Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman penuh gairah
Diandra tersadar dari lamunan yang mengingat pertemuan pertama dengan sang suami yang dulu tidak diketahui jika merupakan seorang CEO perusahaan begitu mendengar suara notifikasi dari ponsel miliknya.
Sebenarnya ia yang dari tadi masih menunggu tanggapan mengenai permintaannya, mengerutkan kening karena sang suami tak kunjung menjawab. Hingga ia berpikir jika yang seolah tengah memikirkan sang dokter cantik.
"Kenapa? Apa kamu masih ingin bertemu dengan dokter cantik itu?"
Sementara itu, Austin yang masih mencoba untuk menjelaskan tentang pemikirannya, kini menoleh ke arah sang istri yang menunjukkan kecemburuan.
Meskipun ia merasa senang, tapi tidak ingin hubungannya berakhir dipenuhi oleh perdebatan. "Bukan begitu, Sayang."
"Lalu? Apa susahnya mencari dokter lain? Bukankah kamu adalah seorang pria hebat yang memiliki kekuasaan? Apa aku salah memanfaatkan itu?" Diandra saat ini bisa melihat wajah tampan dengan rahang tegas itu seperti tengah tertekan atas permintaannya.
Sebenarnya ia merasa kasihan pada sang suami yang selalu menuruti permintaannya, tapi tidak ada pilihan lain jika itu menyangkut mengenai wanita penggoda.
"Bukan salah, Sayang. Sebenarnya aku dulu sudah mencari dokter terbaik yang ada di kota ini dan menemukan tiga orang. Dua diantaranya adalah laki-laki, sedangkan satunya adalah dokter yang sekarang menanganimu."
Austin kini meraih ponsel dalam saku celana dan kini menunjukkan beberapa informasi yang didapat. "Lihat ini! Kamu bisa baca sendiri."
Diandra menerima ponsel sang suami dan mulai serius membaca mengenai profil dan jam terbang dari dua dokter pria yang tidak dipilih dan malah jatuh pada dokter wanita yang masih muda dan cantik.
Beberapa saat kemudian, Diandra menunjuk ke arah layar ponsel. "Kalau menurutku, dokter ini jauh lebih baik."
Austin sebenarnya bisa menebak jika sang istri akan memilih dokter yang dulu merupakan pilihannya juga. Namun, tidak jadi karena berpikir jika dokter itu adalah seorang pria. Berpikir jika Diandra hanya miliknya dan tidak ada yang boleh menyentuh selain dirinya, sehingga memilih dokter wanita.
"Aku tidak setuju kamu ditangani oleh dokter pria yang tentunya bisa menyentuh tubuhmu. Aku tidak mau itu karena cemburu." Austin kini berharap sang istri bisa memahami perasaan yang selama ini ditujukan untuk wanita yang malah terbahak tersebut.
Diandra yang sama sekali tidak pernah berpikir macam-macam pada dokter, tentu saja seketika memegangi perut karena tidak berhenti menertawakan sikap berlebihan dari pria yang menampilkan wajah tegas di hadapannya.
"Jangan tertawa!" sahutnya dengan wajah masam karena kesal.
Sementara itu, Diandra kini bisa mengerti bagaimana perasaan sang suami, sehingga kini langsung menghambur memeluk erat tubuh kekar pria yang selalu berhasil memberikan ketenangan untuknya.
Bahkan ia sibuk mengendus aroma maskulin yang menjadi candunya ketika membenamkan wajah di dada bidang suami.
"Sayang, jangan terlalu berlebihan seperti itu. Banyak dokter laki-laki yang menangani pasien wanita. Mereka sudah terbiasa dan sama sekali tidak mempunyai pikiran mesum sepertimu. Jadi, jangan samakan dokter denganmu."
Ia sengaja menanggapi dengan candaan agar tidak terlalu serius dan tegang karena mengetahui jika suami bisa marah jika tengah kesal. Seperti dulu yang sering melihat sikap arogan dan kemurkaan saat pertama kali bertemu.
Diandra terkadang heran melihat perubahan sikap dari pria yang berstatus sebagai suaminya tersebut jadi sangat lembut padanya. Diandra ingin tahu sesuatu yang menjadi penyebab Austin berubah menjadi pria idaman dan membuatnya merasa bagaikan ratu yang dicintai luar biasa oleh seorang suami.
Di sisi lain, seketika Austin menarik diri begitu kalimat terakhir sang istri seolah menyindir habis-habisan. Ia akui bahwa masa lalunya dulu memang kelam karena gemar berganti-ganti pasangan.
Namun, ia berpikir bahwa seharusnya tahu bahwa semenjak bertemu dengan wanita itu, hanya ada satu nama di dalam hatinya, yaitu Diandra Ishana.
Kini, Austin mengarahkan tatapan tajam mengintimidasi dan meraih dagu lancip itu. "Sekali lagi aku tegaskan padamu, Sayang. Aku bukan pria mesum yang langsung bergairah melihat para wanita."
"Namun, asal kamu tahu bahwa seorang dokter pun juga pria biasa. Bukan malaikat yang tidak punya nafsu. Mereka tetap seorang pria normal, jadi jangan berpikir bahwa dokter tidak punya nafsu ketika melihat pasien cantik."
"Apalagi pasiennya secantik istriku," ujar Austin yang kini kembali meringis menahan rasa nyeri pada bagian paha karena sang istri kembali mencubit.
Refleks ia mengusap beberapa kali bekas cubitan yang terasa sangat panas. "Sayang, kenapa kamu suka sekali mencubitku?"
"Karena aku gemas melihat suami yang lebay. Aku tidak secantik dokter Maria Belinda. Jadi, jangan berpikir bahwa dokter pria akan jatuh cinta padaku pada pandangan pertama. Mungkin di dunia ini, hanya kamulah pria paling lebay."
Diandra yang baru menghentikan perkataannya mendapatkan serangan tiba-tiba, yaitu ciuman dari bibir tebal pria yang sudah menyesap dan ******* dengan penuh gairah.
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...