Bagaimana jadinya jika kamu harus menanggung dendam dari masalah yang tidak pernah kau perbuat sama sekali.
Amanda Monata, terpaksa menjadi tawanan bos ayahnya karena sang kakak yang pergi melarikan diri saat pesta pertunangannya dengan pria tersebut hingga membuat dirinya lah yang menanggung semua beban dan hutang milik ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Rencana Jahat
Arinda tidak mengetahui jika saat ini Amanda berada di rumah sakit yang sama dengan dirinya. Kemarin dia mabuk hingga mengendarai mobil dengan ugal-ugalan dan berakhir di rumah sakit. Tapi perundingan yang tidak terluka parah, hanya luka kecil saja di beberapa bagian tubuh tertentu-nya.
"Bagaimana caranya aku bertukar posisi dengan Amanda?" tanya Arinda yang menginginkan posisi adik kembarnya. Jika dia tahu Amanda mendapatkan perlakuan baik dan Arthur mungkin saja dia tidak akan pernah meninggalkan pria itu dulunya. Arinda yang berpikir jika pria itu adalah pria yang kejam jadi dia tidak ingin berakhir di tangan pria yang kejam maka dia memilih untuk pergi kabur darinya.
"Aku tidak menerima semua ini jika aman dan mendapatkan posisi itu, apalagi ketika dia mendapatkan perhatian lebih dari Arthur. Aku benar-benar tidak menyukainya." ucap Arinda lagi. Dia berpikir bahwa posisi Amanda saat ini adalah miliknya jadi sebisa mungkin dia akan berusaha mengambilnya lagi.
"Tapi bagaimana caranya?" tanya Arinda yang terus saja memikirkan bagaimana caranya dia mendapatkan Amanda agar tidak hidup susah seperti ini lagi. Dia mulai berpikir untuk kembali pada pria itu karena kehidupannya saat ini sudah susah. Apalagi uangnya tunggal sedikit. Arinda sudah lelah menipu banyak pria hingga bermalam dengan mereka dan memuaskan hasrat bajingan mereka, jadi dia memilih untuk kembali pada Arthur dalam posisi Amanda, bukan Arinda.
"Aahhh...kepala ku mau meledak memikirkan ini semua!" umpatnya merasa kesal dengan dirinya sendiri.
Dia merasa bahwa dirinya lelah dengan kehidupan yang di jalaninya saat ini. Arinda ingin hidup mewah tanpa harus bekerja keras setiap malamnya melayani nafsu para bajingan itu.
Sedangkan di ruangan lainnya lagi, Arthur dengan terdiam sambil terus menatap Amanda yang terlihat tidak berani menatap ke arahnya. Bahkan kedua tangan wanita itu meremas selimut pasien yang menutupi tubuhnya saat ini.
Melihat Amanda yang terlihat takut padanya membuat Arthur harus menekan egonya dan dia memilih mengalah demi kebahagiaan banyak orang. Tidak, bukan banyak orang. Lebih tepatnya kebahagiaan ibu hamil yang berada di depannya saat ini.
"Kenapa kau terus saja menunduk? Apa kau tidak ingin melihat ku di sini?" tanya Arthur hingga membuat Amanda langsung menggelengkan kepalanya karena memang tidak seperti itu.
"Lalu?" tanya Arthur lagi hingga membuat Amanda memberanikan diri untuk menatap pada Arthur.
"Jangan menyakiti anak ini. Jika kamu tidak menginginkannya biarkan saja aku pergi dan aku akan mengurusnya sendiri. Aku tidak akan pernah meminta pertanggungjawaban dari kamu. Aku akan membesarkannya dengan kedua tangan ku sendiri." ucap Amanda yang kembali menunduk setelah mengatakan hal itu pada Arthur.
Dia merasa jika dirinya saat ini berada di ujung tanduk, jadi sulit sekali untuk menjelaskannya.
"Apa kau sudah selesai?" tanya Arthur dengan raut wajah datar miliknya. Tidak ada raut wajah tenang sedikit pun karena dia sangat tidak menyukai kata-kata Amanda tadi. Andai saja dia tidak mengandung maka sudah Arthur pastikan jika Amanda akan mendapatkan hukuman satunya. Sayangnya Amanda saat ini sedang mengandung anaknya, jadi Arthur tidak bisa melakukan apa pun pada wanita itu demi anak yang ada di kandungan Amanda.
"Tuan, Aku-"
"Diam dan jangan banyak bicara lagi! Kau sudah terlalu banyak bicara. Berhenti mengatakan ingin pergi karena sampai kapan pun aku tidak akan membiarkan mu pergi! Kau sedang mengandung anak ku dan ingat Amanda, jangan pernah berani menyakiti anak ku jika tidak ingin aku membuatmu menyesal!" ancam Arthur yang membuat Amanda terdiam.
***