(DALAM TAHAP REVISI!)
Di pertemuan pertamanya dengan Ustadz pembimbingnya yang bernama Bilal, putra kiai Khalil pemilik pondok pesantren Al Hikmah di Jakarta. Asma Azzahra hanyalah gadis remaja yg manja, ceria dan ke kenak kanakan sekalipun ia adalah putri dari seorang kiai pemilik yayasan Ar Rahman di desa nya. Asma menjadi dekat dengan Ustadz yg membantunya menyelesaikan ujian kelulusannya itu.
Dan beberapa hari setelahnya, Sang Ustadz memperkenalkan istri nya yang bernama Khadijah, wanita dewasa yg anggun. Asma menyambut perkenalan itu dengan senang hati.
Namun di hari berikutnya, sebuah kenyataan yg tak pernah ia bayangkan menghantam nya, saat sang Ayah mengatakan Bilal adalah suaminya dan Khadijah adalah madunya.
Ig @Skysal
Fb SkySal Alfaarr
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
"Hiks...hiks..hiks..." Asma memeluk dirinya sendiri dengan erat dan terus menangis walaupun Bilal sudah berusaha menenangkan nya dan menjelaskan tidak terjadi apa apa di antara mereka.
Asma yg terbangun sangat terkejut mendapati ia tidur satu ranjang bersama Bilal. Itu membuat nya marah dan takut dalam waktu yg bersamaan. Seumur hidup, ini pertama kali nya dia tidur satu ranjang bersama seorang pria selain ayah dan kakak sulung nya.
"Zahra... sudah dong Sayang nangis nya. Aku ... aku bahkan engga meluk kamu. Lihat! kamu disini, dan aku di sini" seru Bilal mencoba menjelaskan untuk yg kesekian kali nya, namun bukannya mencoba mengerti Asma malah semakin menjadi nangis nya.
"Hiks...sudah...hiks... ku bilang. Aku engga mau... hiks hiks... Abi.. hiks hiks..." Bilal mengusap wajah nya kasar dan sekarang entah bagaimana lagi dia akan menjelaskan pada Asma.
"Zahra... aku engga tega liat kamu di sofa, makanya aku pindah ke ranjang. Cobalah mengerti istri ku sayang. Aku... aku engga ngapa ngapain kamu kok, aku juga engga akan melakukan apapun tanpa se izin mu, percaya sama aku ya.,please?"
"Kamu jahat"
"Zahra... ayolah. Berhenti nangis nya, ya!" Bilal mengangkat tangannya hendak menghapus air mata Asma namun Asma menepis tangan Bilal.
Bilal memandang Asma yg masih terus terisak, ia melirik jam dinding yg menunjukan pukul setengah 4.
"Oke , jadi kamu engga mau berhenti nangis?" Bilal bertanya dengan suara beratnya "Kalau engga mau berhenti juga aku...." Bilal berfikir apa yg harus dia lakukan supaya istri kecil nya ini berhenti menangis "Aku cium nih" kata kata itu meluncur begitu saja dari bibirnya, bukan hanya Asma yg tampak terkejut mendengar kata kata spontan Bilal itu, bahkan Bilal sendiri pun terkejut. Asma seketika menutup mulutnya rapat rapat dan menghentikan tangis nya. Melihat itu, tentu saja Bilal senang
"Berhasil " batin nya bersorak tak menyangka ancaman itu membuat Asma diam seketika. Asma menatap horor pada Bilal. Walaupun bibir nya masih bergetar tapi tak lagi terdengar isakan.
"Nah, begitu. Seranjang itu hal wajar bagi suami istri" ucap Bilal kemudian ia pun merangkak turun dari ranjang " Sekarang siap siap kita sholat malam, mumpung sudah bangun" Asma tak menjawab, ia hanya menundukkan kepalanya sambil terus memegang selimut yg menutupi tubuh nya yg masih berpakaian sangat lengkap itu bahkan masih dengan hijab nya.
"Dan satu hal lagi" Bilal membungkukkan badan sehingga wajahnya begitu dekat dengan wajah Asma, tentu saja itu membuat Asma beringsut mundur "Kamu harus selalu percaya sama aku, Zahra, kalau aku bilang engga terjadi apa apa, berarti enggan terjadi apa apa. Kalau aku bilang aku engga ngapa ngapain ya berarti memang aku engga ngapa ngapain, faham?" Asma tetap menunduk dan sama sekali tak merespon ucapan Bilal, Bilal lebih mendekatkan diri lagi pada Asma "Faham engga?" Asma masih enggan menjawab. Ia bahkan menahan nafas saat ini saking dekatnya wajahnya dengan wajah Bilal "faham atau aku cium nih?"
Asma melotot dan panik dengan ancaman Bilal, dengan suara tersendat ia pun menjawab.
"F..fa..fa...faham faham" ia mengangguk anggukan kepala dengan cepat.
"Bagus, gadis pintar" Seru Bilal dan mengusap pucuk kepala Asma dengan tangannya. kemudian ia pun pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, Bilal tak bisa menahan senyum lebar nya setelah apa yg terjadi. Entah bagaimana dia bisa sangat mencintai gadis konyol itu?
Dan ancaman ciuman? Istri mana yg takut dengan ancaman itu? Mengingat ekspresi Asma saat Bilal mengatakan akan mencium nya, membuat Bilal tertawa.
"Istri kecil ku yg lucu"
.
.
.
"Sampai ketemu di rumah ya, Nak. Jangan lama lama pulang nya, pekerjaan mu sudah numpuk disana" ucap Ummi Mufar pada Bilal.
Saat ini, keluarga nya sudah bersiap pulang. Sementara Bilal, Khadijah dan Asma akan segera menyusul. Mereka yakin Asma pasti masih ingin bersama keluarga nya untuk sementara waktu. Sebenarnya, Khadijah juga ingin pulang bersama keluarga nya, tapi entah kenapa Asma melarang nya dan meminta Khadijah tetap tinggal dan pulang bersama dia dan Bilal. Setelah apa yg Khadijah lakukan pada Asma, Khadijah tentu tak bisa mengabaikan permintaan Asma karena kehidupan yg Asma jalani sekarang, Adalah karenanya.
"Telepon kalau sudah sampai, ya. Dan kamu juga adik kecil ku" Bilal mengusap kepala Shofia.
"Aku bukan adik kecil kakak lagi, aku sudah menikah" Ah ya, si bungsu Shofia, dua tahun lebih tua dari Asma, dan ia sudah menikah di mekkah waktu itu, bersamaan dengan ijab kabul yg di lakukan Bilal. Namun sayang suami nya tak bisa datang karena berada di Mekkah sejak beberapa hari yg lalu.
"Aku tahu, tapi tetap saja kamu adik kecil kakak" ucap Bilal. Shofia pun menghampiri Asma dan berpamitan padanya.
"Cepat cepat pulang ya kakak ipar" ucapnya sembari memeluk Asma. Asma sedikit canggung, dia lebih muda tapi Shofia tetap memanggilnya kakak ipar, Asma hanya mengangguk dengan senyum tipis di bibir nya.
Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Asma, keluarga Bilal pun segera di antara ke bandara oleh Adil, dan Bilal.
Setelah mereka semua pergi, Asma segera masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Ia menatap kamarnya yg sekarang sudah ada dua penghuni di dalamnya.
Asma melihat jas Bilal yg masih tergeletak di sofa dan kemeja Bilal yg ada di keranjang baju kotor. Asma merasa sangat aneh dengan situasi ini.
"Aku harus terbiasa kan dengan semua ini?. uffff... kenapa dia selalu bisa memaksa ku melakukan sesuatu sih?" Asma mengambil jas Bilal dan melemparnya ke dalam keranjang.
"Asma, keluar untuk sarapan" panggil Aisyah dari luar kamarnya.
"Iya, sebentar lagi" seru Asma.
Asma pun bergabung bersama kakak kakaknya untuk sarapan.
"Bi, nanti beresin kamar Asma ya" ucap Asma pada Bi Ida.
"Iya Ning Asma"
"Asma" panggil Aqilah "Mulai sekarang kamu harus belajar membereskan kamar mu sendiri, apa lagi kalau nanti kamu tinggal bersama Bilal"
"Kenapa? Apa dia engga punya ART di sana?"
"Bukan begitu, tapi status mu sebagai seorang istri, harus bisa mengurus suami dan kebutuhan nya, kamu juga harus belajar membereskan kamar mu sendiri, setidaknya belajar merapikan ranjang dengan benar"
Mendengar ceramah Aqilah yg panjang lebar, Asma hanya menanggapi nya dengan gumaman.
"Dek, aku serius. Kamu engga akan selama nya jadi anak kecil kan?"
"Iya iya Mbak..." jawab Asma setengah menahan rasa kesal nya. Kemudian Khadijah datang dan bergabung bersama mereka. Khadijah duduk di samping Asma.
"Jadi, kapan rencana kalian akan kembali ke jakarta" tanya Aisyah pada Khadijah.
"Itu terserah Mas Bilal aja"
"Aku masih mau disini" sambung Asma dengan cepat
"Iya, kami mengerti Asma, tapi Mas Bilal sudah meninggalkan pekerjaan nya cukup lama. Hubab tidak bisa meng handle nya sendirian" Asma melirik Khadijah sekilas kemudian tanpa berbicara lagi, ia melanjutkan makan nya dalam diam.
.
.
.
Sudah seminggu sejak hari pernikahan nya bersama Bilal. kini Asma harus ikut Bilal pulang. Padahal, rasanya dia ingin lebih lama lagi tinggal bersama keluarga nya. Tapi apa lah daya, sekarang status nya adalah seorang istri yg harus ikut kemana suami nya pergi dan tinggal.
"Tidak perlu membawa banyak baju. Nanti kita bisa beli disana" mendengar ucapan Bilal, Asma menghentikan aktifitas nya yg saat ini sedang memasukan beberapa pakaian nya ke dalam koper.
" Hm" gumam Asma tapi ia mengabaikan ucapan Bilal. Ia tetap membawa pakaian yg cukup banyak. Bilal hanya bisa menggelengkan kepala.
"Kenapa pakaian mu belum di bereskan?" tanya Asma yg melihat Bilal malah memasukan pakaian nya ke dalam lemari Asma.
"Aku akan meninggalkan pakaian ku disini, jika suatu hari kita pulang kesini, aku engga perlu lagi repot repot bawa baju" Asma hanya ber oh ria dengan jawaban Bilal. Setelah mengemasi semua barang nya, ia pun menghampiri kedua orang tuanya yg saat ini ada di kamar nya.
"Ummi... Abi..." panggil nya pelan dengan suara bergetar menahan tangis.
"Loh, kok mau nangis, kenapa?" tanya Ummi nya sambil menyambut Asma kedalam pelukan nya
"Asma masih pengen disini" rengeknya
"Sayang, nanti kan Ummi sama Abi bisa berkunjung ke rumah kalian, dan jika liburan pesantren, Asma juga bisa mengajak Bilal pulang"
"Putri Abi sudah besar, harus bisa bersikap dewasa ya, Nak. Jangan ke kenak kanakan terus" nasehat ayahnya yg hanya di jawab dengan anggukan oleh Asma.
"Sekarang sebaiknya kamu siap siap, takutnya nanti ketinggalan pesawat"
"Sudah kok" Jawab Asma sembari mengucek mata nya yg sudah berkaca kaca.
Ia dan kedua orang tuanya nya pun keluar, rupanya di ruang tamu sudah ada sepupu nya dan juga paman dan bibinya.
"Hem... aku pasti kangen banget sama kamu, ratu drama Asma" Seru Lita dan memeluk Asma, di ikuti juga Marwah dan Arini.
"Iya, engga ada yg ngerepotin kita lagi nanti " sambung Arini.
"Jadi selama ini aku ngerepotin kalian?"
"Iya, banget. Soalnya kalau kamu berulah, kita juga kena imbas nya" sela Marwah membuat Asma mencebik kesal.
"Ya itu gunanya saudara. "
Setelah puas berpelukan bersama sepupu sepupu nya, Asma kini berpamitan pada paman , dan bibinya nya. Kemudian pada kakak kakak nya.
"Jaga diri baik baik ya, Dek. Ingat, harus tetap belajar. Pendidikan itu sangat penting "
"Iya mbak Aisyah" Aisyah memeluk Asma dan mencium kening dan kedua pipi nya. Setelah Aisyah, Kini Asma berhadapan dengan Adil. Di antara semua nya, Adil satu satu nya yg selalu bersikap tegas pada Asma. Tapi Asma juga tahu, Adil sangat mencintai nya.
Asma bersalaman dan mencium tangan kakak sulung nya itu. Adil memeluk Asma dengan erat dan mencium pucuk kepala Asma bekali kali.
Ia sangat mencintai adik kecil nya ini. Saat di lahirkan, Adil lah yg pertama kali menggendong nya, Adil yg mengadzani nya, dan Adil juga yg memberikan nama cantik itu pada adik nya yg sangat cantik.
"Jaga diri ya, Sayang. Telepon Kaka kalau butuh sesuatu" Asma mengangguk dan mengeratkan pelukannya "Dan satu hal lagi " Adil melepaskan pelukannya, ia membingkai pipi Asma dengan kedua tangan nya.
"Sampai kapan pun dan apapun yg terjadi, kamu akan selalu jadi adik kesayangan kakak, yg paling kakak cintai" Adil mencium pipi Asma dengan sayang "Dan ingat baik baik, Dek. Sekarang kamu adalah seorang istri, tanggung jawab mu besar dan engga akan mudah. Tapi apapun yg tejadi, kamu harus selalu bersama suami mu, selama dia berada di jalan yg benar, kamu harus selalu mendukung nya. Dan yg terpenting, kamu harus bisa menjaga kehormatan suami mu, karena kehormatan seorang suami adalah pakaian bagi istri nya begitu juga sebalik nya. Jika terjadi sesuatu dalam rumah tangga mu, jika ada aib di dalam nya, jagalah itu agar tetap berada dalam rumah mu. Jika pun misalnya kau ada masalah, maka bicara lah dengan orang yg benar dan bijak untuk mendapatkan solusi bukan untuk mengeluh. Jangan bicarakan kekurangan suami dengan siapa pun, bahkan pada orang tua mu sekali pun, kamu faham kan?"
Asma mengangguk dan kembali memeluk kakaknya. Ia tak bisa membendung air mata nya akan berpisah dengan keluarga nya.
"Sudah jangan menangis" Adil menghapus air mata Asma yg mengalir di pipi nya.
Kemudian ia pun memeluk Kaka iparnya, Fatimah dan juga si kecil Yasmin.
"Nanti Yasmin jagain kamar tante, jangan khawatir" seru Yasmin dengan suara cempreng nya.
"Makasih sayang, tapi yg terpenting, jagain nenek sama kakek ya"
Aqilah menarik tangan Khadijah dan kemudian menyatukan nya dengan tangan Asma. Membuat Asma mengernyit bingung. Kemudian Aqilah membawa tangan Khadijah dan Asma pada perut nya.
"Keponakan kalian ada disini " Seru Aqilah dengan senyum sumringah nya. Asma tampak terkejut namun juga sangat senang dengan kabar itu. Sementara Khadijah pun menjadi sangat terharu dengan kehamilan Aqilah.
"Apa itu benar, Aqilah? kamu hamil?" tanya Khadijah dengan mata berkaca kaca. Ia terharu dan ikut merasakan kebahagiaan Aqilah. Betapa beruntung nya Aqilah.
"Iya, sudah 2 bulan dan 2 minggu,"
"Mbak, Semoga Allah menjaga Mbak dan janin Mbak " Asma memeluk Aqilah, ia pun tak bisa menyembunyikan kebahagian nya.
"Insya Allah, semoga Allah memberikan kalian kebahagian yg sama" Asma dan Khadijah saling pandang mendengar ucapan Aqilah. Namun Asma dengan cepat membuang muka dan ia lanjut berpamitan pada suami Aqilah dan Aisyah.
Bilal dan Khadijah juga berpamitan pada keluarga Asma satu persatu.
"Aku titip adikku ya" seru Adil pada Khadijah dan Bilal.
"Iya, insya Allah kami akan menjaga nya dengan baik"
"Terima kasih, Khadijah. Kebaikan mu tidak bisa di ragukan lagi"
"Abi, Ummi, doakan kami" ucap Bilal dan bersalaman pada mertua nya.
"Selalu, Nak"
▪️▪️▪️
Tbc.....
Bikin hanyut pembacanya 😭 Tapi terlepas dari banyaknya konflik , disini juga banyak sekali pelajaran yg bisa kita ambil 🥹
Aaah , jadi terharu 😭
Tau gak thor? Aku udah baca cerita ini berkali-kali , tapi tetap nangis aja. Apalagi nama Bilal , sama persis seperti nama anakku yg lahir di tahun 2017
Maaf baru comment setelah sekian kali membaca 😊 Dan terimakasih sudah menyuguhkan karya sebagus ini 🥹