Info novel 👉🏻 ig @syifa_sifana
Salah sambung hingga berakhir pacaran. Sepasang kekasih yang sudah siap menikah harus kandas karena sebuah kecelakaan.
Restu terlepas, seorang anak harus berbakti pada orangtuanya dengan menikahi wanita pilihan mereka.
Bertemu kembali dengan status berbeda, dengan harapan ingin kembali dengan cinta lama.
"Aku tidak ingin menikahi bekas orang!" kalimat penegasan keluar dari bibir seorang mantan.
Strategi meraih mantan tercinta hingga berujung pada sebuah pernikahan.
Perjuangan mendapatkan cinta kembali dari sang mantan hingga air mata menjadi saksi bisu.
Inilah kisah Terpaksa Menikahi Mantan yang penuh dengan tawa dan air mata.
Lanjutan novel ini 👉🏻 Sang Penakluk Playboy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Sifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pamit
Setelah melakukan perjalan yang begitus melelahkan, akhirnya mereka semua tiba di kediaman Roni.
"Alhamdulillah akhirnya kita sampai juga" ucap Roni membuka membuka pintu mobil.
Mereka semua keluar dari mobil, dan Raka juga mengeluarkan semua barang yang mereka bawa tadi sekaligus dengan teh yang ia minta saat berada di kebun teh.
"Masih ada yang tinggal?" tanya Reno menatap Raka.
"Gak ada. Semuanya sudah aku keluarin dari mobil" jawab Raka melihat semua barang sudah di bawah.
Reno menganggukkan kepalanya dan memasukkan mobil ke dalam garasi rumah.
Raka membawa masuk semua barang ke dalam rumah tanpa terkecuali.
Setelah semua selesai mereka masuk ke kamar dan membersihkan tubuhnya kemudian membaringkan tubuhnya yang kaku setelah perjalanan yang begitu melelahkan tapi menyenangkan.
-----
Pagi-pagi Raka sudah siap-siap hendak balik ke Jakarta. Sebelum balik ke Jakarta, ia menyempatkan dirinya dulu untuk sarapan pagi bersama dengan keluarga Melisa.
"Morning" ucap Raka sembari duduk di samping Melisa.
"Morning Mas" ucap Melisa menatap Raka dengan tersenyum bahagia.
"Makan dulu nak!" titah Maya.
"Iya Tan" Raka mengambil nasinya dan memakannya.
"Oh ya! Aku hari ini izin pamit pulang Jakarta ya!" ucap Raka menatap mereka semua.
"Cepat banget kok? Kenapa gak nanti sore saja?" sahut Roni menatap Raka.
"Rencananya mau nginap disini selamanya, tapi diusir sama Lisa, om" celoteh Raka melirik Melisa yang sedang makan.
"Lho kok aku?" Melisa tersentak kaget dengan ucap Raka.
"Kamu ngusir Irsyad dari sini?" tanya Maya melirik Melisa.
"Gak kok" ucap Melisa menggeleng-geleng kepalanya.
"Hahaha.. Sebenarnya bukan gitu om, tante. Aku harus secepatnya balik ke Jakarta karena masih ada beberapa berkas yang belum aku siapkan untuk meeting besok pagi" jelas Raka dengan serius sembari menahan tawanya melihat Melisa yang begitu polos.
"Nah kan! Memang ngaco ni orang" celoteh Melisa kesal.
"Sorry! Tapi kalau aku balik ke Jakarta, jangan rindu ya!" ucap Raka menyungging bibirnya.
"Ya gak lah" ucap Melisa spontan.
"Yang benar tuh? Jangan nanti nangis-nangis mau ketemu aku" sahut Raka dengan kepercayaan diri yang penuh.
"Lah! Siapa juga yang rindu. Narsis banget jadi cowok" celoteh Melisa memanyunkan bibirnya.
"Biarin" sahut Raka tersenyum sumringah.
"Ya Allah mimpi apa aku kenapa aku bisa pacaran dengan lelaki narsis seperti Mas Irsyad?" gerutu Melisa menggeleng-geleng kepalanya.
"Kalian ini selalu bertengkar gak di meja makan gak dimanapun selalu bertengkar" celetuk Reno menatap Raka dan Melisa.
"Dia duluan kak!" sahut Melisa menunjuk Raka.
"Dekat bertengkar, giliran jauh rindu" celetuk Maya sembari makan.
"Oh ya om, tante! Aku harus segera berangkat ni" ucap Raka sembari melirik jam di tangannya.
"Habisin dulu makananmu baru boleh pergi" sahut Roni melihat makanan di piring Raka masih banyak.
Raka menganggukkan kepalanya dan melanjutkan makannya sampai habis.
Setelah selesai makan mereka semua mengantar Raka sampai ke depan pintu.
Raka mencium tangan orangtuanya Melisa dan juga bersalaman dengan Reno.
"Sayang! Aku pamit ya" ucap Raka sembari berlutut di depan Melisa.
"Iya. Hati-hati ya!" jawab Melisa sembari tersenyum.
"Iya. Cepat sembuh ya! Ingat ada aku atau gak ada aku di sampingmu kamu barus tetap berjuang untuk sembuh, apapun yang terjadi jangan pernah menyerah, Insyaa Allah suatu hari nanti sayang pasti bisa jalan kembali dan aku akan selalu menunggumu" tutur Raka dengan penuh cinta dan kata-katanya keluar dengan sendirinya karena kata-kata itu berasal dari lubuk hatinya.
"Iya. Bawel deh" sahut Melisa tersenyum sumringah.
"Aish.. Capek-capek aku rangkai kata-kata malah dibilang bawel" keluh Raka memanyunkan bibirnya.
"Ya sudah Mas cepat pulang gih! Ingat! Jangan sampai rindu" ucap Melisa menyungging bibirnya.
"Aku akan selalu merindukanmu, nanti tinggal video call untuk mengobati rasa rindu aku, dan kalaupun gak mempan, aku akan terbang kesini untuk menemuimu" cerocos Raka bak syair sang pujangga.
"Mas memang paling bisa gombalin aku" celetuk Melisa menyeringai.
"Itu bukan hanya sekedar gombal, tapi itu kata-kata murni dari hati ku terdalam" celoteh Raka memegang dadanya.
"Mana coba lihat?" tanya Melisa menyeringai.
"Mau lihat?" Raka hendak membuka jaketnya.
"Eits! Gak boleh lihat! Belum muhrim" celetuk Raka menutup kembali dadanya.
"Aneh!" ketus Melisa.
"Kalian sampai kapan mau pamerin kemesraan kalian di depan kami?" cerocos Reno melirik Raka dan Melisa.
"Sudah sana pulang!" ucap Melisa merasa sedikit canggung.
"Ya sudah aku pamit ya. Assalamualaikum" ucap Raka beranjak pergi.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah" ucap mereka semua dengan serentak.
Raka tersenyum dan pergi meninggalkan kediaman Melisa.
Melisa dan keluarganya kembali masuk ke dalam rumah.
"Ada yang kangen ni?" ucap Reno menyeringai.
"Apaan sih kakak" sahut Melisa memanyunkan bibirnya.
"Kakak tau kamu rindu dengan Irsyad, eh siapa? Euu... Mas Irsyad" cerocos Reno menyeringai.
"Kakak! Apaan sih terus-terussan menggoda aku" ucap Melisa berdecak kesal.
"Kasihan deh lho yang ditinggal pergi pacarnya" celoteh Reno menyela Melisa.
"Kakak! Bisa diam gak sih!" pekik Melisa kesal.
"Reno! Kamu ini sudah dewasa masih saja suka ganggu adikmu ini" ucap Roni menatap Rebo.
"Ha...ha...ha.. Kena marah, blek.." ucap Melisa cengengesan sembari meledek Reno.
"Tadi Irsyad ada titip sesuatu lho sama kakak" ucap Reno melirik Melisa.
"Apa itu? aku mau lihat dong!" pinta Melisa penasaran.
"Hmm.. Karena kamu nyela kakak, jadi sebaiknya kakak simpan aja hadiah ini" celetuj Reno beranjak pergi.
"Kakak! Mas Irsyad titip apa ke aku? Sini balikin punya aku!" pekik Melisa sembari mendorong kursi rodanya sendiri dengan kedua tangannya.
"Ada deh! Kamu gak usah tau" ucap Reno dengan spontan.
"Mama! Lihat kak Reno! Dia gak mau kasih barang titipan Mas Irsyad ke aku" keluh Melisa memasang wajah melas ketika menatap Maya.
"Reno! kembalikan hak dia" titah Maya menengahi.
"Gak mau mama. Melisa belum saatnya menerima barang ini" sahut Reno dengan serius.
"Ooh.. Jangan-jangan kakak bohongin aku ya?" tanya Melisa mencurigai.
"Ada kok. Kamunya saja yang gak percaya sama kakak" sahut Reno santai.
"Coba lihat?" pinta Melisa dengan rasa penasarannya.
"Ada deh. Kamu belum boleh lihat sebelum waktunya" ucap Reno dengan santai.
"Apa sih? Please deh! Jangan bikin aku kepo" sahut Melisa dengan kesal dan penasaran dengan Reno.
"Reno! kamu tujukin saja ke Lissa. Jangan bikin adikmu penasaran" titah Maya menatap Reno.
"Aduh ampuni aku calon adik iparku. Kakak iparmu ini sungguh bukan orang yang amanah" gerutu Reno.
"Jika belum saatnya jangan ditunjukin dulu. Kamu sebagai manusia harus amanah, walaupun Lisa maksa, tetap saja kamu gak boleh tunjukin sebelum sampai dengan batas waktunya untuk ditunjuki" tutur Roni dengan lembut.
"Nah! Dengerin papa! Jangan bandel jadi orang" sahut Reno cengengesan.
Melisa berdecak kesal dan malah pergi ke kamarnya dengan mendorong kursi rodanya sendiri.
rasanya juga tdk puas kalo tdk ada karma utk keluarga raka