NovelToon NovelToon
DEWA SAHAM

DEWA SAHAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Kisah perjuangan seorang anak ningrat yang dibuang bersama ibunya, tumbuh miskin, dihina, dan bangkit menjadi legenda dunia bisnis—menaklukkan pasar saham, membangun kerajaan korporasi, dan akhirnya mengguncang fondasi keluarga bangsawan yang dulu mengusirnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JEJAK YANG DI HAPUS

Suara hujan menjadi musik terakhir yang diingat Retno sebelum semuanya gelap.

Mobil melaju dalam kabut tipis di jalur tol menuju Batang. Lampu-lampu jalan menari dalam bias air yang menempel di kaca, menciptakan bayangan samar. Di kursi belakang, Retno terlelap dengan posisi kepala bersandar di jendela. Tangannya masih menggenggam buku catatan kehamilan.

Sopir di depan melirik spion beberapa kali. Ekspresinya tenang — terlalu tenang untuk seseorang yang sedang menyetir di tengah badai.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Ia mengangkatnya cepat, hanya mendengarkan satu kalimat dari suara di seberang.

“Sudah waktunya.”

Hanya itu.

Setelah itu, jalan sepi. Tidak ada mobil lain, hanya suara mesin dan rintik hujan.

Sopir menatap ke depan, menggenggam setir erat, lalu dengan gerakan perlahan menekan pedal gas lebih dalam. Mobil meluncur lebih cepat.

Kilatan petir menyambar langit.

Retno terbangun dengan kaget. “Pak Danu, pelan sedikit—”

Belum sempat kalimat itu selesai, mobil bergetar hebat. Ban depan meledak keras, dan sedan hitam itu kehilangan kendali. Retno menjerit, tubuhnya terpental ke depan. Dunia berputar, logam beradu keras dengan pembatas jalan, suara kaca pecah menyatu dengan gemuruh hujan.

Lalu semuanya gelap.

Ketika Retno membuka mata, yang ia lihat hanyalah langit abu-abu dan pepohonan tinggi. Kepalanya berdenyut hebat. Bau tanah basah dan dedaunan memenuhi hidungnya. Ia terbaring di tepi jalan berbatu, pakaian compang-camping, darah kering di pelipis.

Ia mencoba bangun, tapi tubuhnya lemah. Di kejauhan, terdengar suara kambing dan gemericik air.

“Bu… Bu… sadar, Bu?”

Suara laki-laki tua memecah hening. Retno memutar pandangan dan melihat seorang pria desa mendekat, mengenakan caping dan membawa obor kecil. Di belakangnya, dua orang perempuan muda ikut menolong.

“Alhamdulillah, masih hidup,” ucap salah satu perempuan itu. “Cepat, bantu angkat. Jangan banyak bicara.”

Mereka membopong tubuh Retno ke sebuah gubuk kayu di tepi lereng. Angin dingin dari Gunung Slamet menusuk tulang, tapi api tungku kecil di dalam rumah memberikan sedikit hangat.

Retno membuka mata perlahan, menatap mereka dengan pandangan kosong.

“Di… mana ini?” suaranya parau.

“Desa Gumalar, Bu. Di bawah gunung. Panjenengan kecelakaan, kayaknya dibuang orang. Untung warga lihat cahaya dari jalan atas,” jawab si lelaki tua.

“Dibuang?” Retno mengerjap, mencoba mengingat. Tapi yang muncul hanyalah potongan — suara ban meledak, kaca pecah, lalu gelap.

“Aku… siapa?”

Pertanyaan itu membuat semua orang di ruangan saling berpandangan.

“Namanya siapa, Bu?” tanya perempuan muda itu hati-hati.

Retno membuka mulut, tapi tidak ada nama yang keluar. Dadanya sesak. Ia mencoba mengingat — wajah, tempat, seseorang — tapi hanya kekosongan yang menelan pikirannya.

“Aku nggak tahu,” bisiknya, air mata mulai menetes. “Aku nggak tahu siapa aku…”

Perempuan itu menggenggam tangannya. “Sudah, Bu. Jangan dipaksa. Istirahat dulu. Panjenengan masih syok.”

Retno menatap ke luar jendela kecil. Hujan masih turun, menyelimuti gunung dalam kabut tebal. Di kejauhan, terdengar suara azan Magrib menggema pelan, menembus sunyi. Ia menatap tangan kirinya — tidak ada cincin di jari. Tidak ada apa pun yang menunjukkan identitasnya.

Hanya perasaan kosong yang membungkus dirinya seperti kain kafan.

Sementara itu di Jakarta, Arif baru saja mendarat dari Surabaya. Wajahnya pucat, mata merah karena kurang tidur. Begitu keluar dari bandara, ia langsung menyalakan ponselnya.

Tidak ada pesan dari Retno.

Ia menelpon beberapa kali, tapi nomor itu sudah tidak aktif. Panik mulai menguasai dadanya. Ia menghubungi pihak keluarga, sopir kantor, bahkan kepolisian. Namun jawaban yang didapat hanya satu: mobil yang membawa Retno tidak pernah sampai di Semarang.

Hari berganti malam, dan tidak ada kabar.

Arif duduk di ruang kerja, menatap foto Retno di layar ponselnya.

“Sayang… kamu di mana?”

Ia mengetik pesan yang takkan pernah terkirim:

“Aku minta maaf. Aku seharusnya jemput kamu sendiri.”

Di desa bawah Gunung Slamet, Retno mulai pulih. Warga memanggilnya “Mbak Sari”, karena ia tidak tahu nama aslinya. Ia membantu warga menjemur padi, mengurus anak-anak, dan perlahan mulai tersenyum. Tapi setiap kali malam tiba, ada mimpi yang selalu sama —

suara seorang pria memanggil namanya dalam kabut.

“Retno… jangan pergi…”

Ia terbangun sambil terengah, tapi nama itu hanya mengambang di ujung pikirannya, tak pernah utuh.

Ia memegangi perutnya yang mulai terasa aneh, ada gerakan lembut di sana —

dan untuk pertama kalinya, ia merasa takut tanpa tahu alasannya.

Di Jakarta, Rendra mengetuk pintu ruang kerja Arif dengan wajah tegang.

“Mas, saya temukan sesuatu,” katanya. “Sopir yang membawa Bu Retno… bukan pegawai kantor kita. Nama dan datanya palsu.”

Arif menatapnya kaku. “Apa maksudmu?”

Rendra menunduk. “Saya yakin, ini perintah dari dalam keluarga besar.”

Ruangan itu tiba-tiba terasa sempit. Arif menatap keluar jendela menara Dirgantara Tower — gedung kebanggaan keluarganya —

dan untuk pertama kalinya, bangunan itu tampak seperti penjara dari kaca.

“Kalau benar begitu,” katanya lirih, “maka yang mereka bunuh bukan cuma Retno… tapi bagian dari diriku juga.”

Hujan mulai turun di Jakarta.

Dan di lereng Gunung Slamet, Retno — atau “Mbak Sari” — menatap langit yang sama, dengan jiwa yang terputus dari masa lalunya.

Takdir mereka telah dipisahkan oleh tangan yang sama.

Dan malam itu, dunia keduanya resmi terhapus —

seolah cinta mereka hanya mimpi yang telah dihapus dari sejarah.

1
Retno indriyawati
trus nanti bakalan ktemu dimana.. apa si arif bakalan nusulin dan mncari informasi
𝕲𝖔𝖊𝖘 𝕼𝖚𝖒𝖎𝖊𝖟
☕ biat selalu semangat dalam berkarya💪💪💪
Retno indriyawati
wahh mantapp nih. . sudah aroma2 wangiiiii
Retno indriyawati
😍😍😍😍😍
𝕲𝖔𝖊𝖘 𝕼𝖚𝖒𝖎𝖊𝖟
☕ untuk tetqp semangat 💪💪💪💪💪
𝕲𝖔𝖊𝖘 𝕼𝖚𝖒𝖎𝖊𝖟
tetap semangat dalam berkarya
Retno indriyawati
wah. kapan nih bisa ktemuunya. 😍😍😍
Retno indriyawati
wah seru bgt. lanjut thor
Retno indriyawati
aku suka2
Retno indriyawati
makin sukses thor ..
Retno indriyawati
tambah seru aja nih
Rendy Budiyanto
semangat min
menarik
Rendy Budiyanto
💪💪💪
Junot Slengean Scd: terimakasih
total 1 replies
Retno indriyawati
lanjut
Junot Slengean Scd: siap👍
total 1 replies
Retno indriyawati
keren si ini
Retno indriyawati
🤣🤣🤣🤣
Junot Slengean Scd: dukung terus
total 1 replies
Kevin Leonardus
up lagi thor ga sabar💪💪
Junot Slengean Scd: wkwkwkwkkwkw💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!