Shanum namanya.. wanita periang nan cantik.
Tanpa sebuah rencana, tanpa sebuah aba-aba. Seorang pria tampan dan sukses memintanya untuk menjadi pacarnya. Ya.. "Sebatas Pacar Sewaan" demi menutupi kepergian kekasihnya.
"Satu tahun, hanya satu tahun, berpura-puralah menjadi pacarku." Pinta Pria itu.
"Kenapa mesti aku?" Tanya Sha dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan.
Hari demi hari mereka jalani bersama. Cinta hadir tanpa mereka sadari. Tawa dan air mata menghampiri keduanya. Menjadi sebuah kenangan menuju masa depan.
"Aku hanya sebatas pacar sewaan saja. Harusnya aku siap jika saat perpisahan itu tiba, kenapa aku tak rela sekarang."
Mampukah Sha menjalankan hari-harinya? Mari tertawa dan menangis bersama ya.. Yuk, kita kepoin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kurniasih Paturahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bilang saja kita sedang pacaran
Beberapa kali kau membuatku terkejut, terkejut dengan sikapmu dengan tingkahmu dan dengan ucapmu.
-Shanum-
🍁🍁🍁
Keenan tampak sibuk dengan kertas-kertas yang menumpuk di mejanya. Sedangkan Shanum tengah berdiri tepat di hadapan Keenan yang sedang memberikan instruksi pada dirinya.
"Ini nanti kamu print ulang, dan tolong di revisi bagian ini." Ucap Keenan sambil melingkari bagian yang mesti di revisi oleh Shanum pada selembar kertas.
"Jangan lupa untuk diperbanyak, untuk persiapan meeting kita besok." Ucap Keenan lagi dan masih tampak sibuk sekali.
"Oke, ada lagi?"
"Tidak, kurasa cukup." Jawab Keenan dan kali ini tatapannya fokus ke arah Shanum.
"Ehmm.. Oke." Jawab Sha dan langsung melangkah pergi meninggalkan Keenan.
"Sha.." Panggil Keenan tiba-tiba dan berhasil menghentikan langkah Sha saat itu.
"Ya.."
"Aku antar kamu pulang nanti." Ucap Keenan dan tersenyum. Sedangkan Shanum mendadak terkejut kembali dengan ucapan Keenan padanya.
"Hah.., aku bisa pulang sendiri Ken." Ucap Sha dan kembali melangkah mendekat ke arah Keenan.
"Aku harus mengantar kamu."
"Kenapa harus?" Tanya Sha dan kali ini dirinya sudah berada di hadapan Keenan
"Kamu pacarku sekarang."
"Hah.."
Shanum begitu terkejut, apa maksud dari perkataan Keenan barusan. Kenapa seharian ini sikap Keenan berbeda sekali. Shanum bukan pacar sungguhan Keenan, tapi kenapa seperti sungguhan.
"Tapi kan Keen, Kita cuman pu.." Ucap Shanum terpotong karena sebuah jari milik Keenan berhasil mendarat sempurna di bibir Sha dan menghentikan ucapan Sha saat itu.
"Dilarang keras mengucapkan kata itu."
"Kenapa? lagian di sini enggak ada orang."
"Siapa yang tau, mungkin saja ada orang di balik pintu saat ini yang tengah menguping atau tak sengaja lewat dan mendengar."
"Masa sih." Ucap Sha sambil melirik ke arah pintu.
"Mungkin sajakan.." Jawab Keenan dan membuat Sha berpikir kemudian.
"Aku antar kamu pulang nanti, menurutlah." Pinta Keenan ulang sambil mengusap lembut kepala Sha dan berlalu pergi menuju meja kerjanya.
Shanum yang masih tampak terkejut dengan sikap Keenan, mendadak diam membisu dan tak bergerak bagaikan patung. Seharian ini Keenan berhasil membuat jantung Shanum berdetak tak beraturan. Namun ia segera bangkit dari lamunannya itu, dan pergi segera meninggalkan Keenan. Sedangkan Keenan tengah tersenyum melihat tingkah Shanum barusan.
.
.
.
.
Sore pun tiba, tepat pukul lima Keenan mengajak Shanum untuk pergi meninggalkan ruang kerja. Shanum tampak menatap Keenan saat itu, sosoknya sudah berada di hadapan Sha.
"Ayo, kita pulang."
"Bagaimana kalau aku pulang sendiri saja."
"Tidak, aku antar kamu." Ucap Keenan dan saat itu Keenan langsung meraih tas kerja milik Shanum yang tergeletak di atas meja dan melangkah terlebih dahulu menuju pintu keluar.
"Loh, tas ku itu." Ucap Sha dan langsung bangkit berdiri menatap tas miliknya yang dibawa pergi oleh Keenan.
"Ayo cepat." Pinta Keen, dan mau enggak mau membuat Sha akhirnya menyusul menghampirinya.
"Sini tasku, kembalikan." Pinta Sha saat melangkah menuju lift.
"Sudah, biar aku saja yang bawa. Ayo cepat masuk." Pinta Keen kemudian saat pintu lift sudah terbuka.
"Ishh.. Keen." Gerutu Sha saat itu sambil melangkah mengikuti Keenan masuk ke dalam lift.
"Sini Keen balikin, biar aku aja yang bawa." Pinta Sha lagi sambil mencoba meraih tas miliknya namun Keenan malah berusaha menghalanginya.
Aksi rebutan tas pun dimulai, hingga terdengar bunyi lift tanda pintu terbuka. Ada seseorang di balik pintu lift saat itu, tampak terdiam dan terkejut. Begitupun dengan Shanum dan Keenan. Tingkah Sha dan Keenan mungkin tengah disalah artikan oleh orang yang ada di hadapan mereka saat ini.
Sepintas mereka tampak berpelukan, dengan posisi tubuh yang begitu dekat satu sama lain.
"Rena.." Teriak Shanum.
"Upss.. sorry."
"Ayo masuk."
"Oh iya lupaa.. ada yang ketinggalan, aku balik ke ruangan dulu, kalian duluan saja." Jawab Rena mencoba menolak secara halus.
"Oh.." Ucap Sha akhirnya dan Keenan kembali menekan tombol lift untuk menutupnya.
"Eh.. jangan-jangan Rena salah paham tadi."
"Salah paham apa?"
"Itu tadi, saat aku berebutan tas sama kamu." Jawab Sha panik.
"Yasudah, bilang saja kita sedang pacaran." Jawab Keenan dan bersamaan dengan bunyi lift pintu terbuka kembali.
Keenan langsung melangkah keluar meninggalkan keterkejutan Shanum saat itu. Ia pun tersenyum kemudian.
.
.
.
.
Rena begitu terkejut saat itu, menatap sahabatnya bersama dengan Pak Keenan bosnya. Lebih tepatnya terkejut saat mereka seperti berpelukan, tapi itu bukan sepertinya. Tadi itu benar-benar berpelukan, itulah yang disimpulkan Rena.
Untungnya saja, ia cepat memutuskan untuk pergi. Pura-pura melupakan sesuatu. Padahal jelas tak ada yang tertinggal.
"Besok aku harus tanya Sha." Ucap Rena kemudian.
"Kok bisa ya, oh.. pantes saja tadi Pak Keenan ke kantin. Pasti ini ada hubungannya dengan Shanum." Ucapnya lagi di sepanjang jalan.
"Jangan..jangan mereka..." Terhenti dan berpikir.
"Masa iya.. tapi mungkin saja."
Itulah yang dilakukan Rena sepanjang jalan.. berucap sendiri, bertanya sendiri dan menyimpulkan sendiri. Sampai akhirnya ia tiba kembali di ruang kerjanya.
Ditempat lain, Yuna tampak gundah. Beberapa kali ia mencoba menghubungi Keenan, namun tak pernah mendapat jawaban. Setiap pesan yang terkirim hanya jawaban singkat yang di dapat. Yuna Merasa Keenan tengah menjauhinya saat ini.
Ia berpikir, rasanya perlu memastikan sesuatu. Dan saat itu, Yuna pun mencoba menghubungi Aulia sahabatnya yang saat ini bekerja bersama Keenan. Sudah lama sekali mereka tak berbicara. Kepergian Yuna seolah memutus hubungan ke duanya.
"Hallo."
"Yuna.." Ucap Aulia.
"Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik, ada apa? tumben sekali telepon."
"Maap, sudah sekian lama, aku baru menghubungimu lagi."
"Ya.." Ucap Aulia singkat, karena sejujurnya ia sangat kecewa dengan Yuna.
"Bagaimana keadaan kantor, Keenan baik-baik saja?"
"Kenapa enggak hubungin Keenan saja, kalian bertengkar?"
"Entahlah, belakangan ini dia tak pernah mengangkat telepon ku."
"Mungkin sibuk."
"Ya.. itu yang dikatakannya, setiap kali ku kirim pesan padanya." Ucap Yuna sambil menghela napas.
"Apa mungkin, Keenan bersama dengan wanita lain?"
"Mungkin saja. Lagi pula kau tak akan kembalikan."
"Aku pasti kembali, tapi tidak dalam waktu dekat ini."
"Aku saja bosan mendengar janji mu ini, ku rasa Keenan merasakan yang sama."
"Tolonglah, jangan berkata seperti itu."
"Sudahlah, Aku harap kamu cepat kembali, dari pada nanti menyesal."
Pembicaraan mereka pun terhenti kemudian. Yuna yang berpikir begitu dalam, begitu pun dengan Aulia. Ia sadar kata-katanya pasti melukai hati sahabatnya saat ini. Tapi ia merasa itu perlu ia lakukan. Yuna memang sahabatnya, namun melihat Keenan beberapa tahun ini yang mengharapkan Yuna kembali rasanya sangat tidak adil.
.
.
.
.
Semangat Author 💪💪💪
Yuk, like, vote dan Rate bintang 5nya yang belum.
Sehat-sehat buat semua🤗🤗🤗
baru sadar kamu sekarang, tapi Uda terlambat 😅😂🤪