NovelToon NovelToon
Netherworld Spirit Realm

Netherworld Spirit Realm

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Persahabatan / Roh Supernatural
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Di dunia di mana Spirit Master harus membunuh Spirit Beast untuk mendapatkan Spirit Ring, Yin Lian lahir dengan kekuatan yang berbeda: Kontrak Dewa. Ia tidak perlu membunuh, melainkan menjalin ikatan dengan Spirit Beast, memungkinkan mereka berkembang bersamanya. Namun, sistem ini dianggap tabu, dan banyak pihak yang ingin melenyapkannya sebelum ia menjadi ancaman.

Saat bergabung dengan Infernal Fiends Academy, akademi kecil yang selalu diremehkan, Yin Lian bertemu rekan-rekan yang sama keras kepala dan berbakatnya. Bersama mereka, ia menantang batas dunia Spirit Master, menghadapi persaingan sengit, konspirasi dari akademi besar, serta ancaman dari kekuatan yang mengendalikan dunia di balik bayangan.

Di tengah semua itu, sebuah rahasia besar terungkap - Netherworld Spirit Realm, dimensi tersembunyi yang menyimpan kekuatan tak terbayangkan. Kunci menuju puncak bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga keberanian untuk menghadapi kegelapan yang mengintai.

⚠️pict : pinterest ⚠️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

Wu Cheng menarik napas dalam, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak. Ia tahu pria itu sudah lama menjadi pemabuk yang tidak peduli dengan apa pun selain dirinya sendiri. Namun, tetap saja, mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulutnya membuat darah Wu Cheng mendidih.

Tapi sebelum ia bisa berbicara, ia melihat Yin Lian di sampingnya—kepala gadis itu tertunduk, tubuh kecilnya sedikit gemetar. Wu Cheng mengulurkan tangan dan dengan lembut mengelus kepala bocah itu.

"Jangan khawatir, Nak," ucapnya dengan suara menenangkan. "Aku akan membawamu ke balai desa. Aku punya kenalan di sana yang mungkin bisa membantumu. Dia orang baik dan mengenal banyak orang. Mungkin ada jalan keluar untuk masalah ini."

Yin Lian mengangkat kepalanya sedikit, menatap Wu Cheng dengan mata penuh harapan yang redup. Namun, sebelum gadis itu sempat merespons, suara berat dan dingin memotong pembicaraan mereka.

"Tidak."

Wu Cheng menoleh dengan cepat, matanya menyipit menatap pria yang masih duduk di kursinya dengan santai.

"Kau menolaknya?" tanya Wu Cheng dengan nada tajam.

Pria itu mengangkat bahu tanpa ekspresi. "Kalau dia pergi, bagaimana denganku?"

Wu Cheng terdiam sejenak, mencoba memahami maksud pria itu.

"Apa maksudmu?" tanyanya, meskipun ia sudah bisa menebak jawabannya.

Pria itu menegakkan tubuhnya, meregangkan lengannya seolah pembicaraan ini tidak ada artinya. Lalu, dengan nada malas, ia berkata,

"Siapa yang akan memasak untukku? Siapa yang akan menyiapkan arakku?"

Yin Lian menunduk lebih dalam. Jemari kecilnya mulai mengepal erat, menekan dirinya sendiri agar tidak menunjukkan perasaannya.

Wu Cheng merasakan dadanya semakin panas oleh amarah. "Kau... Kau benar-benar..."

Pria itu melanjutkan tanpa peduli pada kemarahan Wu Cheng.

"Kau pikir aku bisa membiarkan dia pergi begitu saja?" katanya santai, matanya menatap Wu Cheng dengan datar. "Aku butuh seseorang untuk mengurus rumah ini. Aku butuh seseorang untuk menyiapkan minumanku."

Wu Cheng mengatupkan rahangnya. Tinjunya mengepal, namun ia mencoba menahan emosinya.

"Dia bukan pelayanmu!" bentaknya.

Pria itu hanya mendengus.

Wu Cheng menarik napas dalam, berusaha tetap tenang.

"Dengar," katanya dengan suara lebih lembut, mencoba mengajak bicara secara masuk akal. "Xiao Lian memiliki kesempatan untuk bangkit. Dengan kekuatannya, dia bisa menjadi seseorang yang hebat. Dia bisa mengubah dunia ini!"

Namun, bukannya tersentuh, pria itu malah tertawa kecil.

"Bangkit?" ulangnya dengan nada mengejek. "Mengubah dunia?"

Tatapan kosongnya beralih pada Yin Lian, yang masih berdiri diam dengan kepala tertunduk.

"Bagaimana bisa dia mengubah dunia..." pria itu mendekat selangkah, suaranya menjadi lebih rendah tetapi tajam seperti belati.

"...jika sesuatu dalam dirinya masih tidak sempurna?"

Hening.

Ucapan itu jatuh seperti batu besar di dalam dada Yin Lian.

Napasnya tercekat.

Telinganya berdenging.

Pandangannya menjadi kabur.

Tangannya yang kecil bergetar saat ia mengepalkan tinjunya lebih erat, kuku-kukunya menancap ke kulit telapak tangannya sendiri. Namun, ia tidak merasakan sakit.

Wu Cheng menatap gadis kecil itu dengan khawatir.

"Xiao Lian..." panggilnya pelan.

Namun, Yin Lian tidak menjawab.

Di dalam kepalanya, kata-kata pria itu terus terngiang.

"Jika sesuatu dalam dirinya masih tidak sempurna."

Sesuatu di dalam hatinya terasa pecah.

Kenangan-kenangan lama kembali membanjiri pikirannya.

Kenangan tentang orang-orang yang lebih lemah yang dikorbankan. Tentang mereka yang dianggap tidak berguna, yang diabaikan, yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk menunjukkan nilainya.

Tulangnya terasa dingin.

Dadanya terasa sesak.

Jadi... aku harus seberapa kuat?

Wu Cheng tidak bisa lagi menahan emosinya.

Ia menoleh ke pria itu dengan tatapan penuh amarah.

"Jangan bicara seperti itu!" serunya dengan suara bergetar. "Dia masih anak-anak! Kau seharusnya mendukungnya, bukan menghancurkannya!"

Namun, pria itu tetap diam.

Ia hanya menatap kosong, seakan semua yang baru saja dikatakan hanyalah angin lalu.

Wu Cheng mengepalkan tinjunya.

Ia ingin memukul pria itu. Ia ingin mengguncangnya agar sadar, agar melihat bahwa anak di depannya ini bukan beban, bukan alat untuk memenuhi kebutuhannya.

Namun, ia tahu itu tidak akan mengubah apa pun.

Ia hanya bisa menggeram, “Yin Hao!” suara bergetar karena amarah.

Namun, tidak ada jawaban.

Di bawah cahaya bulan yang pucat, Yin Lian berdiri diam.

Dan di dalam hatinya, sebuah tekad kecil mulai tumbuh.

Aku akan menjadi kuat.

Bukan untuk siapa pun.

Tapi untuk diriku sendiri.

Wu Cheng berdiri tegak, matanya menatap tajam ke arah pria yang kini sedang bersandar di tiang rumahnya. Angin malam yang dingin berhembus perlahan, tetapi udara di sekitar terasa begitu menyesakkan.

Tanpa ragu, Wu Cheng melangkah maju, menutupi Yin Lian yang berdiri diam di belakangnya. Gadis itu tampak begitu kecil, seakan hendak menghilang ke dalam bayangannya sendiri.

"Kehidupanmu mungkin sudah hancur," ujar Wu Cheng dengan nada tegas, "tapi itu bukan alasan untukmu menghancurkan masa depannya."

Yin Hao membuka matanya yang setengah mengantuk. Tatapannya kosong, seperti seseorang yang telah kehilangan makna dalam hidup. Ia tidak segera menjawab, hanya menatap Wu Cheng dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Wu Cheng mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah yang menggelegak di dadanya.

"Xiao Lian memiliki kesempatan untuk berubah," lanjutnya. "Dia bisa bangkit, menemukan jalannya sendiri. Kau seharusnya mendukungnya, bukan menahannya di sini seperti seorang pelayan!"

Yin Hao menggerakkan bahunya sedikit, seakan perkataan itu masuk dari satu telinga dan keluar dari telinga lainnya.

"Dan lalu apa?" katanya akhirnya, suaranya malas. "Kau pikir dia bisa mengubah dunia dengan Martial Soul yang gagal?"

Wu Cheng terperanjat.

Yin Lian yang sejak tadi diam, mengepalkan tangannya lebih erat.

"Kalau kau memang peduli padanya," lanjut Yin Hao, "kenapa kau tidak berpikir realistis? Dunia ini bukan dongeng, Wu Cheng. Anak-anak yang tidak sempurna tidak akan pernah diakui. Tidak peduli seberapa keras mereka berusaha."

"Yin Hao!" Wu Cheng menggeram, suaranya terdengar tajam.

Yin Hao tidak menggubris. Ia berjalan melewati Wu Cheng, mendekati Yin Lian yang masih berdiri diam.

Gadis itu tidak mengangkat kepalanya.

Ia menunggu... menunggu apakah kali ini ayahnya akan mengatakan sesuatu yang berbeda.

Namun yang keluar dari bibir pria itu hanyalah satu pertanyaan.

"Jadi, kau ingin pergi?"

Yin Lian menggigit bibirnya.

Satu pertanyaan.

Hanya itu.

Ia tahu jawabannya. Tidak perlu dikatakan pun, Yin Hao pasti sudah tahu bahwa ia ingin pergi namun tatapan tajamnya menolak jawaban tanpa kata-kata.

Wu Cheng mendengus, matanya membara karena marah. "Apakah itu yang kau tanyakan? Bukannya mendukungnya, kau malah menghancurkan mentalnya lebih jauh? Xiao Lian jelas memiliki tekad untuk menjadi kuat dibandingkan anak-anak yang lain."

Yin Hao tertawa kecil, meskipun tidak ada sedikit pun kebahagiaan dalam suara itu. "Bukan aku yang menghancurkannya, Wu Cheng. Dunia yang melakukannya."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!