Merelakan orang yang kita cintai demi kebahagiaannya adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan untuk sebagian orang. Namun, tidak bagi laki-laki bernama Lucky Pratama. Dia rela melepaskan wanita yang dia cintai menikah dengan laki-laki lain dan berharap bahwa wanita itu akan hidup bahagia.
10 tahun berlalu, Lucky kembali bertemu dengan mantan kekasihnya. Keadaan gadis itu jauh dari kata bahagia seperti apa yang dia harapkan ketika Lucky melepasnya kala itu.
Apakah Lucky Pratama akan kembali mengejar cintanya yang telah kandas? Atau, dia akan menatap lurus ke depan dan melupakan cintanya seperti yang sudah dia lakukan selama ini?
"Hi, Mantan. Apa Kabar?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HMAK bab 26
Lucky Pratama menatap lekat wajah Lucky kecil. Jelas sekali terlihat bahwa anak itu benar-benar merasa tertekan dengan perpisahan ke dua orang tuanya. Usianya masih sangat muda, tapi anak ini harus menyaksikan perpisahan ibu dan ayahnya yang penuh drama bahkan diwarnai dengan perselisihan yang tidak berkesudahan.
Lucky Pratama seketika memeluk tubuh Lucky kecil seraya mengusap punggungnya lembut dan penuh kasih sayang, "Ibu dan Ayah Akbar pasti akan berdamai, sayang. Om yakin itu, kamu doakan saja yang terbaik untuk mereka berdua. Walau bagaimana pun, Ayah Akbar adalah Ayah kandung kamu," ucap Lucky Pertama tidak kuasa menahan rasa sedihnya, "Kamu tidak boleh membenci dia, sayang. Ada darahnya mengalir di tubuh kamu, tetap hormati beliau sebagai seorang Ayah seburuk apapun Ayah Akbar."
Lucky kecil hanya menganggukkan kepalanya pelan. Bola matanya benar-benar memerah dan berair. Meskipun suara isakan itu tidak terdengar layaknya seorang anak kecil yang sedang menangis, tapi buliran air mata itu kian deras membasahi wajah anak berusia 8 tahun itu.
Tangisan tanpa suara adalah kesedihan yang sebenar-benarnya. Rasa sakit yang dirasakan oleh Lucky kecil seolah dapat dirasakan oleh Lucky Pertama yang saat sedang mendekap erat tubuh kecilnya. Tanpa sadar, buliran bening itu bergulir begitu saja tanpa terasa dari pelupuk mata seorang Lucky Pratama.
"Kaka sama Om Lucky kenapa menangis?" tanya Rani yang baru saja keluar dari dalam kamar bersama sang ibu, membuat mereka berdua sontak mengurai pelukan.
Starla menghampiri putranya lalu duduk tepat di sampingnya, "Kamu kenapa, Nak? Kenapa kamu nangis? Apa Ayah Akbar mengatakan hal yang membuat kamu sakit hati tadi?" tanya Starla seketika merasa khawatir.
"Tidak ko, Bu. Aku gak apa-apa, aku baik-baik saja," jawab Lucky kecil seraya menyeka ke dua matanya yang sempat membanjir, "Ayah Akbar tidak mengatakan apapun, dia bahkan mengajakku makan di Restoran, tapi aku-nya yang gak mau."
Senyuman kecil mengembang dari ke dia sisi bibir Lucky kecil. Dia mencoba untuk tersenyum berusaha untuk menyembunyikan rasa sakit yang sedang dia rasakan. Hal yang sangat mengejutkan bagi seorang Lucky Pratama, dia menyaksikan dengan ke dua matanya sendiri bagaimana terpuruknya anak ini. Namun, Lucky kecil mampu dengan begitu cepatnya merubah ekspresi wajahnya dan menyembunyikan semua itu dari sang ibu.
"Beneran kamu tidak bohong?" tanya Starla mengusap kepala sang putra lembut dan penuh kasih sayang, "Kalau kamu baik-baik saja, kenapa kamu menangis?"
Sebagai seorang ibu Starla dapat merasakan bahwa putranya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Meskipun sang putra mengatakan bahwa dia tidak apa-apa, tapi sorot matanya mengatakan hal yang berbeda. Bibir Lucky memang tersenyum ringan, tapi tatapan matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam.
"Beneran Ibu. Aku baik-baik saja, mataku kelilipan tadi. Tanya aja sama Om Lucky," jawab Lucky kecil seraya mengalihkan pandangan matanya kepada Lucky Pratama, "Iya 'kan, Om?"
"Eu ... i-iya, Star. Mata Lucky kelilipan debu tadi. Makannya dia nangis," jawab Lucky Pratama seraya menyentuh hidungnya sendiri, "Tapi sudah saya tiup ko, debunya sudah terbang." Lucky tersenyum cengengesan.
Walau bagaimana pun, Lucky Pratama tidak ingin Starla merasa sedih apabila dia tahu tentang apa yang sedang dirasakan oleh sang putra. Cukup dirinya saja yang tahu tentang hal itu, dia tidak ingin menambah beban hidup seorang Starla.
"Hmm! Baiklah, tapi mata kamu tidak sakit, kan? Apa perlu Ibu tiup lagi?" tanya Starla seraya meletakan ke dua telapak tangannya di ke dua sisi wajah putranya.
"Tidak, Ibu. Udah gak sakit sama sekali, aku ngantuk. Akun tidur dulu ya," jawab Lucky kecil menurunkan telapak tangan sang ibu lalu bangkit dan hendak berjalan menuju kamar.
"Kaka bohong!" teriak Rani secara tiba-tiba, "Jelas-jelas Kaka habis nangis. Kaka pasti habis di marahi sama Ayah Akbar, kan?" ketus Rani merasa tidak percaya dengan penjelasan sang Kaka.
"Adek apaan sih, gak jelas banget," decak Lucky kecil berjalan melintasi adiknya begitu saja.
"Kaka yang gak jelas, jelas-jelas Kaka menangis tadi masih tidak mau mengaku," teriak Rani menatap wajah sang Kaka dengan perasaan kesal, "Ayah Akbar memang jahat, aku benci sama dia."
Lucky kecil sama sekali tidak menanggapi ucapan adiknya. Dia masuk ke dalam kamar tanpa mengatakan sepatah katapun juga dengan wajah datar. Mood-nya sedang tidak baik-baik saja untuk menanggapi ocehan adik satu-satunya itu.
"Aku benci sama Ayah Akbar!" teriak Rani, tapi masih diabaikan oleh sang Kaka.
BERSAMBUNG
tp very good kak . swemangatt 👌