Seorang gadis dengan penampilan yang dekil bernama Aruna Melisha bertunangan dengan seorang pria tampan yang bernama Arseno Arion dan berakhir bersamaan dengan meninggalnya kedua orang tua Aruna. Enam tahun kemudian mereka bertemu kembali dengan keadaan sang gadis yang berbeda.
"Apa hubungan kqmu dengan gadis dekil ini ?" Arion menatap sekretarisnya dengan tatapan menuntut.
Apa yang akan terjadi selanjutnya ? Apakah Aruna ataupun Arion akan berdamai ? Jangan lewatkan ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mahabbah Cinta Sang Mantan ~ 26
Arion segera memindahkan tangannya saat merasakan pergerakan Aruna. Dan kembali memejamkan matanya. Beruntung Arion memiliki kepekaan pada sekitarnya sehingga bagaimanapun nyenyak tidurnya, ia secepat kilat terbangun.
"Astaga ! Sejak kapan pria ini tidur di sini." Gumam Aruna menggeser badannya kemudian meninggalkan Arion yang masih tertidur pulas.
Setelah Aruna menutup pintu kamar, Arion membuka matanya dan tersenyum lebar. Jika Aruna tahu perbuatannya pastilah gadis itu akan mengamuk sejadi-jadinya. Perlahan Arion bangun dan mengikuti Aruna keluar dari kamar sambil meraih ponselnya yang berkelap kelip tanda panggilan masuk, ia sengaja mensilentkan ponselnya sejak pagi.
"Halo ,,," Sapa Arion pada sang penelepom.
"Aku sama Restu ada di teras rumah bini loe. Cepat keluar ,,, jangan dikamar melulu, masih sore." Pungkas Putra sambil terkekeh diujung telepon.
Tanpa basa basi Arion segera memutuskan panggilan seluler sahabatnya kemudian bergegas menuju teras. Kerabat Aruna menatap Arion tanpa berkedip. Mereka sangat mengagumi ketampanan Arion. Apalagi yang masih gadis, dengan terang-terangan mereka mengungkapkan kekagumannya sehingga membuat Arion risih.
"Kalau saja Aruna mau berbagi suami, aku mau jadi pendaftar pertama." Ucap seorang gadis tanpa malu-malu.
'Kalian gak tahu aja, perjanjian yang dibuat saudaramu.' Batin Arion berjalan dengan langkah cepat agar tak mendengar kata-kata yang membuatnya malu sendiri.
Walaupun bukan hal yang baru baginya mendengar kata-kata ambigu dari para wanita akan tetapi ia tak ingin Aruna semakin menjauh dan kesalahpahaman mereka semakin melebar.
"Lho, pengantin baru kok wajahnya masih kusut aja ,,," Putra mulai menjahili sahabatnya.
"Itu tandanya baru bangun bego*." Arion benar-benar kesal pada sahabatnya yang satu ini.
Saat ijab qabulnya, sahabatnya itu tak menampakkan batang hidungnya. Padahal ketika tahun lalu Putra menikah, semua yang tanggung biaya pernikahannya adalah Arion kecuali maha tentunya. Putra masih memiliki harga diri.
"Sorry bos, tugas abdi negara memang seperti itu. Makanya aku datang bersama asisten kesayanganmu."
Restu mendelik tajam mendengar ucapan Putra. Asisten kesayangan apa ? disiksa dengan pekerjaan yang banyak setiap hari, mana bisa dikatakan sebagai kesayangan.
"Jangan mengomel dalam hati. Ngomong aja terus terang ,,, palingan dipotong bonus." Ucap Arion menatap Restu yang juga sedang menatapnya cuek.
Arion sangat memahami isi kepala Restu hanya dengan melihat sorot matanya saja. Demikian pula dengan Restu dan Putra. Batin mereka sudah saling terikat sehingga ketiganya bisa saling mengerti.
"Ya sudah, gak apa-apa. Tapi kalian berdua harus menemaniku semalaman disini. Nanti aku yang ijinkan sama Shinta." Lanjut Arion tak ingin dibantah.
"Astaga malam ini kan waktunya aku minta jatah sama istri." Ucap Putra frustasi.
Seminggu ini ia tak bisa menyentuh sang istri sama sekali karena sedang menst***si. Dan siang tadi ia melihat istrinya keramas yang berarti bahwa istrinya sudah boleh disentuh dan diapa-apain. Tapi semua harus gagal gara-gara pengantin baru ini. Akhirnya dengan berat hati Putra memberikan ponselnya padahal Arion
"Diotakmi hanya jatah saja. Setidaknya biarkan Shinta bebas semalam saja." Sinis Restu.
"Makanya cepat nikah agar kamu merasakan nikmatnya melakukan dengan pasangan halal. Jangan seperti bosmu yang suka JAJAN untuk memenuhi hasratnya." Sarkas Putra tak sadar jika Aruna mendengar ucapannya.
Karena disuruh oleh nenek Sarah untuk memanggil Arion makanya Aruna menyusul ke teras, tadi ia melihat Arion berjalan ke arah teras tapi kemudian Aruna menghentikan langkahnya manakala mendengar pembicaraan ketiga pria dewasa itu. Aruna terhenyak, ia tak menyangka pria yang kini menjadi suaminya ternyata selalu melakukan perzinahan. Pantas saja kekasihnya selalu memakai baju kurang bahan.
Aruna menarik napas panjang mengetahui hal itu. Ia tak melanjutkan langkahnya menemui Arion. Aruna membalikkan tubuhnya tak ingin mendengar lebih lanjut pembicaraan mereka. Sudah cukup baginya mengetahui kelakuan Arion.
Ternyata lingkungan yang baik dimana kita hidup tidak menjamin perilaku kita juga akan baik. Bukti dirinya dan Arion. Aruna hidup enam tahun di negara barat yang pergaulannyq bebas namun ia tak terjebak. Sedangkan Arion yang hidup di negara timur yang memegang teguh tradisi akan tetapi memiliki hobby JAJAN. Semua tergantung pribadi masing-masing.
'Aku tak ingin tertulis penyakit. Entah dengan wanita mana saja pria itu melakukannya.' Batin Aruma terus berjalan menghampiri sang nenek.
"Sayang, nak Arion mana ? Sejak tadi dia belum makan lho." Ucap nenek Sarah lembut.
"Dia sedang bersama pak Restu dan seorang lagi tamunya, nek. Suruh aja bibi menata makanan dimeja, biar mereka makan bersama. Sekalian dengan kerabat yang lain biar lebih akrab." Balas Aruna asal.
"Jangan gitu ,,, manatahu tamunya gak nyaman."
"Ya sudah, gimana baiknya aja menurut nenek." Ucap Aruna santai.
"Bi, tolong siapakah makanan untuk nak Arion dan tamunya." Titah nenek Sarah
"Ikut nenek, sayang ,,," Lqnjut nenek Sarah berdiri dari duduknya dan menarik lembut tangan Aruna masuk ke dalam kamarnya.
Aruna mengikuti sang nenek. Ia tahu apa yang akan dibicarakan oleh sang nenek. Batinnya menangis ingin meneriakkqn apa yang baru saja ia dengar tentang Arion, pria yang pagi tadi menikahinya namun rasa sayangnya pada sang nenek membuatnya tetap bungkam.
"Sayang, nenek tahu jika kamu tak menginginkan pernikahan ini, cobalah membuka hatimu sedikit saja agar hati dan pikiranmu bisa menerima alasan nak Arion enam tahun lalu." Ucap nenek Sarah sendu.
Sungguh Aruna tak mampu melihat mata sendu sang nenek. Tapi untuk saat ini Aruan belum bisa menerima takdirnya saat ini. Apalagi baru saja terkiak kenyataan sisi gelap kehidupan seorang Arion. Ia saja menjaga dengan baik kesuciannya, sangat tidak adil, bukan ?
"Semua butuh proses, nek. Semoga saja suatu saat semua sesuai dengan keinginan nenek." Balas Aruna tak ingin mengecewakan nenek kesayangannya.
"Nenek takut jika nak Arion tak bisa menunggu, nak. Tak ada yang bisa menjamin nak Arion jika pada kenyataannya banyak wanita yang mengantri menunggu cinta nak Arion."
"Jika memang hal itu terjadi, berarti kami memang tidak berjodoh."
Airmata nenek Sarah menetes mendengar ucapan Aruna, cucu satu-satunya yang ia miliki. Nenek Sarah tak pernah menyangka jika Aruna akan sekeras ini bahkan mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri pun, Aeuna masih menolaknya.
"Maafkan Runa jika menyakiti perasaan nenek." Lanjut Aruna menghapus airmata nenek Sarah.
Suasana kamar berubah sunyi. Aruna tak tahu harus bagaimana menenangkan sang nenek sedangkan nenek Sarah menyalahkan dirinya sendiri yang memaksa Aruna menikah dengan Arion. Hingga ketukan di pintu memecahkan kesunyian diantara mereka.
Tok
Tok
Tok
"Ada apa, bi ?" Tanya Aruna membuka pintu sedikit.
"Den Arion dan tamunya sudah di meja makan. Mereka mencari non Runa."
"Nek, Runa keluar dulu." Pamit Aruna dan dibalas dengan anggukan kepala oleh nenek Sarah.
Aruna menarik napas panjang sebelum keluar dari kamar sang nenek. Rasanya sangat malas untuk sekedar menatap wajah Arion. Namun semua itu tak boleh ia perlihatkan pada Restu dan temannya.
🌺🌺🌺🌺