Novel ini merupakan kelanjutan dari cerpen Gara-gara Nolongin Bos Galak versi horor komedih nggak pakai putar.
Rachel nggak akan menyangka kalau pertemuannya dengan bos garang bin gahar malam itu merupakan awal dari segala kesialan dalam hidupnya. Asisten Pribadi yang menjadi jabatan yang paling diincar dan diinginkan para ciwik-ciwik di kantor malah jatuh pada cewek cupu macam Rachel, tapi dengan syarat dia harus mengubah penampilannya. Daaaan atraksinya menyambung rambut di salon malah membuat Rachel terus-terusan di ganggu makhluk halus. Akankah Rachel bisa melepaskan diri dari jeratan teror makhluk tak kasat mata itu? we never know...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reina aka dian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Bos
Masa sih aku ngimpi, tapi aku ngerasa badanku kayak melayang-layang gitu. Dan nggak mungkin kan manusia kayak aku bisa terbang, walaupun memang terbukti kecantikanku setara dengan bidadari langit, tapi kan aku nggak punya sayap kayak merpati. Nggak mungkin aku bisa terbang, apalagi badanku yang lemes.
Perlahan mataku membuka, sedikit demi sedikitnaku bisa melihat keadaan sekitar. Dan ada satu sosok yang aku lihat dengan indera penglihatanku.
"Mas Liam? kok ada mas Liam? bukannya aku lagi di mobilnya pak Raga? lah terus ini aku dimana?" ku merepet terus minta penjelasan.
"Kamu istirahat aja, kamu masih lemah..." ucap mas Liam.
"Lemah? lemah apaan? nggak ngerti aku,"
"Kamu disini dulu, aku mau urus yang lain..." kata mas Liam menyentuh kepalaku, dia kemudian pergi keluar dari ruangan ini.
Aku ngeliat keadaan sekitar dan mencoba buat bangun, "Bukan di kosanku. Terus aku ada dimana? ini kamar siapa?"
Badanku kayak orang meriang, dingin, terus mual ada pusingnya juga. Dan yang paling penting, lemesnya nggak karuan. Rasanya buat turun dan berdiri dari tempat tidur aja nggak sanggup dan tak berdaya.
Daripada kenapa-kenapa, aku mending tiduran lagi. Lagian tadi ada mas Liam, beraryi aku ada di tempat yang aman.
"Tapi kenapa ada mas Liam ya? apa pak Raga yang nyuruh mas Liam? tapi bukannya mas Liam itu asisten yang cuma ngurusi urusan kerjaan? lah kalau nungguin aku disini kan bukan jobdesk-nya dia," aku bertanya-tanya.
Tapi perutku yang meronta-ronta ini membuyarkan semua deretan pertanyaan yang ada di otakku ini. Pengennya sih pulang, tapi kalau pulang terus diganggu sama setan juga sama aja bohong. Nggak bisa istirahat juga.
"Kok sekarang kosan berubah jadi angker. Perasaan dulu kosan ini aman-aman aja. Curut aja nggak ada apalagi setan?"
"Jangan-jangan ada persaingan antar pemilik usaha kos-kosan. Jadi mendadak kosanku dapet teror mistis. Iya iya, bisa jadi tuh. Dan kenapa aku yang diincer, kungkin karena random aja, maklum cewek cantik dan kece setam aja suka apalagi manusia. Iya iya pasti kayak gitu," aku ngomong sendiri.
Dan kreeek!
Pintu kebuka.
Kali ininyang masuk titisannya setan, iya pak Raga yang sukanya marah-marah mulu. Masih untung mukanya awet muda, nggak ada kerutan. Coba kalau nggak? nggak akan ada yang betah sama dia, kecuali sama duitnya.
"Sudah lebih baik?" tanya pak Raga.
"Lumayan Pak. Betewe, saya dimana sekarang?"
"Diapartemenku. Oh ya, aku ingetin ya Rachel. Kalau mau pingsan tuh ngomong dulu, jangan main pingsan aja. Kamu itu bikin saya repot!"
"Maaf, Pak. Kan bapak yang maksa saya ikut masuk ke mobil. Bukan saya yang mau. Bapak yang maksa loh. Saya juga tidak ada rencana pingsan di mobil Bapak..."
"Astaga, makin pinter ngejawab aja kamu ya, Rachel...!"
"Ya udah, Pak. Saya memang kerja sama Bapak. Tapi kalau batin saya Bapak injak-injak, lama-lama saya juga tidak tahan!" kataku yang lemes tapi masih aja bisa ngomel.
"Saya ini bos kamu, Racheeel...! kamu berani marahin saya?"
"Terserah Bapak lah, saya mau pulang, maaf merepotkan..." ucapku yang turun dari tempat tidur dan dengan langkah yang dipaksakan, seolah aku udah baikan.
Jangan harap pak Raga ngejar. Nggak lah, emang guweh siapenya dia. Pacar juga cuma sekedar pura-pura doang. Nggak lebih dari itu, jadi jangan berharap bakal dibaikin sama nih orang.
"Perasaan tadi aku liat mas Liam, tapi kok dia nggak ada," ucapku.
Sampai aku berada si luar apartemen, aku nggak ketemu sama mas Liam. Oh, mungkin dia ada kerjaan lain. Padahal kalau ada dia mah mungkin aku bisa minta tolong buat di anterin ke kosan. Udah sore juga soalnya kan, kita takut diculik jurig.
Lagi lemes-lemes nungguin di luar, tiba- tiba ada yang ngangkat badanku.
"Pak, Pak Ragaaaaa!" ucapku yang kelojotan di gendongannya pak Raga.
"Diem, Rachel. Yang ada nanti rok kamu sobek, mau?" kata pak Raga.
Dia bawa aku masuk lagi ke apartemennya, aku cuma diem aja apalagi pas pak Raga nurunin aku, sekarang aku duduk di kursi makan.
"Kata dokter, kamu itu kekurangan gizi. Makanya tadi kamu pingsan di mobil," ucapnya.
"Bukannya aku sudah bayar mahal untuk pekerjaanmu ini? kenapa kamu sampai kekurangan gizi? itu seperti nggak masuk akal," lanjutnya.
"Tidak semuanya perlu anda tau, Pak..." ucapku masih agak kesel sama bos.
Aku pikir, masih enak kerja jadi staff biasa. Kalau pun ngelakuin kesalahan, kena tegurannya nggak kayak gini.
"Makan," ucap pak Raga, dia kasihbaku salad sayur.
Ya Allah pak Raga. Katanya.kitankekurangan gizi, lah ini aku dikasih salad sayur. Apa bedanyaaaaa coba? ngaruhnya apa? Nggak paham aku sumpeh.
Dan ternyata dia ngeluarin sesuatu dari microwave, "Kamu juga butuh protein. Makanlah, aku keluar dulu..." ucap pak Raga.
Dan saat itu aku merasa nggak enak karena udah suudzon duluan. Ternyata walaupun galaknya nggak ada obat, tapi dia punya perhatian juga.
Aku makan apa yang tersaji di meja, "Astaga, dia ngasih makan nggak ngasih minum. Gimana nih, seret guweeehhh!" ucapku pegang leher.
Waktu aku bangkit tiba-tiba aja ada tangan yang nahan aku, aku yang tadinya berdiri kini terduduk lagi.
"Duduk! biar saya ambilkan air, takutnya habis pingsan kamu nggam bisa bedain mana air kulkas mana air keran!" pak Raga ngambil air dari kulkas dari dia naruh gelas itu di samping piringku.
"Jangan buka pintu sembarangan, dan diam saja di dalam!" ucapnya sembari melenggang keluar lagi.
Aku yang shock dengan kehadiran pak Raga yang tiba-tiba itu, "Astaga, kagettttt guweeh, guweeh kagettt sodara-sodara..."
Habis makan dan minum, lumayan sekaranh ada tenaga. Nggak mau dikira cuma bisanya ngotorin piring, jadi aku cuci semua piring dan gelas bekas makanku tadi.
Dan katanya aku disuruh diam aja disini, jadi aku duduk-duduk aja di sofa ruang tengah.
"Di ruangan asing kayak gini juga bikin agak worry ya, walaupun terang benderang ya..." mataku menelisik ke segala sudut.
"Coba aku telfon mas Liam, pasti di hape yang waktu pak bos kasih ada nomornya mas Liam. Takut juga ya kita kalau di tempat baru. kali aja dia dah kelar kerjaan.."
Aku kembali ke kamar, mencoba mencati tas.
"Akhirnya ketemu!" aku mengambil hape dan mulai mengetikkan nama Liam disana.
Aku mulai menempelkan benda kotak itu ke kupingku, tapi hanya ada suara operator.yang menyapa telingaku, "Nomor yang anda putar, salah!"
"Salah?" aku menautkan kedua alis.