adalah sosok yang takkan pernah ku lepaskan dari kehidupanku. Meskipun tindakan ini mungkin salah, aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala resikonya. Awalnya, dendamlah yang mendorongku mendekatinya, namun seiring waktu, cinta telah tumbuh di dalam hatiku. Tak ada satu pun pikiran untuk melepaskannya dari pelukanku.

Kini, ayah tiriku telah resmi menjadi kekasihku. Dia terus memanjakanku dengan penuh kasih sayang. Aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku. Meskipun posisinya masih terikat sebagai suami ibuku, aku tidak peduli. Yang penting, aku merasa bahagia, dan dia juga merasakannya. Mungkin ini dianggap sebagai dosa, namun tak ada api yang berkobar tanpa adanya asap yang mengiringinya.

"Ayah, aku mencintaimu," apakah kalimat ini pantas untuk aku ucapkan?

AKAN LANJUT DI SEASON 2 YAA, HAPPY READING AND HOPE YOU LIKE:))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 26. Semua Kebohongan Jelita

Deg!

Revan sontak terkejut mendengar ancaman yang Jelita ucapkan. Matanya sempat tercekat dan dia begitu merinding, tidak bisa mempercayai jika ancaman itu keluar dari mulut Jelita. Hatinya berdegup kencang, mencoba mencerna kata-kata yang baru saja didengarnya.

Lantas, setelah beberapa saat perjalanan yang panjang dan melelahkan, tibalah Jelita dan Revan di apartemen Jelita. Matahari sudah mulai terbenam, memberikan sentuhan keemasan pada langit senja yang indah. Udara sejuk dan segar menyambut kedatangan mereka, mengusir kelelahan yang menyelimuti tubuh mereka.

Setibanya di sana, keduanya segera memarkirkan kendaraannya di parkiran yang terletak di bawah gedung apartemen. Suara mesin mobil yang mati terdengar samar-samar, seolah-olah menyadarkan mereka bahwa mereka telah mencapai tujuan akhir perjalanan mereka.

Dengan langkah hati-hati, mereka berjalan memasuki apartemen, menapaki lorong yang terang benderang oleh lampu-lampu kecil yang terpasang di dinding.

Setiap langkah mereka terdengar nyaring menggema di sepanjang lorong yang sunyi. Suara langkah mereka seolah-olah menjadi satu-satunya suara yang terdengar, memecah keheningan yang menyelimuti apartemen tersebut.

Keduanya terus terdiam, terhanyut kedalam keheningan dan pikiran masing-masing.

"Apa yang akan Jelita lakukan? apakah dia akan mengajakku bermain seperti biasanya? tapi jika begitu kenapa ekspresinya serius sekali? apa yang sedang di rencanakannya?" batin Revan mengetahui sikap Jelita yang tampak aneh saat ini. Seperti Jelita tengah menyembunyikan sesuatu ataupun merencanakan sesuatu.

Ekspresi wajahnya terlihat dingin, Revan begitu merinding. Ia menebak jika Jelita tengah merencanakan sesuatu hal saat ini. Tapi hal apa itu tentu dia tidak tahu.

Lalu setibanya di depan pintu apartemen, Jelita segera membuka pintu apartemennya dengan pin. Pintu itu terbuka dengan lembut, mengungkapkan dunia yang tersembunyi di baliknya. Tanpa berucap sepatah kata pun, Jelita dan Revan segera masuk ke dalam apartemen itu.

Di sini Jelita tetap dingin, cuek, dan tak mengatakan apapun. Dia tengah memikirkan apa yang harus dilakukannya pada Revan. Wajahnya tampak angkuh.

Namun, dalam hatinya, Jelita merasakan kegelisahan yang sulit diungkapkan. Ada sesuatu yang membuatnya gugup kali ini.

Ketika mereka tiba di dalam, Jelita segera menarik Revan ke kamarnya. Ruangan itu dipenuhi dengan keheningan yang tegang.

Jelita menatap Revan dengan tatapan penuh hasrat, seolah-olah dia telah menemukan sesuatu yang telah lama dia cari.

"Saatnya akan tiba ..." batin Jelita.

Lalu di tengah kamar yang remang-remang, Jelita dan Revan berdiri saling berhadapan. Suasana begitu intim, seakan waktu berhenti berputar.

Cahaya lembut memancar dari lampu di sudut ruangan, menyoroti keindahan wajah mereka yang dipenuhi rasa cinta dan hasrat yang membara. Ehm, benarkah? entahlah. 

Dengan hati yang berdebar, Jelita meraih tangan Revan dengan lembut, menariknya lebih dekat. Tubuh mereka saling berdesakan, menciptakan getaran yang tak terbendung. Seperti dua magnet yang saling tarik menarik, mereka terikat dalam ikatan yang tak terpisahkan.

Saat itu, Jelita merasakan gairah yang memenuhi seluruh tubuhnya, matanya memancarkan keinginan yang membara.

Setiap sentuhan, setiap sentuhan lembutnya di kulit Revan, mengirimkan gelombang kehangatan yang tak terlukiskan. Revan, tergoda oleh kelembutan Jelita, meronta-ronta dalam keinginan yang tak terbendung.

Mereka bergerak dalam irama yang semakin cepat, seperti dua penari yang terpesona dalam alunan musik cinta. Api cinta mereka membara dengan intensitas yang semakin tinggi, menghangatkan ruangan yang remang-remang.

Setiap gerakan, setiap hembusan napas, menggambarkan keintiman yang tak terucapkan.

Dalam momen ini, mereka merasakan kehidupan yang sejati. Mereka merasakan kehangatan yang tak tergantikan saat tubuh mereka bersatu dalam kebersamaan yang sempurna. Setiap sentuhan, setiap ciuman, dan setiap hembusan napas mereka adalah ungkapan cinta yang tak terucapkan.

Jelita dan Revan terus mengejar kenikmatan yang tak terhingga, berbagi kepuasan yang melampaui kata-kata. Mereka adalah dua jiwa yang saling melengkapi, seperti dua puzzle yang akhirnya menemukan tempatnya yang tepat.

Tubuh mereka bergerak dalam harmoni yang sempurna, menciptakan suara-suara yang memenuhi ruangan.

"Ahh ... Eughh ... Hhhh ..." des4h4n des4h4n keduanya terus bersahut-sahutan, memenuhi ruangan. Menciptakan peluh dan keringat yang tak terbendung.

Lantas sampai detik ini Jelita tidak habis pikir. Awalnya ia memiliki rencana jahat untuk menjebak Revan dengan permainannya yang licik.

Mengurungnya dalam apartemennya dan merayunya dengan segala cara. Namun, seiring berjalannya waktu, Revan mulai luluh dan mengimbangi permainan Jelita dengan penuh kelembutan.

Keduanya terus menjalin hubungan yang intim, saling memanjakan satu sama lain dengan penuh kasih sayang.

Setiap sentuhan, setiap ciuman, menggambarkan kehangatan yang tak terucapkan di antara mereka. Mereka mengeksplorasi keintiman dengan penuh kelembutan dan kepuasan yang tak terhingga.

Setelah perjalanan panjang yang penuh gairah, kelelahan akhirnya datang menghampiri mereka. Dalam keadaan yang tenang, mereka merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang melingkupi mereka.

"Sepertinya aku memang akan benar-benar mencintainya. Setelah permainan ini, aku rasa perasaanku padanya semakin tumbuh. Ya, baiklah. Aku akan coba menerima perasaan ini, meski nanti dalam rencanaku ada yang berubah. Tidak sesuai dengan apa yang ku rancang sebelumnya ...," 

"Jika aku mencintainya, itu berarti aku tidak akan berniat untuk mencampakkannya. Ehm, ya sudahlah, di pikirkan besok saja, rasanya lelah sekali. Lebih baik aku tidur. Terlalu memikirkannya membuatku pusing." batin Jelita sebelum ia menutup matanya.

........................................................

Sementara itu, di dalam kamarnya, Widya masih terus memikirkan perkataan Jelita yang ingin menghukum Revan di apartemennya. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tentang hukuman apa yang ingin diberikan oleh Jelita pada Revan. Kenapa sepertinya ini begitu aneh?

Widya merasa gelisah. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan situasi ini. Revan, sebenarnya tidaklah bersalah dalam hal ini. Dia hanya korban dari permainannya.

Lagipula sebenarnya ini adalah hal yang wajar jika mereka berhubungan, mengingat mereka adalah sepasang suami istri. Namun, dengan Jelita yang semarah itu melihat mereka bermain dan lupa menjemputnya, membuat Widya sedikit terkejut.

Ia tidak menyangka bahwa Jelita bisa menjadi sangat marah seperti ini dan berniat menghukum Revan di apartemennya.

Widya tahu bahwa tindakannya ini salah, karena di jam-jam seperti ini sudah menjadi kewajiban Revan untuk menjemput Jelita ke sekolahnya.

Namun, dengan Jelita yang ternyata begitu marah seperti ini, apakah ini hal yang wajar? tidak, keadaan ini terasa sangat tidak biasa. Rasa cemas dan kegelisahan semakin meluap di dalam hati Widya.

Setiap detik berlalu, kegelisahan itu semakin membesar. Widya merasa bahwa dia tidak lagi mampu menahan diri dan menunggu lebih lama.

Tanpa ragu, Widya mengambil ponselnya dan mencoba menelepon Jelita. Namun, tidak ada jawaban dari Jelita. Dia mencoba menelepon Revan, tetapi hasilnya sama. Tidak ada yang mengangkat teleponnya. Widya juga mencoba mengirim pesan melalui chat, tetapi tidak ada balasan.

Kekhawatiran semakin memenuhi pikiran Widya. Dia merasa bahwa dia harus segera bertindak. Dia tidak bisa duduk diam dan menunggu jawaban dari Jelita atau Revan.

Widya tahu bahwa dia harus pergi ke apartemen Jelita dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan hati yang berdebar, Widya segera bergegas pergi menuju apartemen Jelita. Dia berharap bahwa di sana nanti dia bisa menjelaskan pada Jelita bahwa semua ini bukanlah kesalahan Revan, melainkan kesalahannya sendiri.

Dia ingin memastikan bahwa Jelita tidak melakukan sesuatu yang akan merugikan Revan.

Perjalanan menuju apartemen Jelita terasa begitu panjang bagi Widya. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketidakpastian. Dia tidak tahu apa yang akan dia temukan di sana, tetapi dia tahu bahwa dia harus menghadapinya.

Sesampainya di apartemen Jelita, Widya mengetuk pintu dengan hati yang berdebar. Dia berharap bahwa Jelita akan membukakan pintu dan dia bisa menjelaskan segalanya.

Namun, tidak ada jawaban. Widya mencoba mengetuk pintu lagi, tetapi masih tidak ada jawaban.

Widya merasa semakin cemas. Dia mencoba memanggil nama Jelita, tetapi tidak ada suara yang menjawab. Dia merasa bahwa dia harus masuk ke dalam apartemen untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Namun, tentu itu adalah hal yang tidak bisa dia lakukan. Karena bagaimana mungkin seseorang dapat dengan mudah memasuki sebuah apartemen yang terkunci dari dalam? Itu benar-benar tidak mungkin terjadi.

Lalu, Widya yang putus asa dan merasa tidak dapat melakukan apapun untuk mengubah situasi, segera saja membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi dari tempat tersebut.

Dia menyadari bahwa kecemasannya hanyalah kekhawatiran yang berlebihan, Jelita tidak melakukan apapun yang merugikan terhadap Revan.

Widya merasa bahwa yang terbaik baginya saat ini adalah kembali ke rumah dan menunggu hingga esok hari. Berharap bahwa esok hari ada kabar dari keduanya yang membuatnya tenang.

.............................................................

Namun, hingga pagi harinya tidak ada satupun kabar dari mereka. Jelita dan Revan tidak ada sama sekali menghubunginya. Dan mengatakan kabar mereka.

Kini kecemasan Widya semakin bertambah besar mengetahui anak dan suaminya itu tidak ada yang mengabarinya.

Sebenarnya apa yang Jelita lakukan terhadap Revan di apartemennya? Kenapa semalaman penuh mereka tidak ada yang menghubunginya?

Widya duduk di tepi tempat tidur, memegang ponselnya dengan gemetar. Ia mencoba menghubungi Jelita, tetapi panggilan itu tidak diangkat.

Pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Apakah mereka berdua baik-baik saja? Apakah ada sesuatu yang terjadi pada mereka?

Dalam kegelisahan yang melanda hatinya, Widya memutuskan untuk pergi ke apartemen Jelita sekali lagi. Ia mengenakan jaketnya dan mengunci pintu rumah dengan cepat.

Langkahnya terburu-buru saat ia berjalan menuju mobilnya. Setiap detik terasa seperti jam yang berlalu, kekhawatiran semakin merayap dalam dirinya.

Sesampainya di apartemen Jelita, Widya menemukan pintu terbuka. Ia masuk dengan hati-hati, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ruangan itu terasa sepi dan hening. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Widya memanggil nama Jelita dan Revan, tetapi tidak ada jawaban.

Dengan hati yang berdebar, Widya melangkah menuju kamar Jelita. Ia membuka pintu dengan perlahan, dan apa yang dilihatnya membuatnya terkejut.

Kamar itu berantakan, seakan-akan ada pertarungan yang terjadi di dalamnya. Pakaian berserakan di lantai, meja rias terbalik, dan cermin pecah berkeping-keping.

Widya merasa jantungnya berhenti berdetak sejenak. Apa yang terjadi di sini? apakah Jelita dan Revan terlibat dalam sesuatu yang berbahaya? Ia meraba-raba di sekitar kamar, mencari petunjuk apa pun yang bisa memberikan jawaban.

Tiba-tiba, ponsel Widya berdering. Dengan cepat, ia mengeluarkannya dari saku celananya dan membuka pesan dari Jelita yang baru saja dikirim. Isi pesan itu membuatnya terhenyak.

"Bun, sekarang bunda sedang berada di apartemenku kan? jangan cari aku. Aku sudah pergi dengan ayah. Dia mengantarkanku ke sekolah ..,"

"Oh iya Bun, pasti bunda terkejut kan melihat apartemenku yang terbuka dan begitu berantakan? Kami terlibat pertengkaran besar kemarin malam Bun. Dia terus saja membela diri dan membuatku semakin marah. Aku membanting segala hal di sekitarku tanpa pikir panjang ...,"

"Huh, sudahlah. Bunda pulang saja. Tidak ada gunanya bunda untuk terus berada di apartemenku. Di sana bunda tidak akan menemukan apapun. Jadi lebih baik bunda pergi. Maaf aku sudah terlalu kelewatan kemarin." apa?! tidak. Jelita dan Revan terlibat pertengkaran kemarin. Pertengkaran seperti apa dan kenapa pertengkaran itu terjadi?

Semua kebohongan yang disampaikan Jelita membuat Widya merasa cemas. Jika  semalam mereka terlibat dalam pertengkaran, bagaimana keadaan mereka saat ini? bukankah suasana akan terasa canggung?

"Ini sungguhan? kok rasanya mengejutkan sekali. Setelah terlibat pertengkaran bagaimana bisa mereka pergi bersama? lagipula cuma karena hal kecil bagaimana bisa mereka bertengkar? 

"Cuma karena Revan lupa menjemputnya loh, bukan karena hal yang serius sekali sampai membuatnya marah. Tapi kenapa dia bisa seperti ini? bertengkar dengan Revan dan menghancurkan seisi apartemennya. Bukankah ini terkesan berlebihan? 

"Astaga, Jelita, apa yang terjadi padamu. Bunda sangat lelah mengetahui semua tindakanmu ini." ucap Widya dengan suara gemetar, terpancar kekhawatiran yang mendalam dari matanya.

Bersambung ...

1
Putri rahmaniah
jelita lebih cocok dengan Revan ,,dibanding sma ibunya Thor..
◍•Grace Caroline•◍: yes😇😇
total 1 replies
Norah Haderan
jadi penasaran
◍•Grace Caroline•◍: hehe nantikan terus ya kak
total 1 replies
Norah Haderan
guru kok gitu/Smug/
◍•Grace Caroline•◍: hehe maklum kak, udah cinta ya gitu😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!