Kanayah memeluk lututnya serta mengigit lengannya. Gadis itu tengah menahan tangisnya. Terlihat sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis merah ia genggam dengan gemetaran. Kanayah hamil, dan lebih parahnya lagi benih dalam rahimnya itu adalah milik Jacob Garadha, putra sulung dari Keluarga Garadha yang saat ini telah memiliki tunangangan.
Kanayah menangisi dirinya yang begitu memiliki nasib mengenaskan. Hidup sebagai yatim piatu, dengan memiliki kelebihan wajah cantik bak dewi serta tubuh indah nyatanya tidak membuat hidup Kanayah beruntung. Karena kecantikannya itu Kanayah harus mengalami diskriminasi oleh warga desa dan difitnah sebagai penggoda hingga diusir dari desanya.
berharap di kota akan menemukan kebahagiaan namun nyatanya Kanayah justru harus merelakan harta wanitanya yang berharga di renggut paksa oleh Jacob Garadha.
Lalu akankah Jacob Garadha mau bertanggung jawab akan kehamilan Kanayah?
Dan bisakah hidup Kanayah berubah serta hidup bahagia? simak kisahnya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Duyung Indahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
"Lexsa ada telepon! "
"Hah, ada apa? "teriak Alexsa.
Suara musik DJ di club yang memekakan telinga membuat Alexsa yang tengah menikmatinya dengan turun ke latar menari bersama pengunjung club lainnya tak bisa mendengar ucapan temannya.
"Ada telepon! "teriak teman Alexsa itu.
Alexsa berjalan minggir menuju meja bartender dimana temannya yang tadi memangil ia berada. Sesampainya disana, Alexsa langsung disodori ponsel miliknya dimana nama Jacob tengah melakukan panggilan padanya. Gadis dengan dress mininya itu meraih dan membiarkannya begitu saja di atas meja. Melihat itu tentu saja temannya itu merasa heran, dia cukup tahu tentang kehidupan Alexsa dan cukup tahu pula siapa sosok Jacob yang ia ketahui adalah tunangan dari model cantik itu.
"Kenapa tidak kamu angkat? "tanyanya pada Alexsa.
Bukannya menjawab, Alexsa justru meraih segelas wine miliknya lalu menenggakknya hingga tandas.
"Malas. Paling juga dia akan menanyakan kapan Aku pulang ke Indonesia, Aku masih nyaman di LA, "jawab Alexsa.
Teman Alexsa yang bernama Bram itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Bukankah jika seorang pria menanyakan kapan tunangannya kembali menandakan jika dirinya tengah rindu.
"Dia tentu merindukanmu Lexsa, "saut Bram seraya menenggak wine.
"Biarlah, Aku masih ingin bebas dulu. Nanti jika Aku sudah puas barulah Aku kembali padanya, "jawab Alexsa.
"Tapi Lexsa, Aku rasa kamu keterlaluan sama dia."
"Sudahlah, Aku mau kembali ke bawah lagi, "ujar Alexsa seraya bangkit dari kursi.
Gadis itu kembali menuju latar dan menari dengan riang mengikuti irama DJ yang menggema disana. Sementara Bram hanya melihat rekan satu profesinya dan sesekali melihat ponsel milik Alexsa yang masih saja bergetar. Bram melihat ponsel itu, lelaki itu bermakasud mematikan panggilan tersebut dengan menekan icon merah, namun siapa sangka Bram justru tanpa sadar menekan icon hijau lalu meletakkannya kembali ke dalam tas Alexsa.
Sementara Jacob yang melihat panggilannya terhubung dan mendengar suara dentum musik DJ yang sangat keras tertegun. Ia kembali melihat ponselnya memastikan jika nomor yang ia hubungi adalah benar nomor Alexsa. Jacob mulai menebak-nebak apakah Alexsa tengah berada di club saat ini. Setahu Jacob Alexsa pernah mengatakan jika ia tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di area club bahkan Alexsa pernah bersumpah jika ia tidak suka minuman beralkohol di depan Jacob.
Merasa percuma karena ia juga tak bisa berbicara pada Alexsa. Jacob memutuskan untuk mengakhiri panggilan tersebut.
"Apa selama ini Aku tidak mengenal siapa dia yang sebenarnya, "gumam Jacob.
Niat hati Jacob ingin mengabari ia yang akan terbang ke LA untuk memperjelas hubungan pertunangannya dengan Alexsa, karena Jacob pikir ia tak bisa menunggu terus-menerus balasan dari Alexsa. Ia ingin menjadi pria yang bertanggungjawab akan perbuatannya pada Kanaya.
Karena pertanyaan yang terus muncul dalam pikirannya Jacob memutuskan untuk menekan nomor Riko dan meminta asistennya itu agar datang ke ruangannya. Tidak lama setelah panggilan tersebuf terdengar suara ketukan pintu pada ruang kerja pria itu.
"Masuk saja, "perintahnya.
Suara handle pintu yang terbuka seiring dengan pintu yang perlahan terbuka dengan menampilkan sosok Riko. Pria itu melangkah memasuki ruangan Jacob untuk mendengarkan perintah apa yang akan ia terima.
"Perintahkan seseorang untuk memantau apa saja yang Alexsa lakukan di LA, "ucap Jacob.
Kening Riko mengkerut, asisten Jacob itu tentu heran kenapa Tuannya itu meminta dirinya mengirim seseorang untuk mengawasi Alexsa. Bukankah Jacob pernah mengatakan ingin mengakhiri pertunangan keduanya.
"Aku hanya butuh informasi saja, dan niatan Aku untuk mengakhiri pertunangan dengannya tidak akan goyah,"ucap Jacob menjawab pertanyaan Riko yang tak terucap itu.
"Baik Tuan, "balas Riko dengan semangat.
Jacob melihat arlojinya yang telah menunjukkan pukul tujuh malam. Sepertinya pria itu yang biasanya kerja lembur ingin pulang detik itu juga, mengingat jarak perusahaan dengan kediaman Garadha yang jauh membuatnya harus pulang awal jika ingin sampai disana tidak larut malam.
"Kita pulang sekarang, "ucap Jacob mengejutkan Riko.
Pasalnya setahu Riko Jacob akan selalu lembur hingga larut malam di perusahaan, namun kini pria itu mengatakan akan pulang di jam yang tak biasanya tentu saja membuat Riko ragu dengan pendengarannya sendiri.
"Apa kamu ingin lembur Riko, "celetuk Jacob Karena asistennya itu hanya diam saja.
"Tidak Tuan, Saya akan pulang bersama dengan Anda saat ini juga, "jawabnya.
***
Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, namun Kanaya masih belum juga tertidur, wanita hamil itu tengah menanti kepulangan sang suami dengan duduk di ruang tamu. Sesekali wanita itu menguap karena rasa kantuk yang mulai menderanya. Seluruh pelayan sudah berada di belakang begitupun Tuan Garadha dan Nyonya Celline yang sudah memasuki kamar merek, sementara Mark entah sejak kejadian Jacob yang kambuh Kanaya tidak pernah mendapati pria itu secara langsung.
"Haom, Mas Jacob lama sekali ya pulangnya, "celetuk Kanaya seraya menyandarkan tubuhnya di atas sandaran sofa.
Karena kantuk yang sangat sudah mendera kedua matanya, tanpa sadar Kanaya tertidur dengan posisi duduk menanti Jacob. Bahkan karena lelapnya dia, Kanaya tidak terbangun saat pria yang ditunggunya telah pulang dan menatap dirinya yang tertidur dengan sangat intens.
"Apa dia menungguku disini? "ucap Jacob.
Seharusnya ia bisa pulang lebih cepat daripada ini, namun karena tiba-tiba ban mobilnya kempes saat diperjalanan membuat Jacob harus menunggu Riko mengganti ban mobilnya lebih dulu.
"Sepertinya kamu sangat lelah menungguku, "timpalnya lagi.
Dengan sangat hati-hati Jacob mengangkat tubuh bumil itu dan membawanya menuju kamar mereka.
***
TBC