Apa yang akan terjadi dan akan kamu lakukan jika, pria yang menikahimu selama beberapa bulan ini sama sekali tidak berniat untuk menyentuh dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami yang tidak ingin memberikan nafkah batin untuk istrinya itu.
"Abang Fahri Hamzah Noel apa kurangnya aku di matamu,apa aku tidak cantik tidak menarik lagi atau Abang sudah bosan denganku atau kah ada wanita lain di luar sana yang Abang cintai?" tanyanya Aida Izzatih Jasmine Aziz.
"Maaf aku tidak bisa,"
Hanya kata itu yang selalu meluncur dari mulutnya Fahri hingga setahun pernikahan keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26
Fatih Shafiq Akmal Himawan terdiam dan berfikir berusaha mengingat wajah perempuan itu.
"Coba kamu selidiki identitas wanita itu tanpa terkecuali, apapun yang ada pada dirinya agar bisa kita ambil sikap untuk mengatasinya itu," pintanya Fatih.
"Baik," balasnya Fadli.
Fadli Emier Sadana Yuzril sudah meninggalkan ruangannya Fatih pemilik perusahaan AH yang terpaksa menjadi Fahri Hamzah Noel setelah mengalami kecelakaan maut yang membuat wajahnya hancur terbakar api sehingga harus menjalani operasi plastik. Demi menjalankan rencananya untuk mencari tahu siapa orang dibalik kecelakaan maut yang dialaminya.
"Farah Adiba Khanza," cicitnya Fatih.
Aida Izzathi Jasmine segera melanjutkan pekerjaannya setelah sempat tertunda karena, menghadiri meeting penting yang diadakan oleh semua jajaran manajer di perusahaan AH.
"Apa persiapan acara lamaran dan pertunangan Atiyah dan Aisyah sudah berjalan sesuai dengan rencana, aku harus menghubungi nomor hpnya Fariz Shiddiq," gumamnya Aida yang segera menghentikan kegiatannya lalu meraih hpnya itu.
Baru saja ingin menelpon nomor hp salah satu adik kembarnya itu, upayanya terhenti karena melihat seorang perempuan berjalan ke arah meja kerjanya dengan senyumannya mengembang.
"Selamat siang Mbak, eh bukannya Mbak yang tadi pagi membantuku menunjukkan lantai HRD?" Terkanya Farah Adiba sembari menunjuk ke arahnya Aida.
"Benar sekali tebakannya, ngomong-ngomong kita sepertinya pernah ketemu sebelumnya, tapi entah dimana dan aku sudah lupa tempatnya dimana," ucapnya sekedar berbasa-basi.
"Mungkin hanya perkiraan Mbak, aku baru di Jakarta soalnya," ujarnya Farah Adiba Khanza.
Aida diam-diam memperhatikan dari ujung kepala hingga ujung kakinya Farah, dia sekuat tenaga berusaha untuk mengingat kejadian kapan mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi,sekuat apapun Aidah berusaha untuk mencoba mengingatnya, tetap hasilnya nihil masih sama seperti sebelumnya, tetap melupakan hal penting itu.
Adiba Farah Quen keheranan melihat Aida yang tiba-tiba terdiam seperti seseorang yang sedang banyak pikiran saja.
"Apa yang terjadi padanya? Apa ruangan ini memiliki penunggu sampai-sampai perempuan ini terbengong-bengong seperti orang yang kesambet saja." Cicitnya Adiba Farah.
Adiba segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan tersebut,ia bergidik ngeri ngeri sedap karena, kebetulan ruangan di lantai itu hanya terdapat beberapa orang saja, tetapi saat itu hanya beberapa orang saja yang berkeliaran.
Adiba Farah Quin segera menggoyangkan telapak tangannya di depan matanya Aida," Halo… Mbak baik-baik saja kan?" Adiba sedikit mengeraskan suaranya agar Aida segera tersadar.
Aida terlonjak mendengar perkataan dari Adiba sehingga ia sedikit terkejut," hehe,maaf saya tadi memikirkan sesuatu jadi saya tidak mendengarkan perkataanmu dengan baik, kamu tadi ngomong apa?" Tanyanya Aida yang salah tingkah karena, kedapatan sedang memikirkan banyak hal itu.
"Enggak apa-apa, hanya saja saya kepikiran di lantai sembilan ini ada penunggunya seperti makhluk halus mungkin," tuturnya Adiba.
Aida mendengar perkataan dari Adiba membuatnya tertawa terpingkal-pingkal," ya Allah… kalau ada hantu itu sangat mustahil banget karena sebelum hantunya menginjakkan kakinya di sekitar sini, mereka sudah ketar ketir kabur duluan melihat wajahku yang cantik aduhai ini," guraunya Aidah.
"Mbak bisa saja candanya, kalau gitu ngomong-ngomong apa Pak menejer keuangan ada di dalam?" Tanya Adiba Farah Quin yang sama sekali tidak mengetahui nama dari manajer yang akan dia temui.
"Kalau Bapak insya Alloh dia ada, kecuali kalau dia tiba-tiba menghilang dibawa kabur hantu cantik mungkin dia bisa saja kabur dari ruangannya," canda Aida lagi.
"Ya Allah… Mbak Ini doyang banget bercanda pasti Mbak semakin awet muda kalau seperti ini," pungkasnya Adiba.
Aida hanya tersenyum simpul menanggapi hal dari Adiba yang segera berjalan ke arah dalam ruangan kerjanya Fahri Hamzah Noel setelah pintu itu terbuka lebar dari arah dalam, setelah mengetuk pintu itu.
Fatih yang sibuk bekerja sama sekali tidak mengetahui siapa perempuan cantik yang berdiri di depannya. Adiba Farah Quinn berjalan perlahan menuju ke arah meja kerjanya Fatih, sambil sesekali mengitari pandangan matanya itu ke setiap sudut ruangan khusus milik manajer keuangan.
Adiba mengagumi bentuk gaya arsitektur ruangan tersebut itu,"Masya Allah… ini ruangan manajer keuangan atau CEO perusahaan sih aku bandingkan setiap ruangan, yang paling mewah ruangan CEO baru ruangannya ini milik menajer keuangan, benar-benar perusahaan AH sungguh besar dan megah."
"Hemm!!" Deheman dari Fatih membuat Adiba segera mengalihkan perhatiannya ke arah Fatih.
Adiba segera menghentikan langkahnya itu, kedua matanya terbelalak, mulutnya menganga melihat siapa pria yang sedang duduk di hadapannya dengan mengernyitkan dahinya itu.
"Abang Fahri!" Lirih Adiba yang sama sekali tidak menyangka jika di perusahaan yang baru sehari ia tempati bekerja itu membuatnya bertemu dengan pria yang sejak hampir delapan bulan belakangan ini dia cari kemana-mana ternyata dia bertemu di tempat yang sama sekali tidak terduga.
"Maaf apa Anda mengenalku?"
Ucapan yang meluncur begitu saja dari mulutnya Fatih membuat air matanya Adiba menetes begitu saja. Adiba menutupi mulutnya untuk mencegah suara isakan tangisannya.
Pria yang sudah hampir setahun itu menikahinya dan sempat memberikan dia calon anaknya, tapi karena kecelakaan maut yang menyebabkan dia harus kehilangan calon bayinya yang baru berusia tiga bulan itu.
Kecelakaan itu juga terjadi karena campur tangannya yang menyebabkan Fahri harus membanting setir mobilnya itu tapi,naas apa yang dilakukan oleh suaminya sudah terlambat malah menyebabkan kematian Fahri dan calon bayinya.
"Abang apa sudah melupakan aku?" Tanyanya Adiba yang berjalan perlahan menuju ke arah Fatih Shafiq Akmal Himawan.
"Maaf saya sama sekali tidak mengenal siapa Anda, karena ini sepertinya pertemuan pertama kita loh, jadi wajar aku bertanya seperti itu," terangnya Fatih yang sejak mengenal Aida ia seolah melupakan kebiasannya yang selalu berbicara irit dan hemat kata, tapi sekarang ia malah selalu berbicara panjang lebar.
"Tolong jelaskan padaku siapa Anda, agar aku bisa mengingat Anda," imbuhnya Fatih.
Adiba langsung berhamburan memeluk tubuhnya Fatih ketika melihat Fatih yang berdiri dari kursi kebesarannya. Sedangkan Fatih tidak mampu mencegah hal itu, karena gerakan dari Adiba sangat tiba-tiba.
"Abang Fahri, aku istrimu aku jauh-jauh dari Banjarmasin ke Jakarta hanya untuk bertemu denganmu, apa kamu sudah melupakan aku, apa kamu tidak mengingat aku adalah istrimu yang Abang nikahi? Saya sangat merindukan kehadiran Abang, setelah kecelakaan itu aku seperti kehilangan kontak dengan Abang, aku hanya seorang diri abang aku tidak punya sanak saudara yang bisa menampungku di Banjarmasin, dengan teganya Abang meninggalkan aku seorang diri setelah aku kehilangan janin calon anaknya Abang," ungkapnya Adiba.
Fatih awalnya ingin melepaskan pelukannya Adiba dari balik punggungnya karena,ia ilfeel jika ada perempuan lain yang menyentuh tubuhnya itu apalagi sampai harus memeluknya. Karena ia melihat kedatangan Aida istri kedua sekaligus Istri sahnya Fahri Hamzah Noel yang berdiri di ambang pintu sehingga ia terpaksa membalas memeluk tubuhnya Adiba.
"Ini haruslah aku lakukan,agar kamu segera berhenti untuk mencintaiku dan membenciku sehingga aku bisa pergi dari kehidupanmu secepatnya karena, tidak mungkin aku hidup di sisimu selamanya sedangkan aku bukanlah suamimu yang selama ini kamu sayangi dan cintai," batinnya Fahri.
Aida segera menutup kembali pintu itu, ia tidak menyangka jika akan melihat kejadian seperti itu. Aida berusaha untuk membuang jauh-jauh pikiran negatifnya dari benaknya itu. Dia segera membuang pikiran jeleknya dari pikiran dan hatinya.
"Mungkin mereka saling kenal, itu wajar saja terjadi sesama teman," Lirihnya Aida yang berusaha tegar dan kuat dengan apa yang dilihatnya itu.
lanjoot