ATMAJA FAMILY SERIES#1
"Bagaimana jika aku melunaskan saja semua biaya operasi ayahmu itu?" ucap dingin pria tinggi berwajah tampan.
Wanita yang berada dihadapannya itu menatapnya berbinar. "Beneran Dok? terimaksih Dokk terimakasih banyak."
"Tapi semua itu tidak gratis." Dokter itu menarik smrik-nya.
"Mak-maksud dokter?"
"Aku akan melunaskan semua biaya operasi ayahmu itu serta pengobatannya sampai dia sembuh dan bayarannya kau harus bersedia menikah dengan ku."
Bagaimana jadinya jika seorang dokter tampan tiba-tiba berbaik hati melunaskan pengobatan ayah dari gadis tak mampu seperti Elena tapi semua itu tidak gratis, Elena harus membayarnya dengan kehidupan dan masa depannya itu.
Apakah Elena menerima tawaran Dokter itu? bagaimana kelanjutannya?
SELAMAT MEMBACA❤
[ JANGAN LUPA DUKUNGAN NYA DENGAN LIKE, VOTE DAN KOMEN YA! JANGAN LUPA FOLLOW BIAR GAK KETINGGALAN UP ]
Cover by Pinterest.
Copyright 2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EvaNurul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB24: Menikah
HAPPY READING GYUS🍁
Jangan lupa tinggalkan jejak ya! Like,vote,komennya❤ Itu sangat berarti untuk authornya^^
↪↪↪
"Bagaimana para saksi, Sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah."
Rumah sakit tiba-tiba digemparkan dengan adanya pernikahan, tepatnya pernikahan yang diadakan di ruangan pasien atas nama Dimas. Ya! siapa lagi kalo bukan pernikahan Elena dan Bryan?
Abraham tersenyum miring menatap anak pertamanya. Akhirnya Bryan menikah juga, ia memang merencanakan ini semua karna menurutnya pria itu lambat mengambil keputusan menikahi gadis pujaannya itu. Tak hanya Abraham yang bahagia, Meldi selaku Ibu kandung dari Bryan pun tersenyum bahagia. Ia jadi tidak sabar menimang cucu dari menantunya ini.
Lain dengan wajah Chaca, gadis itu menatap malas ijab kabul ini sedangkan Aiden tersenyum manis menatap sang Kakak yang sudah menikah dan menjadi suami, menurutnya Kakak iparnya juga lumayan cantik jadi cocok lah jika disandingkan dengan Bryan.
Elena menunduk. Hari ini, jam ini, detik ini dirinya resmi menjadi istri dari seorang Bryan. Bahagia? tidak, dirinya tidak menyukai hal ini, pernikahan paksa yang hanya untuk menguntungkan satu sama lain. Sedih? iya, Elena dulu bermimpi ingin menikah dengan pria yang benar-benar mencintainya dan dirinya cinta juga, bukan seperti ini.
Bryan menatap Elena dengan wajah dingin. Gadis itu terlihat diam menunduk, apa Elena benar-benar tidak menyukai pernikahan ini? jelas-jelas banyak wanita yang ingin bersanding dengannya disini namun gadis itu malah terlihat tidak senang membuatnya sedikit kesal.
Setelah mendatangani surat-surat pernikahan dan memasang cincin satu sama lain penghulu pun pamit dengan beberapa saksi yang dibayar Abraham. Nampak Meldi dan Aiden masih mengabadikan momen ini, mereka berfoto dan merekam setiap adegan yang terjadi.
Dimas kembali ke kasurnya setelah melaksanakan tugasnya menjadi wali dari anaknya, ia terharu sekaligus bahagia. Sekarang tanggung jawabnya sudah berpindah pada Bryan selaku suami sah dari putri keduanya. Ia sedih karna anak pertamanya tidak datang kesini, apa Putri tidak tau jika adiknya akan menikah hari ini?
Ruangan sudah mulai lega, disini hanya tersisa Elena, Dimas serta Bryan dan keluarganya.
"Selamat ya sayang, mulai sekarang kamu resmi jadi bagian keluarga Atmaja." Meldi tersenyum lalu memeluk lembut Elena. Ia sudah menganggap gadis ini sebagai anaknya.
Elena membalas pelukan Meldi dengan tersenyum. Ia harus mencoba menjalani semua ini dengan segenap hati, untuk kedepannya Elena akan memikirkan nanti.
Abraham menatap Bryan dihadapannya lalu ia mendekat ke tubuh sang Anak. Ia tersenyum miring menatap wajah dingin Bryan. "Kau sudah menjadi seorang suami, Papah harap kamu bisa memegang tanggung jawabmu," ucap Abraham dengan menepuk-nepukkan tangannya pada bahu pria dihadapannya.
Bryan mengangguk singkat menatap sang Ayah. Ia sebenarnya sedikit kaget dengan rencana ini namun dirinya mencoba untuk tetap tenang karna ia tau bagaimana sikap Abraham.
"Pulang yuk Mah! Pah! Chaca banyak tugas nih di rumah." keluh Chaca menatap semua orang dihadapannya. Ia sudah gerah sedari tadi berada disini.
Abraham menatap tajam anak terakhirnya itu membuat yang ditatap diam tak berkutik.
Meldi melepaskan pelukannya lalu menatap Elena lalu mengalihkan tatapannya pada Bryan. "Karna kalian udah resmi, jadi malam ini dirumah bakal diadain pesta pernikahan." Meldi tersenyum senang. "Jadi nanti kalian pulang jangan malam-malam ya." lanjutnya.
Elena tersenyum lalu mengangguk.
"Yasudah Papah sama Mamah pulang dulu, ingat! sore nanti kalian sudah harus berada dirumah." Abraham lantas mengenggam lengan Meldi dan berjalan keluar dari ruangan ini setelah berpamitan dengan Dimas.
Chaca yang melihat itu ikut keluar tanpa mengatakan apapun sedangkan Aiden terlebih dahulu mendekat kearah Kakak Iparnya.
"Selamat ya Kak! Kakak resmi jadi menantu keluarga ini." Aiden tersenyum manis menunjukan kedua lesung pipinya lalu memeluk Elena erat.
Elena membulatkan matanya mendapatkan pelukan dari Aiden, ia sedikit melirik Bryan namun terlihat pria itu biasa saja. Elena pun lantas menerima pelukan itu lembut.
Tak lama Aiden melepaskan pelukannya. Pria itu memang ramah dan murah senyum lain dengan sang Kakak-Bryan yang sangat irit dan pelit senyum.
"Kalo gitu Aiden pulang dulu ya Kakak Ipar." setelah itu Aiden pun melangkah keluar dari ruangan ini.
"Elena?"
Mendengar nama suara itu membuat Elena berbalik dan berjalan mendekati ranjang sang Ayah.
"Iya Pak? Bapak gapapa kan?" tanya Elena.
Bryan ikut mendekat kearah tempat tidur itu.
Dimas menggeleng pelan. "Bapak gapapa kok. Semoga pernikahan kalian langgeng ya." Dimas tersenyum lalu mengalihkan tatapannya pada Bryan. "Nak Bryan, tolong jagain Elena dengan baik ya. Bapak harap kamu bisa bahagian Elena." lanjutnya sendu.
"Iya Pak." Bryan tersenyum singkat nyaris tidak terlihat.
"Bapak lebih baik istirahat ya Pak, Bapak kan baru sadar pasti Bapak cape," ucap Elena dengan menggenggam erat lengan sang Bapak.
Dimas mengangguk lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Ia mulai memejamkan matanya untuk tidur, dirinya cukup lelah sekarang.
Akhirnya Dimas tertidur setelah beberapa menit dia memejamkan matanya. Elena sedikit mengelus pelan puncuk sang Bapak dengan senyum manis diwajahnya.
Drttt..drtt..
Terdengar suara getaran dari arah meja, Elena menatap asal suara itu yang tak lain berasal dari ponsel miliknya.
Mendengar getaran yang tak kunjung henti Elena pun berjalan mendekati meja untuk melihat handponenya.
Disana tertera panggilan dan sebuah nama diatasnya Elena melirik sekilas Bryan lalu berjalan keluar dari ruangan ini untuk mengangkat telpon tersebut.
Sampai didepan ruangan Elena pun mengangkat telpon itu lalu meletakannya pada telinganya.
"Hallo?"
"Bapak kamu gimana Na? udah sadar? Maaf Mbak tadi pulang dulu sebelum kamu datang soalnya Mbak di telpon majikan." ucap seseorang dari ujung sana. Yang menelpon adalah Merlin, tetangga dari Elena.
"Udah sadar kok Mbak, Mbak gak perlu minta maaf seharusnya Elena yang minta maaf soalnya udah ngerepotin Mbak selama ini." jawab Elena tak enak, Merlin lah yang menjaga Bapaknya selama ia kerja dan saat Bapaknya masuk kerumah sakit, Merlin selalu menjenguk sang Bapak jadi Elena merasa hutang budi pada wanita beranak satu itu.
"Alhamdulillah kalo udah sadar. Mbak gak ngerasa direpotin kok Na, Mbak udah anggep Pak Dimas seperti Bapak Mbak sendiri, Mbak juga nganggep kamu sebagai adik Mbak sendiri."
Elena tersenyum manis, andai saja yang berbicara ini adalah Putri-sang Kakak namun sayangnya itu mustahil jika Putri menganggapnya adik.
"Kalo gitu udah dulu ya Na, nanti Mbak kesana buat jenguk Bapak kamu." lanjut Merlin.
"Iya Mbak."
Bip.
Sambungan pun terputus, Elena tersenyum diam. Ia merasa senang karna Merlin menganggapnya sebagai adik dan ia pun sebenarnya menganggap Merlin sebagai Kakaknya juga setelah Putri.
Huh!
Setelah dirasa sambungan ponselnya sudah mati Elena pun berbalik untuk m
kembali masuk kedalam ruangan Dimas.
"Aaa!" Elena membulatkan matanya tersentak kaget. "Do-dokter sejak kapan disini?!"
Bryan meletakan kedua tangannya disaku celana lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Elena.
"Dok-dokter mau ngapain?!" ucap Elena dengan waspada, ia harus menjaga dirinya karna status mereka sudah halal dan sah dimata hukum. Elena harus berjaga-jaga takut hal yang tidak-tidak terjadi.
Wajah mereka sudah sangat dekat. Elena menatap mata Bryan yang menatap tajam dirinya, jantungnya sedari tadi sudah mulai berdetak tak karuan.
Ya tuhan tolong jauhkan pria ini dari hadapanku
Tak lama wajah Bryan menjauh dari hadapan Elena. Ia masih menatap gadis dihadapannya dingin. "Siapa yang menelpon tadi?"
Jantung Elena masih berpacu dengan cepat sekarang. Ia sesegera mungkin menormalkan jantungnya. "Mbak Mer-Merlin." jawab Elena gugup.
Bryan menaikkan sebelah alisnya tak percaya namun ia menghela nafasnya pelan. "Yasudah, aku akan menjemputmu nanti sore disini, sekarang aku harus pergi." setelah mengatakan itu Bryan pun berjalan menjauh dari Elena.
Elena menatap kepergian Bryan. Pria itu sekarang sudah menjadi suami sah nya, hal ini bagaikan mimpi baginya, ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi tadi.
Ia yakin mulai hari ini hidupnya akan berubah. Entah akan bahagia atau menderita dengan pernikahan ini namun ia hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan baik-baik saja.
↔↔↔
Jangan lupa tinggalkan jejak dibawah ini ya✨
Salam manis semuanya😗