Rumah tangga yang hancur ibarat ranting yang patah.Takan bisa disambung kembali.
Begitupun hati seorang istri yang telah dipatahkan bahkan dihancurkan takan mudah untuk sembuh kembali.
Seorang istri dan seorang ibu akan tetap kokoh saat diuji dengan masalah ekonomi namun hatinya akan remuk dan hancur saat hati suaminya tak lagi untuknya..
apa yang tersisa?
rasa sakit, kekecewaan dan juga penyesalan.
Seperti halnya yang dialami oleh Arini dalam kisah yang berjudul " Ranting Patah "
Seperti apa kisahnya?
Akankan Arini bertahan dalam pernikahannya?
Baca selengkapnya!!!
Note: Dukung kisah ini dengan cara baca stiap bab dengan baik,like,komen, subscribe dan vote akan menjadi dukungan terbaik buat author.
Dilarang boom like ❌
lompat bab ❌
komentar kasar atau tidak sopan ❌
Terimakasih, sekecil apapun dukungan dari kalian sangat berati untuk author 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
" Jadi apa misinya Oma?" tanya Dinda.
" Gini-gini sebelumnya Oma mau tanya dulu nih.Hanif sama adek Dinda pengin ngga bunda bahagia?" Sri tampak hati-hati saat mengatakan itu,ia menatap wajah Hanif dan Dinda secara bergantian.
Hanif dan Dinda saling tatap,detik berikutnya mereka berdua mengangguk.
" Iya Oma,kami ingin bunda bahagia,bunda sudah cukup lama menderita.Memangnya misi Oma apa kenapa sampai menanyakan hal seperti itu?" wajah Hanif penuh telisik saat bertanya ,sri hanya tersenyum saat melihat ekspresi Hanif.
" Dinda bagaimana?"
" Em,adek juga pengin bunda bahagia.Bunda itu sering banget nangis kalau malem.Ayah jahat eyang juga jahat apa lagi ibu indah,selama ini bunda pasti nangis sendrian kalau malem Dinda sering liat itu Oma."
" Nah kalau kalian pengenin bunda kalian bahagia kalian harus mau bantu Oma.Oma juga pengin om Hans bahagia dan kebahagiaan om Hans ada pada bunda kalian." jelas Sri.
" Maksudnya Oma?"
Sri tersenyum,ia memang harus lebih sabar saat menjelaskan semua itu pada Dinda, berbeda dengan Hanif yang seperinya sudah mulai faham akan kemana arah pembicaraan itu.
" Hanif setuju Oma,kita satukan bunda sama om Hans,Hanif mau om Hans jadi suami bunda." ujar Hanif membuat sri tersenyum penuh kemenangan.
" Good job boy,Oma tak perlu menjelaskan apapun lagi kamu sudah faham maksud Oma." Ujar Sri.
" Tapi Oma,gimana caranya?" tanya Hanif.
" Nanti kita fikirkan bersama.Itu bunda sama om Hans pulang." Tunjuk Sri pada Hans dan Arin yang terlihat turun dari mobilnya.
" Wah-wah anak-anak bunda lagi belajar.Gimna apa kalian menyulitkan Oma?" tanya Arin sembari mendekati anak-anaknya.Sementar Hans memilih untuk masuk kedalam rumah.
" Seperti biasa mereka sama sekali tidak menyulitkan ibu, bagaimana tadi Rin? Apa lancar? Kapan akta cerainya keluar?" todong Sri.
" Allhmdulillah lancar Bu,em mungkin satu atau dua Minggu lagi. Terimakasih ya Bu sudah selalu membantu saya mengurus anak-anak." ucap Arin.
" Sama-sama,Rin Hans kenapa? Sepertinya dia terlihat marah? Apa kalian bertengkar?" cecar Sri.
" Entahlah Bu,Arin juga tidak faham.Em,Bu Arin siap-siap masak dulu ya buat makan malam." ucap Arin dan Sri hanya menjawabnya dengan senyuman.
Arin masuk kedalam rumah dibarengi dengan anak-anak,setiap hari Arin memang menyempatkan masak dirumah utama namun saat tidur Arin tetap di paviliun.
Kericuhan semakin tak terkendali dirumah Arjun semenjak mantan suami Indah datang.
" Bisa-bisanya anda datang ke acara empat bulanan anak saya.Memangnya siapa yang mengundang anda untuk datang?" Todong Arjun begitu Doni duduk dengan nyaman dirumah Arjun.
" Santai bro,apa anda yakin bayi itu anak anda? Saya tau anda sudah menikah dengan indah tapi apa anda bisa menjamin kalau itu benar-benar darah daging anda!" Papar Doni.
" Sayang!" berang indah.
" Apa sayang? Apa saya tidak salah dengar indah? Kamu panggil apa tadi?" Arjun mulai terpancing.
" Em Doni maksudnya mas,iya Doni! Don,kamu ngapain kesini? Bukankah Angga sudah memilih tinggal bersama kamu,lalu apa lagi yang mau kamu ambil dari aku don.Tolong jangan ganggu ketenangan rumah tanggaku." dusta indah,matanya sedikit berdkip kearah doni namun sepertinya Doni sama sekali tidak faham dengan itu.
" Wa menarik sekali,mantan suami datang kerumah suami baru.Apa jangan-jangan itu anak dari suami lama Bu indah? Yakin nih pak Doni tidak menanam benih,ya kali sering silaturahmi ngga gini gini!" celetuk Hamida sembari memperagakan tangannya.
" Pergi dari sini! Siapa suruh situ ikut campur masalah rumah tangga saya!" berang indah.
" Astaga ini acara syukuran kenapa jadi ribut begini Arjun!" teriak ibu Arjun.
Kepalanya mendadak pusing dan pandangan matanya kabur.
Bruuuk
Tubuhnya merosot tak bisa tertahan lagi,ibu Arjun sedari tadi menyaksikan kekacauan didepan matanya hingga ia tak kuasa lagi melihatnya dan pingsan tepat didepan semua orang.
" ibuu!" teriak Arjun dan melompat begitu saja sampai hampir menabrak dini yang berdiri tak jauh dari ibunya.
Kericuhan semakin tak terhindarkan,berbeda dengan suasana dimeja makan kediaman Sri yang tampak hening hanya ada suara gaduh dari sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
Melihat situasi seperti itu Sri memberikan kode pada Hanif dengan kedipan matanya,Hanif yang seakan paham lantas memulai aksinya.
" Bunda tadi disekolah Kaka ada pengumuman." celetuk Hanif mencairkan suasana.
" pengumuman apa nak?" tanya Arin.
" Pengumuman kalau lusa ada tugas membuat cerita."
" Cerita apa,Kaka tinggal tentukan temanya lalu mulailah bercerita." Ujar Arin.
" Tapi susah Bun!" Hanif mulai memasang wajah sedih.
" Loh ko Kaka sedih si memangnya tugas apa? Oma mungkin bisa bantu." Sri dengan idenya membantu melancarkan cerita karangan Hanif .
" Kaka sedih Oma,tugas dari Bu gru Hanif harus melakukan kegiatan bersama keluarga ayah,ibu dan adik lalu dibuat sebuah karangan.Kaka sedih Oma,Kaka tidak punya ayah.Ayah Kaka jauh lalu bagaimana bisa Kaka membuat tugas melakukan kegiatan keluarga kalau keluarga Kaka saja tidak lengkap." Hanif mengatakan itu dengan wajah tertunduk.
Sebenarnya bukan sedih melainkan ia tak yakin dramanya akan berjalan dengan mulus sesuai rencana.
" Hans apa kamu bisa bantu?" tanya Sri pada Hans yang masih diam membisu.
Semenjak pulang bersama Arin ,Hans menjadi pendiam entah dia masih marah atau memang tidak tertarik dengan cerita Hanif.
" Tergantung!" ucapnya singkat.
" Maksudnya?" tanya Sri.
" Tergantung bundanya Hanif mau tidak melakukan itu dengan Hans Bu.Hans tidak mau memaksakan kehendaknya." sindir Hans,wajahnya tertunduk fokus dengan piringnya namun ekor matanya tak bisa lepas dari wanita yang mengenakan dres abu-abu disebelahnya.
" Bund,apa bunda mau?" tanya Hanif.
" Mau apa?"
" Mau kalau om hans jadi ayahnya Kaka sama adek."
" maksudnya?"
" Iya maksudnya itu bund om Hans jadi ayah nya Kaka sama adek buat melengkapi tugas Kaka.Kalau bunda keberatan biar Kaka tidak usah mengumpulkan tugas saja." Hanif pura-pura sedih.
Sri tersenyum tipis,hanya hans yang tau apa arti senyuman dari Sri.
" Dasar ini pasti idenya ibu." batin Hans.
Sri yang faham akan tatapan Hans hanya mengedipkan sebelah matanya.
" Wah wah tugas Kaka seru juga ya,kalau menurut Ade si mending jadi ayah beneran aja kan bunda udah berpisah sama ayah biar adek punya ayah.Adek kan pengin kaya temen-temen stiap pulang sekolah dijemput sama ayah dan bundanya." Kini giliran wajah Dinda yang terlihat sedih bahkan matanya berkaca-kaca.
Arin merasa terpojokkan dengan permintaan anak-anaknya namun ia juga tidak mungkin membuat anak-anak nya sedih,apa lagi Hanif Arin tak mau sampai Hanif tidak mendapatkan nilai hanya karna keegoisannya.
" Ya bunda mau!"
jawab Arin.
" Mau jadi istrinya ayah Hans?" celetuk Dinda membuat semu orang terdiam lalu detik berikutnya mereka semua tertawa sementara Arin terunduk dengan wajah yang sudah Semerah Tomat.
Bersambung....