PERAWAN TUA MENIKAHI BERONDONG

"Gak bakalan, sayang. Pintunya tinggal kita kunci saja. Ingin tahu rasanya bermain di dalam kolam renang? Di jamin rasanya akan lebih nikmat dari apa yang sering kita lakukan di atas ranjang," bisik Arjuna, perlahan membuka resleting dress berwarna putih yang kenakan oleh istrinya.

"Apa kamu pernah melakukannya dengan wanita lain?" tanya Airin menetap seraya memejamkan kedua matanya.

"Justru itu, saya ingin mencobanya bersama kamu, sayang," jawab Arjuna berbohong tentu saja. Nyatanya, bermain bersama wanita di dalam kolam bukanlah sesuatu yang asing lagi baginya.

Cup!

Satu kecupan pun seketika mendarat di tengkuk Airin mesra, membuatnya sontak memejamkan kedua matanya merasakan merinding di sekujur tubuhnya itu. Resleting tersebut benar-benar di turunkan. Dengan kedua tangannya, Arjuna menurunkan sendiri dress yang melingkar di tubuh langsing Airin kini.

Dalam sekejap mata, tubuh wanita itu berada setengah polos hanya menyisakan pakaian dalamnya saja. Lagi-lagi Airin Saraswati hanya pasrah, dia yang semula menolak keinginan suaminya, kini diam mematung ketika seluruh pakaiannya di lucuti satu-persatu tidak bersisa.

"Tubuh kamu indah sekali, sayang," lirih Arjuna menatap tubuh polos istrinya, begitu mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini.

"Jangan diliatin kayak gitu, aku malu," pinta Airin seketika merapatkan kedua kakinya.

"Gak usah malu, saya 'kan suami kamu."

Airin hanya tersenyum menanggapi ucapan suaminya. Tidak lupa, Arjuna pun melakukan hal sama, melucuti satu-persatu pakaian yang dia kenakan hingga keduanya benar-benar dalam keadaan polos, dan siap untuk bermain di dalam air kolam yang begitu jernih. Mereka pun perlahan berjalan ke arah kolam lalu masuk ke dalamnya. Dinginnya air kolam terasa membasuh sekujur tubuh sepasang suami-istri itu.

Dinginnya air kolam tidak mengurungkan niat mereka untuk memadu kasih. Mencoba sesuatu yang baru yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Sepasang suami-istri itu begitu menikmati permainan di dalam sana, hingga tubuh mereka benar-benar menggigil kedinginan setelahnya.

"Cukup, sayang. Aku kedinginan," pinta Airin, setelah keduanya bermain selama kurang lebih satu jam di dalam kolam.

"O ya? Hmm! Padahal saya masih belum puas lho," jawab Arjuna merasa kecewa.

"Kita bisa melakukannya lagi nanti."

"Kita lanjut di dalam?"

Airin mengerutkan kening. Apakah yang mereka lakukan di dalam kolam itu masih kurang? Padahal keduanya sudah bermain selama itu bahkan berkali-kali melakukan pelepasan. Apa mungkin suaminya mengkonsumsi obat kuat atau semacamnya?

"Apa kamu meminum obat kuat, Juna?" tanya Airin, menatap wajah suaminya basah bukan karena air kolam tapi juga karena peluh dan keringat.

"Ketahuan juga! Hahahaha!" Arjuna tertawa nyaring.

"Beneran? Astaga!" Airin mengusap wajahnya kasar.

"Pokoknya, kamu harus siap melayani saya sampai pagi. Kapan lagi kita bisa bermain kapan pun, di mana pun tanpa ada yang mengganggu? Di sini juga gak ada adik saya, jadi kita bebas, sayang."

Kening Airin semakin mengkerut saja kini. Satu sisi lain yang baru dia ketahui tentang suaminya itu. Ternyata Arjuna seorang penggila se*s, penggila surga dunia. Jujur, dirinya pun begitu tergila-gila akan kenikmatan yang satu itu, tapi jika harus bermain sampai pagi di berbagai tempat di dalam vila itu, rasanya tubuhnya tidak akan sanggup.

Selagi Airin berkutat dengan pikirannya, Arjuna tiba-tiba saja menggendong tubuh istrinya yang saat ini masih terendam air kolam. Perlahan berjalan menepi hingga keduanya benar-benar keluar dari dalam kolam tersebut, dalam keadaan polos sepolos-polosnya. Arjuna tidak main-main dengan ucapannya, dia berjalan ke arah kamar lalu masuk ke dalamnya.

Laki-laki itu kembali melakukanya di dalam kamar. Mereka bahkan melakukan hal tersebut di berbagai tempat, seperti kamar mandi, ruang santai bahkan dapur, membuat Airin benar-benar merasa kewalahan melayani nafsu suaminya yang terasa berbeda dari biasanya.

Arjuna bahkan tidak peduli meskipun istrinya itu terlihat begitu kelelahan. Belum lagi bagian inti Airin yang kini terasa nyeri akibat di hujam oleh pusaka milik sang suami tiada henti.

* * *

Keesokan harinya.

Pukul 10 siang, Airin baru saja terbangun dari tidurnya. Sekujur tubuhnya terasa remuk. Bagian intinya sangat nyeri, bahkan untuk bangun saja dia harus tertatih-tatih tidak kuasa menahan berbagai rasa yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

"Juna!" teriak Airin menatap sekeliling.

Wanita itu pun turun dari atas ranjang dengan menutup tubuhnya menggunakan selimut tebal. Dia berjalan menuju pintu dan keluar dari dalam kamar.

Ceklek!

Pintu kamar pun di buka lebar, Airin hendak keluar dari dalamnya, tapi wanita itu seketika menghentikan langkah kakinya saat mendengar suaminya sedang berbicara dengan seseorang di dalam sambungan telpon. Airin mencoba untuk mendengarkan dengan seksama, apa yang sedang dibicarakan oleh suaminya tersebut?

"Kamu gila, Nanda. Mana mungkin saya bertanggung jawab? Saya sudah punya istri."

Samar-samar terdengar suara Arjuna. Kedua kaki Airin seketika gemetar mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh suaminya itu. Bola matanya seketika memerah juga menggigit bibir bawahnya keras.

"Begini saja, lebih baik kamu gugurkan kandungan kamu secepatnya sebelum perut kamu itu semakin membesar. Ingat, jangan berani-beraninya kamu mengatakan masalah kehamilan kamu kepada istri saya. Kalau kamu berani melakukannya, maka saya tidak akan segan untuk menyakiti kamu. Paham?"

Satu kalimat panjang yang sukses membuat tubuh Airin seketika melemas. Dia pun menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. Buliran air mata seketika berjatuhan membasahi wajah cantiknya kini.

"Kamu menghamili wanita lain?" gumam Airin menahan rasa sesak di dadanya.

BERSAMBUNG

...****************...