Terpaksa Menikahi Mantan

Terpaksa Menikahi Mantan

Bandung-Jakarta

*Bandung

Sehari setelah kelulusan Melisa merasa sangat bahagia mendapatkan selembar undangan untuk kuliah di Jakarta.

Setelah berusaha susah payah selama 3 tahun di SMA, akhirnya ia mendapatkan undangan untuk kuliah di kampus idamannya selama ini.

Jika berharap pada orangtuanya, harapan untuk kuliah di kota pupus karena orangtuanya tidak ingin anak bungsunya itu harus pisah darinya.

"Assalamualaikum, Ma! Mama!" Melisa memanggil ibunya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Ada apa kamu teriak-teriak, Nak?" protes Maya menghampiri anaknya yang teriak-teriak memanggilnya.

"Mama Lisa dapat undangan untuk kuliah di Jakarta," jelas Melisa sangat excited.

"Alhamdulillah." Maya terlihat tidak begitu bahagia. Bukan karena Melisa mendapatkan undangan, tapi ia merasa sedih karena harus berpisah dengan anak bungsunya itu.

"Mama kenapa?" Melisa merasa aneh dengan sikap Maya, ia berpikir seakan Maya tidak senang melihat dirinya mengejar mimpinya itu.

"Gak apa-apa kok." Maya menyelesaikan ucapannya, kemudian ia beranjak duduk di Sofa.

Melisa mengernyit keningnya dan ikut menyusul Maya untuk duduk di sampingnya.

"Ma! Mama kenapa? Apa Mama gak senang Lisa dapat undangan dari kampus yang Lisa idam-idamkan selama ini?" Melisa mulai bersenandung dengan menggenggam lembut tangan Maya dan juga menatapnya dengan ekspresi wajah yang dibuat melas.

"Mama bukannya gak senang Lisa kuliah di Jakarta. Tapi Mama sedih jika harus berpisah dengan Lisa," keluh Maya mengeluarkan isi hatinya.

Roni yang berada di balik pintu tidak sengaja mendengar percakapan mereka, ia pun memutuskan untuk menemui mereka.

"Kamu kenapa? ... Biarkan anakmu mengejar mimpinya," sahut Roni sembari duduk.

"Bukan begitu, Pa. Tapi aku takut anak kita kuliah di Jakarta. Nanti bagaimana dia hidup disana sendirian tanpa kita?" jelas Maya mulai berhalusinasi.

"Kamu ini terlalu mengkhawatirkan anakmu ini. Reno dan Rani kuliah di Jakarta, kenapa giliran Lisa malah kamu gak izinkan?" protes Roni.

"Iya, Ma. Ini Lisa dapat undangan loh. Kasihan kalau dilepasin begitu aja," bujuk Melisa penuh harapan.

Maya mulai memikirkan ucapan suami dan anaknya itu.

"Sebaiknya aku mengalah dan membiarkan Lisa mengejar mimpinya. Lagian aku tidak ingin dianggap membanding-bandingkan anak-anakku," batin Maya.

"Ya sudah, Mama izinkan. Tapi Mama yang harus antar Lisa kesana dan cari tempat tinggal yang layak," pinta Maya protektif.

"Makasih, Mama." Melisa memeluk Maya dengan sangat bahagia.

"Oh ya, Mama masak apa hari ini?"

"Masak masakan kesukaannya Lisa. Tapi Lisa mandi dulu baru boleh makan."

"Ok deh, Ma." Melisa tersenyum bahagia dan beranjak pergi ke kamarnya.

"Aku senang kamu bisa membiarkan Lisa mengejar mimpinya," ucap Roni tersenyum bahagia.

"Iya, Pa." Meskipun Maya mengizinkannya, tapi Maya masih sulit merelakan anaknya untuk kuliah di Jakarta, mengingat jarak Bandung ke Jakarta lumayan jauh, hingga memakan waktu 2 jam lebih membuat dirinya khawatir.

------

Jakarta

Raka baru saja menyelesaikan studinya di Los Angeles dan kini ia kembali ke Jakarta untuk melanjutkan bisnis Papanya.

"Assalamualaikum, Dad! Mom." Raka mendorong kopernya masuk ke dalam rumah dan mencari kedua orangtuanya dengan teriakan yang penuh semangat.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Talita meletakkan majalah di atas meja dan menemui sumber suara itu.

"Raka!"

"Mommy." Raka meletakkan kopernya dan berlari memeluk Talita.

"Kapan kamu pulang? Kenapa gak kabari *M*ommy?" cerocos Talitah saking senangnya.

"Raka sengaja gak kabari *M*ommy karena Raka ingin kasih kejutan untuk Mommy."

"Kamu selalu gitu."

"Ya sudah kita duduk dulu!" Talita menarik lengan Raka dan menuntunnya duduk di sofa.

"Bi! Bibi! Tolong buatkan minuman segar untuk Raka!"

"Baik, Nya." Bi Nina langsung bergegas pergi begitu mendengar titah dari Talita.

"Mom! Raka ada hadiah untuk Mommy." Raka mulai merogoh tas kecilnya untuk mengambil kotak perhiasan dan menyerahkan ke Talita.

"Apa ini?" Talita penasaran dengan isi kotak perhiasan tersebut.

"Buka aja deh!" pinta Raka tersenyum bahagia.

Talita membuka kotak perhiasannya dan kedua matanya membelalak saat melihat cincin berlian.

"Bagus banget."

"Sini, biar Raka yang pakaikan!"

Talita mengulur tangannya ke depan Raka. Raka tersenyum dan mengambil cincinnya kemudian ia sematkan di jari manis Talita, ia juga mencium tangan Talita dengan lembut.

Talita melihat cincin di jarinya yang begitu berkilau membuat jarinya terlihat cantik.

"Kamu begitu pintar memilih cincin untuk Mommy."

"Harus dong! Untuk Mommy, Raka akan pilih yang terbaik."

"Den, sudah pulang?" Bi Nina menghampiri Raka dengan minuman di nampannya.

"Iya, Bi. Bibi kangen gak sama aku?" Raka mulai bersenandung seperti biasanya.

"Tentu dong, Den," sahut Bi Nina sembari meletakkan minuman untuk Raka.

"Silakan di minum, Den. Oh ya, Den sudah makan belum? Mau saya buatkan makan siang yang paling enak gak untuk Den Raka?" cerocos Bi Nina.

"Hmmm... Ide yang bagus tu. Bibi masih ingat masakan kesukaan aku?" Raka menyudahi minumnya dan mulai menggoda Bi Nina.

"Iya ingat dong, Den. Semua makanan dan minuman kesukaan Den Raka yang paling ganteng sudah bibi save di dalam kepala" sahut Bi Nina memuji dirinya sendiri.

"Pas banget tu. Aku sudah lama gak makan masakan bibi. Sekarang bibi tolong masakin makanan yang paling enak ya. Kebetulan aku sudah lapar banget ni," sahut Raka memegang perutnya.

"Beres, Den. Den, istirahat aja dulu! Setelah itu Bibi antarkan makanan kesukaan Den Raka ke kamar," celoteh Bi Nina.

"Bibi memang paling best deh pokoknya. Tapi kali ini aku mau makan siang sama *M*ommy. Jadi bibi hidangkan aja di atas meja makan."

"Ok deh." Bi Nina menyudahi pembicaraannya dan beranjak pergi ke dapur.

"Oh ya Mom, daddy dimana?" tanya Raka melihat ke sekeliling ruangan.

"Daddy lagi di kantor."

"Sekarang kamu sudah pulang ke Jakarta, jadi *M*ommy minta sama kamu, tolong bantu daddy mengurus perusahaannya. Kasihan daddy sudah tua, masih saja mengurus perusahaannya," sambung Talita memberi pengertian.

"Karena itulah Raka pulang, Mom. Raka kasihan kalau daddy harus mengurus perusahaannya sendirian" sahut Raka penuh pengertian.

"Kamu memang anak *Mo*mmy yang paling pengertian" Talita memuji Raka sembari tersenyum dan memegang lembut pipinya.

"Oh ya, Mom. Raka mau mandi dulu ya! Gerah banget ni seharian dalam pesawat"

"Ya sudah kamu mandi sana!"

Raka menganggukkan kepalanya dan pergi ke kamarnya dengan membawa koper.

Sampai di kamar, bukannya malah langsung mandi, tapi ia merogoh ponselnya dan menghubungi temannya.

"Assalamualaikum, Bro" ucap Raka sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. What's up, Bro?"

"Baik-baik. Gue di Jakarta sekarang ni."

"Kapan lo pulang? Kenapa gak kabarin gue biar gue jemput lo di airport," cerocos Tommy.

"Ah! Lama kalau gue harus kabari lo. Gue sekarang di rumah, baru aja gue sampai."

"Gue kesana ya! Tunggu gue!" tanpa mendengar persetujuan dari Raka, Tommy langsung mengakhiri panggilannya dan beranjak pergi ke rumah Raka.

Tut... Tut... Tut...

"Anak ini, kebiasaan banget. Belum selesai gue ngomong langsung dimatiin" gerutu Raka kesal.

Raka melempar ponselnya, lalu beranjak pergi ke kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, Tommy sudah sampai di depan pintu rumah Raka.

Ting... Tong...

Mendengar suara bel berbunyi, Talita langsung beranjak pergi dan membuka pintu.

Klek...

"Assalamualaikum, Tan."

"Wa'alaikumussalam. Masuk Tommy!"

"Tan! Aku kesini mau cari Raka. Sekarang dia ada dimana?" ucap Tommy sembari masuk.

"Dia ada di kamarnya. Kamu naik saja ke atas," sahut Talita sembari menutup pintu.

"Kalau gitu aku ke atas dulu ya, Tan."

Talita tersenyum sembari menganggukkan kepalanya sedikit. Tommy langsung beranjak pergi.

Krek...

"Raka!" Tommy membuka pintu dan langsung masuk mencari Raka.

Tommy menelusuri kamar Raka, tapi tidak juga menemukannya. Hanya sebuah koper yang ia lihat tergeletak di lantai.

"Hmm... Pasti dia lagi mandi."

Tommy melihat ponsel Raka di atas ranjang, ia pun mengambil dan mengutak-atiknya.

"Dasar playboy. Banyak banget foto cewek di ponselnya," umpat Tommy saat melihat galeri ponsel Raka dipenuhi dengan foto wanita cantik tanpa berkerudung.

Krek...

Raka keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan mengenakan handuk yang dililit di pinggangnya.

"Cepat banget lo sampai?" Raka melihat Tommy yang sedang duduk di atas ranjang.

"Hmm... Raka! Gue gak nyangka lo masih aja menyandang status raja playboy."

"Ini pasti karena lo lihat foto cewek di galeri ponsel gue, kan?"

Raka berjalan ke walk in closet untuk memakai baju dan mengeringkan rambutnya.

Tommy membawa ponsel Raka dan pergi menyusul Raka.

"Lo gak mencoba jelaskan biodata dari semua foto cewek yang ada di ponselmu ini?" tanya Tommy dengan serius sembari menenteng ponsel Raka.

"Gak perlulah gue jelasin. Toh gue gak berencana untuk menikahi salah satu dari mereka," sahut Raka sembari mengeringkan rambut menggunakan hairdryer.

"Terus ngapain lo koleksi semua cewek di hidup lo kalau lo gak berencana serius?" Tommy terus menghakimi Raka.

"Bukan gue koleksi mereka ya. Tapi merekanya aja yang gak bisa lihat pria tampan. Lagian selama gue pacaran sama mereka gue gak ada ya yang namanya ajak tidur anak orang!" sahut Raka dengan tegas.

"Tidur sih gak, tapi peluk cium hal biasa kan?" celoteh Tommy.

"Iya sih, tapi bukan gue yang berinisiatif disini," protes Raka sembari memakai baju.

"Terus siapa juga? Lo mau tuduh cewek-cewek itu kegatelan?"

"Hmmm... Bisa dibilang begitu. Rata-rata dari mereka kalau lihat gue langsung peluk dan cium gue. Untung aja gue masih jaga bibir dan ******** gue, kalau gak bisa disikat sama mereka."

"Hahaha... Kenapa lo pacaran tanggung begitu?"

"Bukan tanggung sih. Tapi coba lo pikir lagi deh! Gue pacaran sama mereka ni, mereka dengan suka rela menyerahkan harga diri mereka sama gue, malahan mereka kebanyakan masih perawan. Kalau gue mau gue bisa sikat mereka semua. Tapi bukan itu, gue takut kalau gue sikat mereka, nanti kalau gue nikah punya anak perempuan dan anak perempuan gue disikat sama pria brengsek di luar sana. Terus yang tanggung malu itu siapa? Gue, kan? Dan mau ditaruh dimana muka gue?" jelas Raka dengan serius.

"Nah–nah! Ini ni yang bikin gue salut. Tapi tetap lo ini plin-plan, kalau lo terus peluk cium anak orang, apa lo gak takut anak lo digituin juga sama pria-pria di luar sana?" tanya Tommy dengan serius.

"Itu nanti dipikirkan lagi. Sekarang yuk kita turun! Gue mau makan ni. Lapar banget!" Raka mengajak Tommy untuk makan bersama.

Raka dan Tommy turun bersama menuju ke ruang makan. Disana sudah ada Talita yang menunggu mereka untuk makan siang bersama.

"Raka! Tommy! Cepat duduk! Kita akan makan bersama." Talita menatap Raka dan Tommy sembari menarik kursi dan duduk.

Raka dan Tommy langsung menarik kursi dan duduk di samping Talita.

"Assalamualaikum" ucap Gunawan menghampiri mereka dengan tas kerja di tangannya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah."

"Daddy!" Raka bergegas bangun dari tempat duduknya dan pergi memeluk tubuh Gunawan.

"Kapan kamu pulang?"

"Baru aja, Dad!"

"Kenapa gak kabari Daddy?"

"Mau bikin surprise, Dad. Oh ya ayo kita makan bersama" ajak Raka menarik lengan Gunawan.

Gunawan tersenyum dan mengikutinya. Raka dengan bahagianya langsung menarik kursi dan menuntun Gunawan duduk.

"Mommy pikir Daddy gak akan pulang secepat ini," sahut Talita sembari menuangkan nasi dan lauk.

"Kalau bukan karena Raka, Daddy juga gak bisa tinggalin pekerjaan Daddy di kantor."

"Daddy masih aja sibuk kerja. Mending perusahaannya kasih ke Raka aja, biar dia yang handle semuanya" sahut Talita sembari menyerahkan piring nasi ke Gunawan.

"Itu sudah pasti. Tapi sebelum itu Raka harus kerja jadi bawahan dulu sebagai training selama 1 tahun. Setelah itu baru Raka bisa menjabat sebagai CEO di perusahaan *D*addy."

"Terserah *Da*ddy deh gimana baiknya. Raka nurut aja."

"Bagus! Daddy suka dengan sikapmu."

"Oh ya, Tommy selamat ya karena kamu sudah sah menjadi CEO," ucapan selamat untuk Tommy dari Gunawan membuat Raka kaget.

"Lo jadi CEO?" tanya Raka memastikan kembali ucapan Gunawan.

"Iya. Minggu kemarin dilantik."

"Wihh.. Gaya kali lo sekarang. Hebat-hebat." Raka menepuk pundak Tommy dengan tersenyum sumringah.

"Kapan kita rayain kesuksesan lo?" sambung Raka penuh harapan.

"Kapanpun lo ada waktu gue siap," ucap Tommy spontan.

"Nanti malam ya!"

"Oke"

------

Bandung

Setelah mandi Melisa keluar dengan pakaian rapinya dan menuju ke ruang makan. Disana sudah ada orangtuanya yang menunggu Melisa untuk makan siang.

"Karena kamu mau kuliah di Jakarta, jadi kamu makan sepuasnya ya!" Maya menuangkan nasi dan lauk yang sangat banyak untuk Melisa.

"Mama! Lisa bisa ngap-ngapan kalau makan segini banyaknya," protes Lisa saat menerima piring nasi yang penuh dengan nasi, lauk dan sayur.

"Mama kamu itu lebay," sahut Roni menatap Lisa.

"Papa ini!" ucap Maya.

"Mama! Jarak tempuh Bandung ke Jakarta itu cuma butuh 2 jam lebih, jadi Lisa bisa pulang kapanpun yang Lisa mau. Jadi mama gak perlu khawatirin Lisa, ya!" jelas Melisa memberi pengertian.

"Iya Mama tau. Tapi ..."

"Sudah! Ini baru kuliah kamu sudah begitu khawatir melepaskan Lisa, bagaimana kalau Lisa menikah dan dibawa pergi sama suaminya?" Roni mulai memberi pemahaman pada Maya.

"Hmmm... Benar tuh, Ma" sahut Melisa setelah menelan makanan.

"Lisa mau nikah?" tanya Maya dengan serius.

"Mama ini apa-apaan sih? Siapa juga yang mau nikah? Lisa ini mau kuliah dulu, setelah itu kerja, baru deh nanti pikirin soal menikah" celoteh Melisa.

"Hmmm... Bagus! Itu Mama setuju. Kalau begitu kamu dapat izin dari Mama."

"Kalian berdua ini apa-apa sih? Pikirannya sudah melantur," protes Roni menatap Maya dan Melisa.

"Ada apa ni pada seru banget? Ngomongin apaan sih?" tanya Reno menghampiri mereka.

"Lisa dapat undangan dari salah satu universitas di Jakarta" sahut Roni dengan santai.

"Dik! Kamu akan kuliah di Jakarta?"

"Iya"

"Wah selamat, Dik ya! Kakak senang akhirnya kamu bisa mengikuti jejak kakak."

"Pastinya dong, Kak. Memangnya Kakak doang yang bisa kuliah di Jakarta. Aku juga dong," sahut Melisa penuh percaya diri.

"Terus Mama ngomong apa aja?" bisik Reno pada Melisa.

"Sempat gak izinin sih, tapi aku keluarin senjata aku, dan akhirnya Mama setuju deh," bisik Melisa tersenyum sumringah.

"Ini baru Adiknya Kakak. Pintarnya nular."

"Kalian bisik-bisik apa nih?" tanya Maya melihat kedua anaknya asik berbisik-bisik.

"Gak ada kok, Ma" Reno dan Melisa mulai bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa.

"Eh, Dik! Kok tumben banget kamu makan porsi jumbo?" Reno heran melihat piring Melisa penuh dengan nasi, lauk dan sayur.

"Mama yang tuangin semua makan itu ke dalam piring aku, Kak."

"Sini aku yang makan aja. Kamu ambil yang lain." Reno menukarkan piring kosongnya dengan piring Melisa yang sudah penuh dengan makanan.

"Eh-eh! Kamu ini apa-apaan main ambil-ambil punya adikmu?" protes Maya menatap Reno dengan tajam.

"Mama! Mama gak kasihan apa lihat Lisa makan segini banyaknya? Yang ada dia malah ngap-ngapan," jelas Reno memberi pengertian.

"Benar, Ma. Biar Kak Reno makan nasi Lisa aja. Lisa biar ambil yang lain."

"Ya sudah, sini biar Mama ambilkan nasi untukmu!"

"Ma! Jangan terlalu banyak kayak tadi ya. Sedikit aja udah cukup. Nanti kalau masih lapar biar Lisa ambilkan lagi," jelas Melisa sembari menyerahkan piring nasinya.

Maya menganggukkan kepala, lalu menuangkan makanan itu sesuai dengan keinginan Melisa.

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Kayanya Raka cowo baik!

2021-12-25

0

nel

nel

hehee

2021-10-31

0

Mardi Qholby

Mardi Qholby

hchcjgjhshgjfb

2021-10-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bandung-Jakarta
2 Salah sambung
3 Raka mulai kepo
4 Senyum-senyum sendiri
5 Lelah menjadi orang tampan
6 Mulai ada sesuatu
7 Deg-degan
8 Sah menjadi pacar
9 Dibalik Playboy nya Raka
10 Tobatnya Raka
11 Ketahuan
12 Ketulusan Raka
13 Pindah ke asrama
14 Kejutan dari teman sekamar
15 Kejutan Raka
16 Aroma Penghianat
17 Kebahagian Raka
18 Tabrak lari
19 Melisa Siuman
20 Antara bahagia dan kecewa
21 Candaan Reno
22 Harus berpisah
23 Kedatanganmu Semangatku
24 Keluarga Melisa
25 Pertengkaran kecil
26 Pamit
27 Tidak direstui
28 Ada harapan baru
29 Gagal bertemu
30 Baikan dan prahara
31 Sedih dan senang
32 Pernikahan Raka
33 Perpisahan dan Pertemuan
34 Trik Raka mengambil hati Orangtua Melisa
35 Harapan dan Keegoisan
36 Kedatangan Melisa
37 Terkekang
38 Kejar-kejaran
39 Saling Merindukan
40 Apes
41 Pertengkaran
42 Tidak sengaja bertemu
43 Masalah
44 Menguburkan Ego
45 Kedatangan Raka, kabar bahagia
46 Haruskah ada yang menghalangi Restu?
47 Gombalan dan Trik Raka
48 Lamaran
49 Pengajian
50 Pernikahan (1)
51 Pernikahan (2)
52 Malam pertama
53 Posesifnya Raka
54 Hampir dan kecewa
55 Salah tingkah
56 Perhatian Raka
57 Morning Kiss
58 Hal kecil dan Luka
59 Kepiluan Masa Lalu
60 Kejutan (1)
61 Kejutan (2)
62 Dasar Raka
63 Persilihan dan Kedatangan Tommy
64 Kecemburuan Seorang wanita
65 Party ala Raka
66 Godaan Paling Memalukan
67 Bertemu Teman dan Kecemburuan
68 Awal Mula Timbul Rasa Cinta Siska
69 Sebuah Rahasia yang Belum Terungkap
70 Sama-sama Junior
71 Teori Bercinta
72 Kode dari Reno
73 Keromantisan Di Sebuah Restoran
74 Kejujuran Raka
75 Ketahuan
76 Merasa diacuhkan
77 Godaan Sebelum Berangkat Kerja
78 Mulai Cinta dan Adanya Pihak Yang Tidak Suka
79 Hampir saja
80 Tuduhan Dan Luka
81 Pertengkaran
82 Rahasia
83 Kabar Duka
84 Kepulangan Raka
85 Usaha Raka Dalam Menghibur Melisa
86 Keseruan dan Jatuh Sakit
87 Bulan Madu Dadakan
88 Saling Jujur
89 Kembali Ke Rumah
90 Bingung
91 Salah Paham Berujung Percintaan
92 Kejujuran Dalam Bercinta
93 Terciduk
94 Perasaan Yang Aneh
95 Hampir terciduk
96 Pertemuan yang Menggetarkan Hati
97 Ada Orang yang Sedang Memikirkanmu
98 Gosip Pagi Hari
99 Pulang Ke Bandung
100 Barbeque membawa berkah
101 Tobatnya Tommy
102 Lamaran Reno-Siska
103 Kecelakaan Kecil
104 Manjanya Melisa
105 Pembalasan
106 Kepulangan Raka
107 Kepulangan Raka 2
108 Kabar bahagia
109 Hamil
110 Sensitivitas Melisa
111 Konsultasi
112 Ngidam Vs Sensitivitas
113 Tingkah Ibu Hamil
114 Tingkah Ibu Hamil 2
115 Kecemburuan Raka
116 Persiapan pernikahan Siska
117 Kecelakaan
118 Kabar Duka
119 Kabar bahagia
120 Menikah
121 Duka kembali datang
122 Rapuh
123 Rapuh 2
124 Sosok Mantan
125 Kehadiran Mantan
126 Kejahilan Tommy
127 Kesedihan Tommy
128 Rumah Sakit
129 Pulang
130 Curhatan Anak Pada Sang Ibu
131 Keikhlasan Siska
132 Kepulangan Melisa
133 Kehamilan Siska
134 Kemarahan Raka
135 Bingung
136 Keputusan Mendadak
137 Kembalinya Keluarga Melisa
138 Terungkapnya Berita Besar
139 Hal yang Tak Seharusnya Terjadi
140 Kembalinya Melisa
141 Terbongkarnya Rahasia Besar
142 Kesabaran Melisa
143 Kecewa
144 Pisah
145 TAMAT
146 Ucapan Terimakasih
147 Info Penting
148 Pengumuman
149 Pengumuman CDT2
150 Pengumuman Novel Baru Terbit Di NT/MT
151 Extra part 1
152 Extra Part 2
153 Extra Part 3
154 Extra Part 4
155 Extra Part 5
156 Novel Dirimu dirinya — Rico Mera ada di NT Guys
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bandung-Jakarta
2
Salah sambung
3
Raka mulai kepo
4
Senyum-senyum sendiri
5
Lelah menjadi orang tampan
6
Mulai ada sesuatu
7
Deg-degan
8
Sah menjadi pacar
9
Dibalik Playboy nya Raka
10
Tobatnya Raka
11
Ketahuan
12
Ketulusan Raka
13
Pindah ke asrama
14
Kejutan dari teman sekamar
15
Kejutan Raka
16
Aroma Penghianat
17
Kebahagian Raka
18
Tabrak lari
19
Melisa Siuman
20
Antara bahagia dan kecewa
21
Candaan Reno
22
Harus berpisah
23
Kedatanganmu Semangatku
24
Keluarga Melisa
25
Pertengkaran kecil
26
Pamit
27
Tidak direstui
28
Ada harapan baru
29
Gagal bertemu
30
Baikan dan prahara
31
Sedih dan senang
32
Pernikahan Raka
33
Perpisahan dan Pertemuan
34
Trik Raka mengambil hati Orangtua Melisa
35
Harapan dan Keegoisan
36
Kedatangan Melisa
37
Terkekang
38
Kejar-kejaran
39
Saling Merindukan
40
Apes
41
Pertengkaran
42
Tidak sengaja bertemu
43
Masalah
44
Menguburkan Ego
45
Kedatangan Raka, kabar bahagia
46
Haruskah ada yang menghalangi Restu?
47
Gombalan dan Trik Raka
48
Lamaran
49
Pengajian
50
Pernikahan (1)
51
Pernikahan (2)
52
Malam pertama
53
Posesifnya Raka
54
Hampir dan kecewa
55
Salah tingkah
56
Perhatian Raka
57
Morning Kiss
58
Hal kecil dan Luka
59
Kepiluan Masa Lalu
60
Kejutan (1)
61
Kejutan (2)
62
Dasar Raka
63
Persilihan dan Kedatangan Tommy
64
Kecemburuan Seorang wanita
65
Party ala Raka
66
Godaan Paling Memalukan
67
Bertemu Teman dan Kecemburuan
68
Awal Mula Timbul Rasa Cinta Siska
69
Sebuah Rahasia yang Belum Terungkap
70
Sama-sama Junior
71
Teori Bercinta
72
Kode dari Reno
73
Keromantisan Di Sebuah Restoran
74
Kejujuran Raka
75
Ketahuan
76
Merasa diacuhkan
77
Godaan Sebelum Berangkat Kerja
78
Mulai Cinta dan Adanya Pihak Yang Tidak Suka
79
Hampir saja
80
Tuduhan Dan Luka
81
Pertengkaran
82
Rahasia
83
Kabar Duka
84
Kepulangan Raka
85
Usaha Raka Dalam Menghibur Melisa
86
Keseruan dan Jatuh Sakit
87
Bulan Madu Dadakan
88
Saling Jujur
89
Kembali Ke Rumah
90
Bingung
91
Salah Paham Berujung Percintaan
92
Kejujuran Dalam Bercinta
93
Terciduk
94
Perasaan Yang Aneh
95
Hampir terciduk
96
Pertemuan yang Menggetarkan Hati
97
Ada Orang yang Sedang Memikirkanmu
98
Gosip Pagi Hari
99
Pulang Ke Bandung
100
Barbeque membawa berkah
101
Tobatnya Tommy
102
Lamaran Reno-Siska
103
Kecelakaan Kecil
104
Manjanya Melisa
105
Pembalasan
106
Kepulangan Raka
107
Kepulangan Raka 2
108
Kabar bahagia
109
Hamil
110
Sensitivitas Melisa
111
Konsultasi
112
Ngidam Vs Sensitivitas
113
Tingkah Ibu Hamil
114
Tingkah Ibu Hamil 2
115
Kecemburuan Raka
116
Persiapan pernikahan Siska
117
Kecelakaan
118
Kabar Duka
119
Kabar bahagia
120
Menikah
121
Duka kembali datang
122
Rapuh
123
Rapuh 2
124
Sosok Mantan
125
Kehadiran Mantan
126
Kejahilan Tommy
127
Kesedihan Tommy
128
Rumah Sakit
129
Pulang
130
Curhatan Anak Pada Sang Ibu
131
Keikhlasan Siska
132
Kepulangan Melisa
133
Kehamilan Siska
134
Kemarahan Raka
135
Bingung
136
Keputusan Mendadak
137
Kembalinya Keluarga Melisa
138
Terungkapnya Berita Besar
139
Hal yang Tak Seharusnya Terjadi
140
Kembalinya Melisa
141
Terbongkarnya Rahasia Besar
142
Kesabaran Melisa
143
Kecewa
144
Pisah
145
TAMAT
146
Ucapan Terimakasih
147
Info Penting
148
Pengumuman
149
Pengumuman CDT2
150
Pengumuman Novel Baru Terbit Di NT/MT
151
Extra part 1
152
Extra Part 2
153
Extra Part 3
154
Extra Part 4
155
Extra Part 5
156
Novel Dirimu dirinya — Rico Mera ada di NT Guys

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!