NovelToon NovelToon
Cinta Cucu Sang Konglomerat

Cinta Cucu Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ichi Gusti

Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nyeri Dada Badriah

Keheningan menyelimuti ruang tamu sekaligus ruang keluarga di rumah sederhana yang ditinggali oleh Badriah dan cucunya. Hanya suara jam dinding yang menemani kedua lanjut usia itu.

Selang beberapa saat, Badriah menghela nafas lalu melepaskan dengan berat.

"Sudah lama sekali ya, Tuan!"

Adi Wijaya tersentak. Sejak memasuki ruangan itu, pandangan nya telah menyapu seluruh ruangan dan berhenti tepat di belakang tuan rumah. Jarak beberapa meter dari posisi duduknya terdapat sebuah potret keluarga di dinding.

Senyuman dan tatapan mata jernih milik Harry seakan menusuk jantungnya. Harry duduk bersanding di sebuah kursi bersama istrinya yang berwajah ayu. Seorang anak perempuan tampak memperlihatkan deretan gigi yang tidak penuh karena telah lepas, di pangkuan Harry.

"Iya. Sudah lama sekali," jawab Adi bergetar.

"Jadi, apa yang membuat Tuan datang ke gubuk kami ini?" tanya Badriah dengan suara yang juga bergetar. Ia berusaha menatap lawan bicaranya, mencoba untuk tidak memperlihatkan rasa takut maupun gentar.

Terlintas di ingatan Badriah bagaimana dulu Adi Wijaya berusaha memisahkan putrinya-Shofia- dengan Harry yang merupakan putra dari pria itu.

Apalagi terjadinya peristiwa nahas yang menimpa Harry dan Shofia juga kemungkinan karena campur tangan dan orang-orang kiriman Adi Wijaya. Tapi sekali lagi, ini hanya prasangka. Toh tidak mungkin seorang ayah kandung menyakiti darah dagingnya sendiri, pikir Badriah lagi.

Adi Wijaya menengadah, mengambil napas.

"Mari kita lupakan masa lalu!" ucapnya kemudian.

Badriah meremas tangannya di pangkuannya. "Ya. Saya setuju. Mari kita lupakan masa lalu." Ia mengangguk. "Jadi apa hanya itu tujuan anda ke sini?"

Adi wijaya berusaha tersenyum membalas tatapan tajam wanita baya di depannya. Andai tadi ia tidak menolak air minum yang akan dibuatkan Anna, tentu ia bisa membasahi tenggorokannya yang kering saat ini. Adi menggeleng. "Tidak. Tentu saja bukan hanya itu." Pandangan Adi beralih ke foto wisuda seorang perempuan cantik di dinding samping mereka.

DEG!

Badriah pun mengikuti arah pandangan Adi. Ia merasakan dada sebelah kirinya berdenyut nyeri. Nafasnya pun mulai terasa keras tak teratur.

Tidak tahan akan rasa nyeri yang semakin meremas jantungnya, Badriah pun berdiri. Dengan langkah sempoyongan berlalu menuju kamarnya.

Tangan tua Badriah yang bergetar menarik laci nakas di samping tempat tidur, mengeluarkan kantong kresek bungkusan obat. Memilih beberapa jenis pil lalu ia menegak obat-obatan itu bersama air putih yang tersedia di atas nakas.

Badriah duduk di tepi tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar, membiarkan obat yang baru saja masuk ke tubuhnya untuk bereaksi.

**

Satu setengah bulan lalu...

"Ibu harus dipasang cincin di sini!" dokter jantung yang sepertinya seusia dengan putranya yang telah tiada menunjuk hasil echocardiogram yang memperlihatkan gambar hitam putih organ jantung Badriah. "Ibu lihat, aliran darah yang membantu jantung untuk bekerja sudah hampir tersumbat penuh. Kalau tidak segera ditindak, akan ada kemungkinan serangan berikutnya!"

Dua jam yang lalu, Badriah tiba-tiba pingsan di halaman rumah. Beruntung Nimas- ibu Tony- menyaksikan itu dan segera melarikan Badriah ke Rumah Sakit bersama bantuan tetangga. Setelah mendapatkan pertolongan pertama dan beberapa pemeriksaan, Badriah dinyatakan menderita jantung koroner.

"A-apa tidak bisa sembuh dengan minum obat saja, Dok?" tanya Badriah lemah. Di sampingnya, Nimas menggenggam jemari tua Badriah, memberi kekuatan kepada tetangganya itu.

Dokter menghela napas. "Sejauh ini, obat-obatan tidak banyak membantu untuk kasus seperti ini."

Badriah dan Nimas saling pandang. "Berapa persen kemungkinan sembuh jika dipasang cincin, Dok?" tanya Nimas.

"Kemungkinan pulih cukup besar, tapi..."

"Tapi apa, Dok?"

"Tapi perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dan persiapan untuk tindakan tersebut. Karena saat dilakukan tindakan bisa saja terjadi henti jantung."

Badriah memejamkan mata. Ia mengerti maksud sang dokter bahwa prosedur tindakan itu bisa saja membuat dirinya meninggal dunia. Sudut matanya menghangat. Bayangan suami dan putri nya yang telah tiada berputar-putar bersama bayangan Anna.

Badriah tidak takut kehilangan nyawa, namun mengingat Anna akan tinggal seorang diri...

Nimas memijat bahu Badriah. Ia pun ikut terisak.

"Kalau begitu saya permisi dulu, karena harus melayani pasien di poliklinik. Semua keputusan kami serahkan ke pasien. Nanti akan ada suster yang memberi penjelasan lebih lanjut."

Badriah hanya bisa mengangguk, memperhatikan punggung dokter itu berlalu dari ruang periksa.

"Tolong jangan bilang ke Anna. Ibu ga mau menyusahkan anak itu!" ucap Badriah kepada Nimas yang masih setia di sampingnya.

Nimas pun mengangguk, meski sebelumnya ia berniat memberitakan keadaan Sang Nenek kepada Anna yang sedang berada di kota lain mengurus pengambilan ijazah nya.

**

Badriah kembali muncul ke ruang tamu setelah nyeri di dadanya tak lagi dirasakan.

"Apa Tuan akan menjamin kebahagiaan Anna, jika saya melepasnya pergi?"

Adi Wijaya menatap wanita baya di depannya. Ia takjub, wanita itu mengerti dan tahu maksud serta tujuan nya. Bahkan ia belum bicara sepatah kata pun tentang tujuan nya itu. Sekali lagi ia menyesali perbuatan nya dahulu.

Andai saja ia tidak arogan, menganggap wanita pilihan putranya beserta keluarga hanyalah orang-orang desa yang materialistis sehingga ia tidak merestui pernikahan itu, mungkin saja sekarang putranya masih hidup dan melanjutkan kerajaan bisnis mereka.

Tentu saja kali ini Adi tidak bertindak tanpa menyelidiki keadaan keluarga ini terlebih dahulu. Adi tahu kalau besan yang tidak diakuinya ini sedang menderita penyakit jantung. Cucunya, tidak lagi punya keluarga dekat lain. Inilah saat nya bagi Adi untuk menebus kesalahannya di masa lalu.

"Tentu saja Anna akan mendapatkan haknya sebagai putri dari anak kandungku." Adi berkata tegas. "Tapi soal kebahagiaan..." mata Adi berkaca-kaca. Jika harta dan kedudukan menjamin kebahagiaan, maka putranya tidak akan berakhir seperti itu. Usia telah menunjukkan kepada pria itu bahwa kebahagiaan tidak bisa dibeli.

Badriah tersenyum. "Akhirnya anda mengerti," ucapnya. Sekarang, Badriah tidak lagi perlu mengkhawatirkan masa depan cucunya. Anna akan berada di tangan orang yang tepat. Ia akan mendapat kasih sayang kakek yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

**

Matahari sudah condong ke ufuk Barat saat dua anak muda berlainan jenis masih tertawa-tawa keluar dari sebuah sungai di kaki bukit.

"Ga kerasa udah sore aja!" seru Anna yang memegangi bagian bawah bajunya, agar pakaian itu tidak mencetak lekuk tubuh bagian depannya.

Tony mengangguk, berusaha mengalihkan perhatian dari tubuh basah Anna yang membuat tenggorokan nya tiba-tiba terasa kering.

"Bang Tony! Kak Anna! Besok mandi di sini lagi ya!" seruan dari arah sungai membuat kedua orang itu serentak mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Beberapa bocah laki-laki dan perempuan tampak masih asik mandi-mandi.

"Ya!" jawab Anna dan Tony serempak. Lalu mereka saling pandang kemudian tertawa. Seru!

Setelah berlarian di pematang sawah tadi, mereka duduk-duduk di tepi sungai, lalu ikut berbasah-basahan dan mandi-mandi bersama bocah-bocah tetangga mereka. Berbagai permainan mereka mainkan hingga waktu tak terasa berlalu.

"Ayuk, kejar gue kalau lo mampu!" Tony menepuk pundak Anna lalu mendahului gadis itu berlari melewati jalanan kecil di tepi sawah menuju rumah mereka.

Anna menggigit bibirnya sebal. "Jangan tinggalin gue, Ton! Tunggu!" ia pun ikut berlari menyusul Tony yang menertawakannya.

1
Juliana Pieter
thir mana lanjutannya
Ichi Gusti: lagi direview🤭
total 1 replies
&-miss chan-&
Bikin merinding! 😱
Mưa buồn
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Ichi Gusti: terima kasih atas dukungan nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!