Alsa, gadis introvert yang menyukai sosok Ken secara diam-diam, baginya Ken adalah lelaki yang begitu baik karena hanya dia lah yang mau menjadi teman Alsa. Kebaikan Ken disalah artika oleh Alsa, hingga sebuah kenyataan pahit terpampang di depan matanya. Ken menjalin kasih dengan gadis lain.
Di tengah keterpurukannya atas cinta pertama yang berakhir tragis, sosok Davin selalu hadir dengan kasih sayang yang begitu besar padanya. Hingga Alsa terlena dan mengerti arti mencintai yang sesungguhnya.
Davin, seorang pria yang menjadi suami dari mendiang Kakak perempuannya kini menjadi alasan Alsa untuk tetap bertahan meski berbagai cobaan berat ia lalui.
Akankah semuanya berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora_Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Kondisi Alsa sudah jauh lebih baik, ia tak lagi ketakutan seperti sebelumnya. Bahkan kini ia sudah mau makan disuapi Davin.
Saat tengah asik mengobrol ringan, tiba-tiba ponsel Gerry berdering. Satu panggilan masuk dan tertera nama Tyas di sana, yang Gerry tahu tentang Tyas hanyalah gadis itu kekasih Ken.
"Halo," sapa Gerry datar, fokusnya masih pada Alsa yang tengah menghabiskan pastanya.
"Kak, cepat pulang! Ken mengamuk di rumah!" ucap Tyas panik di seberang sana, Gerry mendengar suara Ken yang memanggil nama Alsa dengan penuh amarah. Dan lelaki itu yakin bahwa adik laki-lakinya itu sudah hilang kendali.
Segera Gerry mematikan ponselny tanpa menjawab ucapan Tyas.
"Kenapa, Sayang?" tanya Grace bingung melihat raut wajah sang kekasih yang tampak panik.
"Ken mengamuk di rumah, dia nyariin Alsa." Gerry melihat ke arah Alsa, gadis itu menegang. Namun dengan cepat ia dipeluk Davin agar merasa tenang dan aman. Kembali, Alsa bergetar takut dengan air mata yang mengalir deras, bahkan Davin terus menenangkan Alsa yang mulai panik.
"Kita ke sana sekarang!" ajak Grace.
"Tapi gak mungkin terkejar waktunya, perjalanannya jauh banget." Gerry mengacak rambutnya frustasi, kemudian ia mengontak beberapa temannya untuk pergi ke rumah menenangkan Ken dan menjaga ibunya.
"Kita ke sana aja, aku tadi hubungin orang buat tenangin Ken. Semoga gak akan terjadi apa-apa," ucap Gerry lesu.
Ia segera mendekati Alsa yang duduk di sofa bersama Davin, gadis itu semakin ketakutan saat nama Ken disebut.
"Dek, kamu mau ikut kakak? Ketemu sama Ken, kita tenangin dia, yuk?" bujuk Gerry pelan. Alsa dengan cepat memeluk Davin erat, kilasan masa lalu bersama Ken membuatnya hampir menangis.
Beberapa kali mendapat tindakan kekerasan bahkan juga beberapa kali nyaris diperkosa lelaki itu, membuat Alsa trauma jika harus bertemu Ken, lagi.
"Lo gila! Lo mau bunuh adek gue dengan ngajak dia ketemu si ber*****k itu?" tanya Davin penuh emosi. Namun ia tetap menjaga ucapannya agar tak membentak karena hal itu akan membuat Alsa semakin takut.
"Vin, please ... Ken butuh Alsa." Gerry terus coba membujuk Davin. Sedangkan Alsa saudah mulai menangis keras. Davin yang emosi benar-benar ingin memukul Gerry saat ini juga karena dirasa tak tahu kondisi Alsa.
"Lo gak ngrasain apa yang gue rasain, Ger. Lo cuma Kakak angkatnya Alsa, lo ketemu sama dia waktu dia udah gede. Sedangkan gue, gue rawat dia dari kecil. Lo gak ngrasain gimana sakitnya gue waktu lihat Alsa pulang dalam kondisi kayak gini. Lo gak akan pernah paham. Karena gimana pun juga, lo itu Kakaknya Ken, bukan Kakaknya Alsa! Dan gue yakin, meskipun Ken melakukan kesalahan ke Alsa, lo akan tetap ada di pihak cowok b****gan itu bukan dipihak Alsa yang menjadi korban!"
"Vin, lo jangan egois dong! Lo juga seorang Kakak, kan? Lo harusnya tau dan paham gimana posisi gue saat ini. Alsa masih punya elo, Mama, Papa, Grace, dan gue yang selalu ada buat dia. Sedangkan Ken? Sejak kecil dia hidup sendiri, Vin. Jadi gue mohon, sekali aja pertemukan Ken sama Alsa." Gerry tetap bersikeras ingin membawa Alsa, tak peduli meski Adik angkatnya itu sudah menangis kencang hingga menutup kedua telinganya.
Alsa sangat ketakutan hingga membuat Davin semakin panik lantaran Gerry berusaha untuk melepaskan Alsa dari pelukan Davin.
"Kakak, Alsa nggak mau ... huwaaa ... Alsa takut ... nggak mau ketemu, Ken. Kakak, sakit." teriak Alsa histeris hingga Grace juga ikut menangis menenangkan Alsa. Gadis itu terus memeluk pinggang Davin dengan kuat, tak peduli seberapa kasar Gerry menariknya.
Akhirnya Grace menarik Gerry menjauh dari Alsa, segera Davin memeluk Alsa dan menenangkannya selama beberapa menit hingga gadis itu kembali sedikit tenang. Hanya suara tangisan Alsa hingga berubah menjadi isakan yang memenuhi ruangan itu.
"Please, Vin. Gue akan--"
"Gue tetap nggak ijinin dia pergi, lo nggak lihat kondisi dia sekarang ini? Dia masih trauma sama Ken!" ucap Davin tajam, ia merasa tubuh Alsa semakin menggigil.
"Tapi-"
"Sayang, bener apa yang dibilang Bang Davin. Kita kasih waktu dulu buat Alsa, yang terpenting sekarang kita harus tenangin Ken. Jangan sampai dia nekat," ucap Grace memotong bantahan Gerry.
Davin melarang Gerry mendekati Alsa ketika lelaki itu akan menghampirinya. Apa yang dilakukan Gerry membuat Adiknya juga ketakutan ketika didekati lelaki itu.
Segera Gerry berlalu pergi dari sana dan Grace menyusul Gerry setelah mencium pipi kanan Alsa penuh sayang.
***
Enam jam kemudian mereka sampai di rumah Gerry, keadaan rumah megahnya berantakan dengan pecahan guci di mana-mana. Segera ia menuju lantai dua, di sana ada Mamanya dan Tyas yang duduk di sofa, sedangkan beberapa teman Gerry berada di dekat Ken yang diikat pada pembatas lantai dua.
"Gerry!" pekik sang Mama kemudian memeluk putranya dengan perasaan lega, lebih dari enam jam lamanya wanita itu menahan ketakutan akan sikap Ken yang tak wajar.
"Grace, tolong kamu bawa Mama dan Tyas, ya? Aku mau urus Ken dulu." Grace mengangguk mendengar perintah dari Gerry, segera ia memapah Vani menuju kamar wanita tersebut.
Namun Tyas tetap diam di tempat, ia merasa kesal melihat Ken begitu menggilai Alsa.
Dasar! Iblis bermuka polos!- geram Tyas dalam hati, ia bersumpah akan membuat Ken membenci Alsa.
"Lepaskan dia." perintah Gerry lagi yang di setujui empat orang temannya. Mereka melepaskan Ken, namun ketika Gerry hendak berbicara dengan Ken. Tyas lebih dulu menubruk lelaki itu dan memeluknya erat.
"Please, kamu lupain Alsa! Dia bukan wanita baik-baik, aku lebih baik dari dia, Ken. Cuma aku yang pantas buat kamu, lupain Alsa. Dia itu dekat dengan semua laki-laki, Ken. Dia itu perempuan murahan!"
Kilatan emosi kembali terpancar di mata hitam Kenzo, lelaki yang tadinya sudah tenang itu kini kembali tersulut emosi saat mendengar sang pujaan hatinya dicaci maki oleh Tyas.
"Apa lo bilang? Coba ulangi," ucap Ken pelan. Tyas semakin bersemangat menjelek-jelekkan Alsa.
"Iya, Ken. Dia itu sebenarnya nggak cinta sama kamu, dia cuma mau memanfaatkan kamu aja. Dia itu bahkan udah pernah tidur sama Pak Davin dan juga Levin. Kamu percaya sama aku! Aku gak bohong!"
Ken tersenyum sinis menatap ke arah Tyas, Gerry sudah mengisyaratkan agar Tyas mundur. Namun gadis itu tak menggubris, ia justru merasa menang dari Alsa karena berhasil menghasut Kenzo.
"Cuma aku yang pantas buat kamu, Alsa itu gak layak buat kamu. Dia layak di sebut barang bekas dan-"
Jleb!
"Aahhkk." Tyas memekik sembari menatap Ken tak percaya, ia kemudian melihat ke arah perutnya.
Rasa sakit tak tertahankan berpusat pada bagian perut yang tertancap benda tajam mengkilat, darah segar mengucur deras serta tawa renyah meluncur bebas dari mulut Kenzo.
Gerry segera menangkap tubuh Tyas, gadis itu sudah pingsan akibat darah yang mengalir deras dari perutnya yang koyak.
Sedangkan Ken, ia pergi dari kediaman Gerry dan memacu kendaraannya menuju suatu tempat yang ia yakini ada keberadaan Alsa di sana.
"Tunggu aku, Sayang. Aku pasti akan jemput kamu, dan kita bisa bersama selamanya," ucap Ken yang di tujukan pada Alsa, ia kemudian tertawa terbahak-bahak ketika membayangkan Alsa bisa ia miliki.
Seumur hidup Ken, lelaki itu selalu mendapatkan apa yang ia mau. Bahkan tak ada seorang gadis pun yang pernah menolaknya, semua yang ia mau pasti ia dapatkan.
Sementara itu Gerry dan keempat temannya yang panik melupakan keberadaan Kenzo, mereka terlalu fokus pada Tyas hingga ia juga lupa bahwa Grace yang berprofesi sebagai dokter, ada di sana.
Mereka semua membawa Tyas ke rumah sakit, meninggalkan Vani dan Grace di rumah Gerry.
_________Tbc.
semangat terus untuk novelnya....
terus semangat ya thor ditunggu cerita² selanjutnya 😉💘