Tak pernah sedikit pun terbesit dalam pikiran Serina bahwa ia akan dikhianati oleh suaminya sendiri.
Suami yang menurutnya baik, sayang dan pengertian padanya ternyata selama ini hanyalah sandiwara saja untuk menutupi pengkhianatan yang telah dilakukan.
Lalu bagaimanakah kisah mereka selanjutnya?
ayo ikuti terus jalan ceritanya!🥰🙏🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ༂𝑾𝒊𝒚𝒐𝒍𝒂❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Tidak Tahu Malu
Serina menyetir mobil, dengan wajah termenung. Melihat bekas tanda merah dileher suaminya tadi, keputusan Serina untuk bercerai pun semakin mantab.
Baginya sudah tidak ada lagi yang perlu dipertahankan. Memberi kesempatan pun percuma rasanya. Padahal Serina sengaja mengulur waktu untuk memberi suaminya itu kesempatan, karena ia pikir keadaan ini masih bisa diperbaiki. Akan tetapi, semua sia-sia, bukannya malah menjauhi wanita itu justru sang suami malah semakin dekat.
Serina kini telah sampai disebuah cafe yang tak jauh dari kantornya. Yah, pagi ini Serina memang ada janji dengan seseorang.
"Terimakasih telah menyelidiki suamiku. Ini bayaranmu, ambilah!" Ucap Serina sembari menyodorkan sebuah amplop yang berisi uang.
"Sama-sama, kalau begitu saya pergi dulu!" Ujarnya seraya mengambil amplop tersebut, lalu berlalu begitu saja.
Serina termangu, ia tak habis pikir dengan apa yang orang suruhannya itu katakan. Bagaimana tidak, ternyata Bara suaminya itu menempatkan Arum di Apartemen.
"Tega kamu, mas!" Lirih Serina.
"Baiklah, jika ini yang kamu mau aku akan mengabulkan secepatnya!" Ujar Serina sambil mengepalkan tangannya erat-erat.
Wanita itu kemudian bangkit dari duduknya, kemudian melangkah pergi dari cafe tersebut.
Siang harinya, Serina masih sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan munculah Bara.
Serina terheran melihat kedatangan suaminya, ia langsung saja bangkit dari duduknya.
"Kamu, mau apa kamu kemari?" Tanya Serina.
"Aku kesini karena ingin mengajakmu makan siang berdua!" Jawab Bara.
"Tidak, aku sibuk, aku tidak bisa!" Tolak Serina.
"Ayolah Serin, sudah lama kita tidak makan siang berdua. Toh, lagian ini sudah jam istirahat!" Kata Bara.
"Sudah ku bilang aku tidak bisa!"
Bara menghela nafas. "Kalau kamu tidak mau, maka aku akan membuat keributan disini!" Ancam Bara.
"Kamu mengancam ku, mas?" Tanya Serina mengernyitkan dahi.
"Bukan begitu, sayang. Aku hanya ingin mengajakmu makan siang saja tapi kamu malah menolaknya!" Jelas Bara.
Daripada harus berdebat panjang lebar, Serina akhirnya pun mengiyakan ajakan suaminya.
Mereka pergi dalam satu mobil yang sama, sepanjang perjalanan Serina hanya membuang pandangannya ke arah jendela. Menuju ke sebuah tempat yang Serina sendiri tak tahu kemana.
"Kita mau makan dimana?" Tanya Serina.
"Udah, ntar tahu sendiri!" Ujar Bara dengan tatapan fokus menyetir.
Sampai beberapa saat kemudian, mereka telah tiba disalah satu restoran yang begitu mewah.
Bara bergegas turun, ia berlari kecil membukakan pintu mobil untuk Serina.
"Turunlah!" Titah Bara dengan senyuman.
Serina tak berkata apapun, ia langsung saja turun. Rasanya aneh saja, melihat Bara yang tiba-tiba berubah menjadi baik.
"Mau makan siang saja tempatnya sejauh ini!" Kesal Serina.
"Kamu tidak perlu terlambat masuk ke kantor, toh kamu bos nya jadi bisa dong sesuka hati." Ujar Bara.
"Memangnya aku seperti kamu!" Tukas Serina.
"Serina, apa maksudmu?" Tanya Bara kebingungan.
Tidak menjawab, Serina langsung saja melangkah masuk. Bara pun lalu mengejar istrinya dan menggenggam tangan Serina tapi Serina menepisnya.
"Aku bisa sendiri!" Seru Serina.
"Serina, Kita duduk disana!" Ujar Bara seraya menunjuk ke arah meja yang ternyata sudah ada mamahnya.
"Loh.....Kamu ngajak mamah juga?" Tanya Serina dengan wajah yang tak bersahabat.
Bara mengangguk. "Iya Sayang, gakpapa kan?" Tanya Bara.
"Tapi kenapa kamu gak bilang dulu sama aku? bukannya aku males ketemu mamah kamu, tapi ya kamu tahu sendirilah mamah kamu gimana ke aku? jangan bilang dia mau hina aku lagi!" Ucap Serina kesal.
"Sudahlah, jangan marah-marah terus, ntar cepet tua Lo! ayo kasian mamah udah nunggu kita dari tadi!" Kata Bara.
Keduanya pun lalu menghampiri Mayang yang sedang duduk sambil memainkan ponsel.
"Mah......" Tegur Bara.
Mayang yang melihat kedatangan anak dan menantunya pun langsung saja bangkit dari duduknya.
"Eh Bara.....Serina....akhirnya kalian datang juga!" Ucap Mayang.
Serina hanya memberikan setengah senyumannya, karena dalam hati dia masih begitu dongkol.
"Serina, ayo salaman sama mamah!" Bisik Bara.
Serina pun lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman, meski dalam hati dia enggan. Mayang membalas salaman dari menantunya. "Bagaimana kabar kamu, Serina? apakah baik-baik saja?" Tanya Mayang.
Serina terdiam sesaat, tak biasanya mertuanya itu akan menanyakan kabar tentang dirinya. Karena selama ini mertuanya itu selalu bersikap acuh dan tak pernah menganggap Serina sebagai menantu.
Bara dan mamahnya menyadari diamnya Serina. Memang Bara akui selama menikah dengan Serina, baru inilah ia melihat mamahnya bersikap baik dengan istrinya.
Wajah Mayang menjadi tak enak, kala dia melihat Serina yang hanya diam saja.
"Hm.....Serina....mungkin pertanyaan ini sangat asing bagimu." Ucap Mayang dengan tertunduk malu.
"Tentu saja, karena beberapa tahun menikah dengan mas Bara, baru kali ini aku mendengarnya." Tutur Serina.
Mayang seketika malu mendengar penuturan Serina yang seperti itu.
"Hahaha.....sudah tak apa mah, Serina duduklah!" Titah Bara sembari manarik kursi.
Serina lalu duduk, begitu juga dengan Mayang.
Mereka bertiga lalu menikmati makan siangnya, walau suasana terasa kaku. Karena sejak tadi Serina tak berbicara sepatah katapun. Sampai akhirnya, Mayang mengumpulkan keberanian untuk membuka suara terlebih dahulu.
"Se-serina......" Tegur Mayang.
"Hem......." Jawab Serina tanpa menatap ke arah mertuanya.
Mayang menghela nafas panjang, sembari melirik ke arah Bara.
"Mamah mau bicara sama kamu." Ucap Mayang.
"Bicara apa? langsung saja! karena Serina tidak punya banyak waktu!" Kata Serina.
"Mamah denger-denger kamu katanya menggugat cerai Bara, apa betul?" Tanya Mayang dengan hati-hati.
Serina mendadak berhenti makan saat mendengar pertanyaan seperti itu.
"Apakah mas Bara memberitahu ke mamah, kalau Serina ingin bercerai?" Tanya balik Serina.
Mayang mengangguk.
"I-iya Serina....."
"Baguslah kalau sudah memberitahu mamah, karena Serina memang ingin bercerai dari mas Bara." Ujar Serina kemudian melanjutkan kembali makannya.
Mayang menutup mulutnya dengan satu tangan.
"Serina, kamu sudah gila mau menceraikan suami kamu sendiri?" Tanya Mayang lagi.
"Ya, Serina memang sudah gila, gila karena anak kesayangan mamah ini." Ucap Serina tersenyum sinis ke arah pria disampingnya.
"Dasar mantu kurang ajar!" Umpat Mayang dalam hati.
"Tidak akan mah, karena diantara kami tidak akan ada kata perceraian sampai kapanpun!" Kata Bara sambil melirik ke arah Serina.
"Cih........" Serina mendecih.
"Kenapa mah? bukannya mamah merasa senang atau bahagia bila Serina akan menceraikan anak mamah? kan dari dulu mamah memang ingin aku bercerai dari Bara?" Tanya Serina tersenyum menyeringai.
"Serina itu salah paham, mamah benar-benar tidak rela jika kalian harus bercerai. Maafkan mamah, Serina. Mamah baru sadar selama ini, ternyata kamu adalah menantu sekaligus istri yang baik untuk Bara." Jelas Mayang dengan wajah melas.
"Cuih.......kalau bukan karena Bara dan juga bukan karena aku takut kehilangan ATM berjalan ku, maka aku tidak akan memohon seperti ini!" Batin Mayang menggerutu.
Yah, saat Mayang mendengar pernyataan Bara yang akan diceraikan oleh Serina, Mayang langsung berpikir jika mereka bercerai maka pasti dia akan jatuh miskin. Bagaimana tidak, selama ini Kekayaan keluarga Bara bersumber dari bantuan Serina dan orangtuanya. Bahkan perusahaan yang saat ini dijalankan Bara, itu ternyata adalah milik orangtua Serina. Jadi, Mayang merasa sedikit takut jikalau Serina akan mengambilnya kembali.