Bagaimana rasanya, jika dituduh menyembunyikan lelaki dan berbuat yang tidak-tidak, lalu dipaksa menikahi Lelaki yang baru ia kenal.
Hayu terpaksa menikah dengan Devan, seorang pria yang amnesia, dan membantu lelaki tersebut pulih. Disaat pernikahan berjalan mulus dan romantis, keluarga Devan datang dan membawa pria itu pergi.
Namun, dapatkah Hayu menerima identitas asli Suaminya itu? Dan, berjuang mendapatkan restu kedua orang tua Devan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alisya_bunga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26 – Menjadikannya Milikku!
Lagi-lagi mereka harus canggung, membuat Hayu yakin, jika Suaminya tadi melihat mereka berdua. Baru lihat mereka berdua saja Devan sudah seperti ini, apa lagi jika ketahuan ia mau jalan dengan si gila itu.
"Arghhh!" berteriak kesal.
"Lagi-lagi harus saling diam seperti ini!"
"Aku cape, tapi bagaimana aku harus jujur..." Hayu duduk diatas ranjang dengan wajah kusut.
"Sudahlah, lebih baik aku tidak menambah beban pikirannya. Dia juga sudah bekerja berat setiap hari," gumam Hayu, menyerah.
Sesuai janji, akhirnya ia mau menemui Johan. Tetapi sebelum itu, ia harus melayani Suaminya untuk sarapan.
"Sama kangkung, ya." Hayu hanya bicara sendiri, namun Devan diam.
Huh, dia tetap marah. Apa sebaiknya kubujuk saja?'
"Mas... kok diem aja, sih? Udah seharian loh, salah aku apa coba?" tanya Hayu memelas. Menatap netra mata Suaminya yang berwarna Hazel itu.
Devan menghela nafas kasar. "Ha.... Sudahlah. Aku tidak marah, hanya saja sedang lelah jadi terbawa-bawa," pasrah Devan, tak tega melihat ekspresi Hayu.
Hayu yang tidak percaya, terpaksa harus mengangguk mengerti. "Ya udah. Aku pijitin bentar ya." Hayu meraih bahu Devan, dan memijatnya perlahan.
Devan merasakan kenyamanan di setiap sentuhan Hayu. Sesuatu didalam dirinya seakan meronta-ronta, yang dirinya sendiri belum pernah merasakannya.
Sial? Kenapa lagi dengan ini,' batin Devan tegang.
"Sudahlah. I-ini sudah telat," ujar Devan gagap, membuat Hayu bingung.
"Kamu kena---."
Belum sempat berbicara Devan sudah pergi lebih dulu. Membuat Hayu geleng-geleng mereka lelaki itu belum juga memaafkan dirinya.
"Ha, sebenarnya malas. Tapi mau bagaimana lagi..."
...----------------...
Hayu berjalan gontai, ia tak memakai riasan apapun dan menggunakan baju seadanya. Semua kecantikan itu hanya untuk sang Suami, tidak ada yang boleh memiliki atau melihatnya.(Loh, sekampung dah liat loh😁)
Hayu berjalan mengendap-endap bak maling, karena takut Devan melihatnya. Apa lagi daerah ini dekat dengan daerah kerja Devan.
"Pasti si gila ini merencanakannya! Oke, baiklah kau hebat," gumam Hayu, sambil menunduk.
Habislah aku jika Devan melihatku.'
Greb!
"Akhhh! Ayam!" teriak Hayu kaget reflek menonjok orang yang memegangnya.
Bugh!
"Akh! Sial! Apa-apaan Lo! Mau balas dendam kamu, Yu?" tanya Johan dengan menahan rasa sakit di pipinya.
Hayu menutup mulutnya tak percaya. "Ha? Jo-johan, Astaghfirullah! Maaf, aku tidak tau. Lagi pula kau mengagetkan aku," celoteh Hayu kesal sendiri.
"Makanya lihat-lihat dulu, baru asal nonjok," geram Johan, menatap sinis Hayu.
Bagus juga musibah ini, biar perasaannya tidak enak dan ini cepat berakhir."
"Obati."
"Ogah."
"Ya udah aku----."
"Iya-iya, dasar orang gila."
Hayu dengan terpaksa membeli obat dan menempelkannya di pipi Johan. Mereka menjadi perhatian warga, apa lagi setelah Hayu memberikan kebenaran tentang dirinya dan Devan. Tetapi sekarang gadis itu malah berduaan dengan lelaki lain dan sembunyi-sembunyi lagi.
"Lihat itu si Hayu. Kemarin aja bilang enggak bersalah, sekarang udah main pria aja," ujar Ibu-ibu menggosip.
"Iya, gak tahu malu emang. Baru kemarin kita percaya, sekarang dia berbuat."
Hayu yang mendengar mencoba terus untuk menebalkan telinga juga hatinya. Agar tidak terpancing, jika bukan karena Johan yang memaksanya mana mau dia disini apa lagi bersama Johan.
"Apa yang kau pikirkan, cepat obati!" sentak Johan.
"Iya-iya sabar."
Tanpa mereka sadari, dari tadi ada seseorang yang memerhatikan mereka. Siapa lagi jika bukan Suami tercinta Hayu. Lelaki itu mengepalkan tangannya erat hingga buku-buku kukunya memutih bahkan wajahnya memerah padam menahan rasa kesal dan amarahnya.
"Sialan! Brengs*k! Apa yang mereka lakukan dengan diam-diam seperti ini dibelakangku!" bentak Devan meninju kayu-kayu hingga tangannya berdarah.
"Aku tidak akan membiarkan Hayu direbut! Aku akan menjadikannya milikku! Hanya milikku!"