Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Keesokan harinya.
Leon duduk santai di sofa sambil merokok. Vic berdiri tak jauh darinya, memberikan laporan.
“Setelah diselidiki, mereka orang-orang Javier Yang. Bos… mereka semakin berani karena berani menyerang Anda,” ucap Vic.
“Lokasinya?” tanya Leon tanpa banyak ekspresi.
“Untuk saat ini belum ditemukan. Mereka bersembunyi cukup rapi agar kita tidak bisa melacaknya.”
“Apa pun alasannya, cari terus. Aku ingin mereka ditemukan dalam waktu dekat.” Suara Leon datar namun tegas.
Vic mengangguk, lalu melanjutkan, “Bos, Tuan Besar akan datang dalam dua hari. Sepertinya beliau sudah mendengar kejadian ini.”
Leon tersenyum tipis. “Pergerakanku memang selalu diawasi. Yang dia takutkan hanya satu ... aku mengambil posisinya.”
“Apa yang akan beliau inginkan?” tanya Vic lagi.
“Memastikan apakah aku terluka atau tidak. Tapi niat aslinya… menilai kapan saat yang tepat menyingkirkanku. Baginya aku senjata yang bisa balik menyerangnya.”
Tak lama kemudian, Poppy turun dari lantai atas dan menuju ruang tamu. Ia langsung duduk di samping Leon.
“Paman!” serunya ringan.
“Bagaimana kondisimu? Sudah membaik?” tanya Leon.
“Aku sudah jauh lebih baik,” jawab Poppy sambil tersenyum. “Paman, bolehkah aku meminta bantuan?”
“Katakan.”
“Aku ingin mencari seseorang. Aku mendapat informasi dia ada di Makau. Paman mengenal banyak orang, aku pikir tidak sulit bagimu menemukan dia.”
Poppy menatap Leon, seolah menimbang reaksinya.
“Siapa yang ingin kau cari?” tanya Leon.
“Seseorang yang sangat penting. Tapi… tolong jangan sampai keluarga Huo tahu. Jika mereka tahu, Andy pasti akan melapor pada papaku.”
Leon mengangkat alis. “Aku juga bagian dari keluarga Huo. Kau tidak takut aku akan memberi tahu mereka?”
“Paman berbeda dari mereka.” Poppy menepuk pundak Leon dengan percaya diri. “Aku yakin Paman tidak akan mengkhianatiku. Aku percaya pada Paman.”
Leon menatap gadis itu sejenak, lalu berkata tenang, “Walaupun kau menyelamatkanku, bukan berarti kau bisa percaya pada orang dengan mudah. Terutama pada pria.”
Poppy mendekat sedikit tanpa sadar. Jarak mereka semakin sempit. Leon akhirnya menoleh, dan pandangan mereka bertemu sangat dekat.
“Dari mata Paman,” ucap Poppy pelan, “aku tahu Paman tidak akan berbohong. Mata yang tulus… meski menyimpan kekejaman.”
Leon menekan dahi Poppy dengan telunjuknya sampai gadis itu menjauh sedikit.
“Dan jaga jarakmu dengan pria,” kata Leon datar.
“Paman bukan orang lain. Aku sudah menganggap Paman seperti keluargaku,” ucap Poppy sambil kembali mendekat.
“Usia kita hanya terpaut sepuluh tahun, dan aku bukan paman kandungmu. Lagi pula, kau sudah berpisah dengan Andy,” jawab Leon tanpa menatapnya.
“Aku tidak peduli soal itu. Di Makau aku tidak punya kenalan lain. Paman, tolong aku… dia sangat penting bagiku.”
Poppy melingkarkan tangannya ke lengan Leon, memohon.
“Lepaskan dulu.”
Leon menepis tangan gadis itu pelan namun tegas.
“Siapa orang yang kau cari? Ada fotonya?” tanya Leon setelah hening sesaat.
Poppy langsung mengeluarkan selembar foto seorang wanita muda dan menyerahkannya.
Begitu melihatnya, tatapan Leon berubah. Matanya membesar sedikit, namun tidak ada kata yang keluar.
“Ini Mamaku,” kata Poppy lembut. “Dia pergi dari rumah setelah bertengkar dengan Papa. Aku sudah mencarinya sejak lama. Bulan lalu aku mendapat kabar bahwa Mama berada di Makau… jadi aku ingin menemukannya.”
Leon masih terdiam. Ekspresinya meredup, seolah ada sesuatu yang ia kenal dari foto itu.
“Paman? Kenapa diam saja?” tanya Poppy, mulai cemas.
“Butuh waktu,” jawab Leon akhirnya. Suaranya lebih rendah dari sebelumnya. “Aku akan coba mencari, tapi aku tidak bisa menjanjikan apa pun. Sudah terlalu lama… dan jejaknya bisa saja hilang.”
“Aku percaya Paman pasti bisa.” Poppy tersenyum tipis.
Vic, yang menyaksikan dari samping, menahan napas.
"Kenapa raut wajah Bos langsung berubah? Siapa sebenarnya ibu Poppy Yun…?" batinnya.
“Vic, antar Poppy pulang,” perintah Leon singkat.
“Paman… apakah aku bisa datang ke sini lagi?” tanya Poppy hati-hati.
“Tidak.” Leon langsung berdiri. “Seorang gadis tidak baik keluar masuk rumah pria yang bukan keluarganya.”
Tanpa menunggu reaksi, ia berbalik dan naik ke lantai atas dengan langkah dingin.
Poppy menatap punggung Leon yang menjauh. Ia menunduk sedikit, lalu berbisik pada Vic, “Ada apa dengan Bos-mu? Kenapa tiba-tiba berubah seperti itu?”
Vic hanya menghela napas kecil. “Saya tidak tahu, mungkin karena urusan semalam. Nona Yun, mari saya antar pulang dulu.”
“Iya…” jawab Poppy pelan.
Dua hari kemudian.
Poppy bekerja seperti biasa. Saat pintu lift terbuka, seseorang langsung menyemprotkan sesuatu ke wajahnya. Aroma menyengat masuk ke hidung, dan pandangannya langsung berputar.
Tubuh Poppy limbung, kehilangan kekuatan.
Sebelum sempat berteriak, pria yang berada di dalam lift menariknya masuk dan menutup pintu.
Lift kembali naik—sunyi, tertutup, dan tidak ada satu pun yang melihat apa yang terjadi.
