Zakia Arabelle Lawrance harus menelan kenyataan pahit saat mendapati suami yang selama ini ia anggap setia ternyata tak lebih dari seorang bajingan.
Setelah perceraian dengan suaminya, dirinya harus memulai kembali hidupnya. Menata kembali masa depannya. Tekadnya bulat untuk membuat siapa saja yang menghina dirinya malu dan tunduk dibawah kakinya.
Namun, ditengah jalan cinta kembali hadir mengusik ketenangan batinnya. Bukan hanya satu namun beberapa pria sekaligus terlibat dengannya. Namun, pada siapakah Zakia menentukan pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Setelah insiden semalam yang menggemparkan gedung hotel tempat acara Rosa berlangsung, Tania belum bertemu dengan sang adik yang memiliki tingkat usil dan nyinyir tinggi itu. Namun, semua tertutupi dengan wajah polos dan imut milik Zakia.
"Kia? " Panggil Tania saat melihat Zakia sibuk di dapur sepagi ini.
"Bentar, Kia cuci tangan dulu" Seakan mengerti apa yang akan dilakukan sang kakak, Zakia dengan segera mengakhiri pekerjaannya.
Tania langsung berjalan menuju meja makan, menunggu Zakia dengan segelas air hangat didepannya. Hingga Zakia datang membawa segelas teh hangat untuk dirinya.
"Udah ada air hangat, Kia"
"Punya ayah loh, Mbak. Bukan punya Mbak ini" Jawab Zakia dengan wajah polosnya. Tania hanya menghela napasnya pelan, salahkan dirinya yang duduk di kursi sang ayah.
"Sekarang jelaskan kejadian semalam, mana main pergi gitu aja kamu ini" Tania memulai ceramah paginya.
"Bagian mana yang butuh penjelasan? " Tanya Zakia tenang, bahkan dirinya menyenderkan bahunya pada kursi dibelakangnya.
Sikap tenang seperti ini yang Tania suka. Umur Zakia mungkin masih begitu muda, namun pemikirannya melebihi usianya. Dia mampu berpikir dewasa dan memecahkan masalah yang terkadang Tania sendiri merasa cukup sulit untuk dipecahkan.
"Jelaskan semuanya, Kia" Ucap Tania tenang. Tania menatap Zakia yang hanya mengedikkan bahunya pelan.
Satu per satu anggota keluarga itu berkumpul di meja makan untuk memulai sarapan pagi mereka. Namun, mereka mengernyitkan dahi saat melihat kakak beradik ini beradu pandangan. Sang kakak dengan tatapan meminta penjelasan, sedangkan sang adik yang acuh tak acuh.
"Kia yakin Mbak udah denger kejadian semalam" Jawab Zakia tenang.
"Mbak mau dengar versi kamu, Kia. Kamu bukan tipe orang yang nyinyir di depan banyak orang" Ucapan Tania membuat seluruh fokus beralih pada Zakia yang sedang memainkan jarinya di atas meja.
"Ada apa, Nia? " Tanya Arya memecah keheningan, karena Zakia tak kunjung bersuara.
Tania dengan cepat menjelaskan apa yang terjadi semalam, bahkan Albert juga mengiyakan perkataan sang istri. Mereka cukup heran dengan tingkah Zakia. Zakia yang biasa terkenal bodoh amat itu, kini mulai menunjukkan bahwa dirinya tidak mudah di senggol. Mereka merasa ngeri melihat Zakia dalam mode dewasanya.
"Kalian tahu siapa, Kia. Gak bakal ada asap kalau api tidak disulut terlebih dahulu, bukan? " Ucap Zakia dengan santai.
"Tapi, Kia... "
"Apa Kia harus diam ketika mereka mulai menginjak, Kia? " Tania terdiam mendengar pertanyaan adiknya. "Kia harus berani speak up, Mbak. Jika tidak Kia bisa mempermalukan ayah dan bunda terus menerus. Kia pernah berjanji, untuk menundukkan siapapun dibawah kaki Zakia jika dia berani menyinggung orang terdekat Zakia, baik di masa lalu ataupun di masa depan nantinya" Ucap Zakia masih memainkan jemarinya di atas meja.
Semuanya terdiam mendengar perkataan wanita polos yang tengah menundukkan kepalanya ini. Zakia terdengar sangat mengerikan saat mengatakan itu.
"Apa acaranya gagal? " Tanya Zakia setelah cukup lama hening diantara mereka semua, hanya para asisten rumah tangga yang sibuk menata makanan di meja makan.
"Tidak"
"Ya sudah, Kia harap perkataan semalam membuat otak mereka sedikit terbuka" Ucap Zakia santai.
"Tapi Kia? "
"Apa para tamu membicarakannya? " Tania mengangguk, padahal Zakia masih menundukkan kepalanya. "Mereka membicarakan siapa? Aku atau? "
"Keberanian kamu" Jawab Tania cepat.
"Abaikan saja"
"Kia mandi dulu, kalian sarapan duluan saja" Ucap Zakia sambil beranjak dari kursinya.
"Makan dulu nak"
"Mau mandi bentar doang kok, Bun. Ini gerah gak enak banget" Zakia langsung berlalu begitu saja.
Tania tampak diam setelah kepergian Zakia. Dia masih tidak menyangka jika Zakia akan membalik situasi semalam. Tania tidak meragukan kemampuan Zakia, namun citra Charles sedikit tercoreng gara-gara caranya memandang Zakia semalam, yang langsung mendapat balasan pedas dari Zakia.
Tania sudah mendengar jika Rosa berniat ingin membuat Zidan menyesal karena terlalu lama untuk mengambil tindakan pada hubungan mereka. Namun, yang tidak diprediksi adalah kehadiran Zakia yang justru menjadi bom waktu bagi Rosa. Tanpa bisa dicegah, Zakia akan meledak dengan sendirinya.
"Nia" Panggil Nita.
"Nia" Kini dengan sedikit keras.
"Ah, iya apa Bunda? " Tanya Tania sedikit kaget saat Nita memanggilnya sedikit keras.
"Kamu melamun? "
"Hanya kepikiran Zakia saja, ada apa Bunda? "
"Teh untuk Albert mana? " Tania melirik ke arah suaminya yang sedang berbincang dengan Arya.
"Tania buatkan dulu" Tania langsung beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah dapur.
Mereka tidak memulai sarapan pagi itu karena Zakia yang belum berkumpul. Bagaimanapun Arya juga begitu menyayangi anak angkatnya layaknya dirinya menyayangi Tania. Begitupun dengan Tania, dia akan mogok makan ketika mereka memulai acara makan tanpa kehadiran si bungsu itu.
"Makasih" Ucap Albert saat Tania meletakkan teh hangat di hadapannya. Tania hanya membalasnya dengan senyum manisnya.
"Loh, kok belum sarapan? " Tanya Zakia yang terlihat segar dengan baju rumahan yang dia kenakan.
"Masih nunggu kamu, nak" Jawab Nita yang mulai menyiapkannya sarapan suaminya saat melihat Zakia yang sudah duduk di kursinya.
Mereka memulai sarapan dengan keadaan hening tanpa suara apapun. Hingga acara sarapan selesai, namun mereka masih tidak beranjak dari meja makan.
"Mbak Nia, nanti ikut kumpul sama yang lain? Kak Al juga ikutan kok" Ucap Zakia sambil menyuapkan satu potong buah ke dalam mulutnya.
"Acara apa sih, kamu kayaknya makin deket sama temen-temen Mbak? "
"Beberapa kali jumpa, langsung akrab aja gitu"
"Jadi acara apa? "
"Mas Zidan besok kalau gak lusa kan balik lagi ke luar negeri"
"Lah udah mau balik aja tuh anak, ikut gak Yang? " Tanya Tania pada suaminya. Terlihat Albert hanya mengangguk saja mendengar pertanyaan istrinya itu.
"Ada Mbak Rosa juga kok"
"Hah, serius? " Tania seakan tak percaya mendengar ucapan Zakia. Sedangkan Zakia hanya mengangguk saja mulutnya masih lebih dengan potongan buah yang dia kunyah.
"Kata Mas Zidan sih gitu, toh hubungan mereka juga sudah berakhir kan masih bisa jadi temen" Jawabnya setelah berhasil menelan buah yang ia kunyah.
"Bukan masalah Zidan nya, tapi Mbak khawatir di kamu"
"Emangnya Kia kenapa? " Tampak Tania menghela napas pwlan melihat adiknya yang polos itu.
"Zakia? "
"Zakia akan diam jika dia tidak menyalakan api terlebih dahulu" Jawabnya dengan cepat. "Kia bersiap dulu, nanti Kia share lokasinya, sekarang mau ke resto, mau bahas soal bahan makanan" Jelasnya sekaligus berpamitan.
Zakia membawa piring bekas buah yang sejak tadi ia makan. Setelah mencucinya barulah dia masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju.
"Nia, Ayah harap kamu tidak terlalu keras pada Kia" Ucap Arya memecah keheningan.
"Nia mengerti Ayah, Nia hanya khawatir. Nia takut Kia terpancing emosinya"
"Bunda tidak yakin jika Kia mudah terpancing emosinya. Bunda bisa merasakan jika anak itu sudah berubah banyak selama tiga tahun"
"Bunda mu benar Nia. Apa kamu tidak melihat dan merasakan jika Kia banyak berubah dari pertama kita kenal? " Tanya Arya membuat Tania mengangguk.
"Zakia layaknya bara api yang tertutup, dan sekali terbuka bisa mematangkan ikan satu samudera. Dia begitu rapi menyimpan emosinya, bahkan Nia juga takjub saat Kia mampu menutupi seluruh emosi di matanya"
"Itulah kenapa Ayah berkata jika Zakia sudah banyak berubah, dia menjadi wanita yang menakutkan sekarang. Jika dia terjun dalam dunia bisnis, bisa dijamin lawan akan susah membelot darinya"
"Apa tidak lebih baik Zakia kita terjunkan dalam bisnis keluarga kita, Ayah? " Tanya Tania saat diam-diam sering melihat potensi adiknya.
"Kita harus tetap meminta pendapatnya, kamu tahu sendiri kalau Zakia masih muda untuk mendapatkan jabatan cukup tinggi. Mental dia harus benar-benar kuat untuk menghadapi dunia kerja yang begitu keras" Ucap Arya penuh pertimbangan.
Tanpa mereka tahu jika seorang Zakia sudah terjun begitu dalam dunia bisnis. Bahkan seorang Zakia menjadi seseorang yang ditakuti dalam dunia IT karena kemampuannya.